SUPER EGO Part 1
Oke ini cerita fiktif pertama yang gue tulis dengan rate DEWASA. Semoga nggak berantakan feel nya,
****
1
Laki-laki itu harus Nakal pada waktu yang
tepat
***
Gue merasakan sesuatu yang lembut menyapu
bibir gue sesaat setelah gue mengerjap dari tidur. Gue tetap tenang dengan
posisi tidur gue, meskipun belum membuka mata, gue cukup tahu kondisi macam apa
ini.
Bibir itu tidak hanya mengecup, mulai bermain dengan mengecup
atas dan bawah bibir gue. Masih belum ingin membalas, gue hanya diam menunggu
aksi selanjutnya.
Merasa nggak ada tanggapan, seseorang yang tengah menggoda
itu mulai naik keatas tubuh gue. Dia duduk diatas perut bagian bawah. Damn!
Sesuatu bergerak dibawah sana bikin gue kemudian membuka mata.
“ Gue tahu
loe udah bangun.” Ucapnya dengan seringai menggoda. Gue diem sebentar,
mengingat kejadian semalam. Maksut gue sebelum gue berakhir di tempat tidur
ini, dan kenapa harus dengan perempuan ini. Kalau loe pikir gue bakal kaget dan
nyesel setelah tahu apa yang terjadi malam tadi di kamar ini loe salah. Gue
penganut hidup bebas, tidur dengan pasangan selalu berbeda tiap minggu nya
sudah jadi aktivitas biasa. Hanya saja kali ini
gue sedikit terkejut saat mmebuka mata dan harus dia yang diatas gue.
Dia, sesorang yang gue kenal cukup lama dan sebenarnya ini bukan aktifitas
pertama gue dengan nya. Kita sudah beberapa kali tidur bersama, tapi setiap
kali itu juga bikin gue nyesel kenapa harus dengan dia.
Bukan, dia wanita yang hebat bahkan saat di ranjang. Hanya
saja gue nggakk terlalu suka melakukan itu denganya . Katakanlah gue sayang
sama dia sebagai pria dewasa, gue nggak mau jadiin dia hanya sebatas pelampian
nafsu aja. Gue bakal nyakitin dia.
Dia mencium bibir gue kembali, kali ini gue membalas.
Sedikit, nggak seagref dia. Tangan gue mulai mengusap punggung telanjangnya
saat dia mulai menggesekan miliknya diatas milik gue yang udah on banget. Gue
sedikit menyesal kenapa tangan gue ikut bergerak mengusap punggungna yang
membuat dia semakin liar.
Ciumannya mulai turun ke leher dan belakang telinga gue. Oke,
sebenarnya gue nggak mau nglanjutin pagi ini, tapi dia terus menguji kesabaran
gue dan ini nggak bisa dibiarkan begitu saja. Gue udah bener-bener siap
pelepasan saat di mulai turun bermain dengan pangkal paha gue dengan mulutnya.
“ Sally,
udah.” Suara gue hampir tenggelam dengan erangan nikmat gue. Saat gue mendorong
bahunya sedikit menjauh, dia mendongak menatap gue.
“ Please
Dev, gue pengen.”
***
Dia masih tertidur pulas saat gue udah
keluar dari kamar mandi dengan jubbah mandi yang gue pakai. Gue memakai lotion
dan menyemprotkan parfun ke tubuh kemudian berjalan ke walking closet untuk
mengambil baju ganti. Tsirt hitam polos dengan celana semi jeans pendek jadi
pilihan gue untuk perjalanan gue kali ini.
“ Boarding
jam berapa?” dia tiba-tiba muncul saat gue lagi memakai jam tangan di depan
cermin.
“ Jam 2.”
Gue melihat bayangan dia di pantulan cermin. Dia tengah mengikat rambut
panjangnya yang tampak sangat berantakan, paha atasnya terekspose seketika saat
dia mengangkat tangan ke atas. Dia tidak menggunakan apapun selain kemeja hitam
gue yang nampak kebesaran ditubuhnya. Gue paling suka lihat perempuan yang
tengah mengikat rambutnya ke atas gitu, menurut gue keliahatan lebih seksi. Dan
dia so damn, seksi banget. Celana gue mengetat lagi, sialan.
“ Masih ada
waktu buat nunggu gue bersihin badan sebentar kan? Gue anterin ke bandara.” Dia
berjalan kearah kamar mandi dan gue hanya memperhatikan gerakanya dari pantulan
cermin.
###
Semarang, gue bakal ada di kota ini untuk
waktu yang gue sendiri belum bisa pastii. Sekarang udah hampir pukul 4 sore saat mobil yang menjemput gue berjalan
meninggalkan bandara Ahmad Yani menuju hotel tempat gue tinggal. Hotel dan
apartemen yang juga bakal gue kembangin di kota ini dari segi bisnisnya. Hotel
dan apartemen itu ada di jantung kota, Simpang Lima. Potensi bisnis apartemen
disini masih bisa dibilang menjanjikan jika melihat persontase peluang. Kota
ini tengah bergerak berkembang menjelma menjadi kota metropolitan.
Ini bukan kunjungan pertama gue di kota Lumpia ini, sudah
mulai sering sejak maping lokasi pembangunan hotel dan apartemen yang sekarang
sudah berdiri dengan megah nya di jalaanan Simpang Lima dan tengah
mengembangkan untuk pembangunan gedung ke dua nya di jalan Pandanaran. Kawasan
yang sangat potensial untuk pengembangan hotel karena salah satu lokasi yang
pasti dikunjungi wisatawan untuk mencari oleh-oleh khas Semarangan juga
lokasinya yang tidak terlalu jauh dengan bandara. Biasanya orang akan memilih
menginap di hotel yang dekat dengan pusat perbelanjaan atau bandara atau pusat
kota. Pandanaran memiliki ketiga nya. Dan Keperluan gue tinggal sementara di
kota ini salah satunya untuk terlibat secara langsung bagaimana proses
pembangunannya sampai nanti pengembangan dan pemasaranya.
Hemat waktu, itu yang gue rasakan ketika jalan bepergian di
kota ini. Macetnya masih bisa diprediksi nggak kayak di Jakarta. Gue cuman
butuh waktu 20 menitan dari bandara ke Hotel, sudah termasuk macet nya yang
kalau gue bilang ini sih nggak macet. Cuman padet merayap aja, mungkin karena
ini malam minggu jadi banyak yang keluar sekedar jalan-jalan. Pak Teddy,
pimpinan dari konstruksi bangun, General kontraktor yang mengerjakan
pembangunan Hotel yang di Pandanaran berulang kali meminta maaf karena kondisi
jalan nya yang nggak lancar menurut dia. Gue cuman senyumin saja, nggak mungkin
orang sekelas dia nggak pernah tinggal barang seminggu aja di Jakarta buat tahu
giaman lalu lintas disana kan. Dia pimpinan perusahaan general kontraktor cukup
hebat loh.
“ Siang pak
“ Sapa petugas valet yang tengah berjaga sambil membukakan pintu mobil saat
kita sudah berada di depan pintu masuk hotel.
Gue membuka kaca mata hitam gue dan
memeberikan senyuman sekilas padanya kemudian turun dari mobil diikuti pak Teddy
dan juga sekertarisnya yang duduk di depan berdampingan dengan driver.
“ Selamat
sore Pak Dev.” Sapa beberapa staff hotel
yang sudah berbaris di depan pintu memberikan sambutan.
“ Selamat
datang di Semarang pak Dev.” Tambah Tius General manager di cabang Semarang ini
dengan menyalami gue.
“ Oh
terimakasih.” Gue menyambut uluran tangannya kemudian menepuk lengannya pelan.
“ Hari sabtu loh pak, harusnya libur kan. Kenapa ini ramai-ramai disini.” Balas
gue sambil tertawa kecil.
“ Bos besar
datang soalnya, gimana kita bisa libur di rumah.” Balasnya sambil
mempersilahkan gue jalan, sementara yang
lain mengekor dibelakang.
Gue berdecak kecil mendengar balasan Tius. “ Bos besar nya
masih di Singapore pak, saya hanya mewakili. Kita sama lah, karyawan.” Kemudian
dia tertawa mendengarnya.
“
Barang-barang pak Dev sudah diurus oleh staff yang lainya. Bapak nanti
menempati unit di lantai 11. Saya antarkan bapak kesana setelah kita selesaikan
jamuan sore ini.” Jelas Tius yang langsung menggiring kami ke launge sederhana
yang ada di lantai dasar. Hotel dan apartemen ini memiliki 2 launge di lantai
dasar dan lantai dua nya.
Semua staff back office ada disana ternyata memberikan
kejutan dan sambutan kecil buat gue. Makan-makan kecil sambil ngobrol saling
mengakrabkan diri masing-masing mengingat kita akan menjadi partner kerja jadi
harus membangun kedekatan dan camistry? See, gue bukan orang yang nggak tahu
terimakasih sudah dibuatkan acara penyambutan sedemikian rupa yang gue yakin
udah disiapin dari berapa hari sebelumnya karena untuk menggunakan launge ini
secara privat bukanlah hal yang mudah meskipun ini hanya launge kecil di lantai
dasar. Launge ini sering di booking untuk acara keluarga atau acara makan malam
sederhana. Hanya saja untuk sekarang ini gue capek banget, pengen cepet-cepet
ketemu kasur.
Jam sudah menunjukan pukul 23.00 malam saat acara penyambutan
ini mulai rusuh dengan Female DJ yang mulai masuk mengambil alih acara. Gue
penikmat Night Club, sangat menikmati. Get drink and get laid. Tapi kali ini
kayaknya gue perlu menyelinap keluar, toh Tius juga sudah pamit dari jam Sembilan
tadi diikuti Head Dept lainya termasuk rombongan pak Teddy. Jadi gue nggak
perlu sungkan-sungkan banget buat ninggalinn ini acara.
Akhirnya gue keluar dan
secepatnya mencari lift untuk segera sampai dilantai 11. Gue udah pegang key
card untuk unit yang bakalan gue tempati selama di Semarang dari Tius tadi
sebelum dia pamit. Gue langsung mencari unit nomor 005 begitu pintu lift
terbuka di lantai 11. Agak celingukan karena Tius nggak nepatin janji buat
nganterin gue ke unit setelah acara selesai. Nyatanya dia malah ngacir duluan. Sekarang
gue masih berdiri didepan lift udah mau jalan buat nyari angka 005 saat gue
lihat sesosok perempuan tengah berdiri gentoyongan di depan sebuah unit sambil
mengumpat nggak jelas.
2 komentar
Menarik ceritanya,kak. Hehe
BalasHapushaha maksih, tapi idenya mandek sekarang
Hapus