SKIZO
Bagi sebagian orang melakukan
perjalanan liburan, menekuni hobby, menikmati hasil karya seni kreatif lainnya
adalah hal yang membantu mereka mendapatkan kembali keseimbangan dalam hidup.
Beberapa orang lain menganggap bahwa olahraga dan tetap bugar sangat penting
untuk menjaga perasaan sejahtera mereka. Bagi orang tertentu yang memilih
keluar dari kehidupan nyatanya memungkinkan kombinasi obat dengan pendekatan
lain bagi mereka untuk memulai proses perbaikan dan supaya tetap sehat kemudian
melanjutkan hidup.
^^^
Suara-suara menyalahkan, makian,
hinaan, kata-kata kasar serta sumpah serapah terdengar semakin jelas diantara
ratusan mungkin ribun orang yang datang ke Mabes Polri di jalan Trunojoyo no.3 Jakarta
Selatan. Mereka turut datang ingin menghakimi seorang aktor muda yang sedang
dipuncak kariernya dan melakukan kesalahan besar yang bagi mereka tidak bisa
dimaafkan. Suara-suara hujatan itu terus mengikuti aktor tampan peraih piala
citra tahun lalu disertai dengan
suara-suara jepretan kamera pewarta yang terus mengejarnya untuk mendengar
setidaknya sedikit pernyataan dari mulut aktor yang telah membintangi banyak
judul film layar lebar tersebut. Tubuh tinggi atletisnya menjadi tidak berdaya
diantara ratusan orang yang berdesakan menutup akses jalannya menuju gedung
Mabes polri untuk memenuhi panggilan pihak kepolisian. Diantara ratusan orang
tersebut, Leo begitu aktor tersebut akrap dipanggil melihat sesorang membawa
pisau dan bergerak maju menembus kerumunan nampak bernafsu ingin sekali
membunuhnya. Dibawah perlindungan pihak kepolisian yang mengawalnya menuju
gedung Mabes Polri, Leo merasa nyawanya terancam dengan kehadiran sosok yang
membawa pisau tersebut. Laki-laki, bertubuh lebih tinggi dari dirinya, berambut
panjang dengan banyak tindik di bibir dan telinganya, tatto di lengan kiri
serta pisau di tangan kanan nya terus bergerak maju mendekati Leo dan membuatnya
semakin ketakutan. Badannya gemetaran, keringat dingin mulai keluar dari dahi,
sosok itu terus bergerak maju mendekatinya. Ketika sosok menakutkan itu sampai
di hadapanya dan siap dengan pisaunya, Leo buru-buru membuka matanya. Nafasnya memburu
tidak karuan, keringat dingin membasahi dahi dan telapak tangannya, dadanya
terasa sesak menahan emosi yang barusaja timbul dari alam bawah sadarnya. Mimpi
itu datang lagi, pikir Leo menyapu dahinya yang sudah basah karena keringat.
Dia duduk kemudian memandang ke sekeliling kamarnya, mencari sosok yang selama
ini selalu muncul tiba-tiba disaat dia
membutuhkan ketenangan. Dimana dia? Kenapa belakangan dia tidak pernah muncul
lagi?
Leo memejamkan mata, mencoba mengingat
kembali mimpi yang baru saja membuatnya terbangun dari tidur singkatnya di pagi
hari ini. Selalu mimpi itu yang muncul bahkan kadang lebih seram dari hari ini.
Bayangan dia dalam penjara, bayangan dia ditinggalkan keluarga, bayangan
kekasihnya yang meninggal bunuh diri karenanya, bayangan dia dihina seluruh
masyarakat dalam negri, semuanya selalu bergentayangan dalam mimpinya dan
selalu berakhir dengan kecemasan luar biasa.
Leo membuka matanya kembali dan mencari
sosok yang selalu ada ketika kecemasan itu muncul. Dia menyapukan kembali
pandangannya ke seluruh isi ruangan dan tetap tidak menemukannya. Dia
menghilang?
“
Selamat pagii..” tiba-tiba pintu terbuka dan muncul sosok perempuan cantik
bertubuh tinggi semampai dengan balutan seragam serba putihnya tersenyum hangat
seperti biasa kepada Leo.
“
Apakabar hari ini Leo?” perempuan itu berjalan mendekat ke arah Leo yang tengah
terduduk masih di tempat tidur. Leo tersenyum melihat perempuan itu datang dan
menghampirinya. Rasanya kembali nyaman melihat dia ada disekitarnya.
“
Baik Rosa, emm maksut ku dokter Rosa.
Dokter apa kabar?” Leo mengoreksi kembali panggilannya untuk perempuan
cantik yang kini ada di hadapannya.
Rosa tersenyum mendengarnya. “ Tidak
masalah jika kamu ingin menamnggilku hanya dengan nama saja. “ balas Rosa. Kemudian
dia duduk di tepian tempat tidur dan berhadapan dengan Leo.
“ Kabar ku selalu baik seperti mu. Apakah kamu
baru saja bangun tidur jam segini?” tambah Rosa, dia melihat jam di pergelangan
tangannya yang sudah menunjukan pukul 09.30.
“
Emmm..” Leo nampak sedikit berfikir menjawab pertanyaa Rosa. “ Aku sudah bangun
tadi subuh, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan sampai akhirnya aku tertidur
lagi dan baru saja bangun beberapa menit sebelum kamu masuk.”
Rosa tersenyum kembali. “ Apa tidur mu
nyenyak tadi malam?”
“
Ya, sudah mulai nyenyak.”
“
Baiklah, sepertinya kamu menjalankan pengobatan ini dengan baik. Masih rutin
minum obat kan?”
Leo mengangguk menjawab pertanyaan
Rosa. Kemudian Rosa memeriksa luka di pelipis Leo. Leo terseyum menatap Rosa,
tatapannya dalam membuat Rosa sedikit gugup.
“
Kamu kenapa? Grogi ya?” Leo menangkap kecanggungan Rosa dan berusaha membuatnya
bercanda. Rosa tertawa menunjukan lesung pipinya dan membuat perempuan itu
nampak lebih cantik. Leo menyukainya.
“
Sedikit.” Balas Rosa berusaha sesantai mungkin.“ Oh ya, bagaimana tulisan
kamu?” Rosa berusaha mengalihkan perhatian dan pembicaraan untuk menutupi
groginya. Entahlah, tatapan Leo selalu berhasil membuat Rosa merasa tidak
karuan.
“
Lebih lancar dari beberapa bulan lalu. Hampir selesai 70 persen lah.”
“
Menemui banyak kesulitan saat menulis?” Rosa memberanikan diri menatap mata Leo
yang dari tadi tetap memperhatikannya.
“
Kadang, tapi aku sudah bisa mengatasinya dengan baik. Berkat kamu.”
“
Bukan, itu semua karena diri kamu sendiri yang ingin keluar dari dunia kamu
yang bukan sesungguhnya.”
Leo tidak menjawab, dia hanya diam dan masih menatap Rosa.
Tatapan yang selalu membuat jantung Rosa
berdetak lebih cepat dari biasanya.
“
Lalu, bagaimana dengan Gendis? Apa dia masih sering datang menemui mu?” tanya
Rosa kemudian. Leo membuang nafasnya secara kasar namun tetap bersikap tenang
sebelum akhirnya menjawab.
“
Sudah jarang. Bahkan saat aku kembali ingin bertemu dengannya seperti tadi
pagi, dia tidak mau muncul kembali. Apakah dia sudah mulai meninggalkan ku?”
“
Kamu yang meninggalkannya bukan dia yang meninggalkan mu. Kamu harus bekerja
keras untuk bisa menghilangkan sosok Gendis. Dia itu tidak real, dia hanya
halusinasi kamu. Dan ketika kamu berinteraksi dengannya itu hanya delusi kamu.”
Rosa menjelaskan.
“
Tapi aku kehilangan Janet. Itu real kan.” Leo menjatuhkan pandangannya pada
selimut yang masih menutupi sebagian kaki panjangnya.
“
Iya, Janet real buat kamu dan kenyataanya dia memang sudah meninggal. Kamu
harus terima kenyataan itu dan berhenti menyalahkan diri kamu sendiri
karena itu bukan kesalahan kamu.”
Leo terdiam. Sekelibat bayangan Janet
yang bunuh diri tiba-tiba terlindas dalam kepalanya. Saat dia menemukan mayat
janet di kamar mandi apartemennya, meninggalkan berlembar-lembar surat yang
berisi penyesalannya. Kemudian bayangan itu beralih pada kenangan Leo bersama
Janet, beralih pada skandal mereka, beralih pada cemoohan orang-orang, beralih
pada pengasingannya dari masyarakat luar, dia di penjara. Leo menarik nafas
dalam-dalam sambil menutup mata kemudian membuka mata dengan menghempaskan
nafas kembali.
“
Apa yang kamu lihat?” tanya Rosa. Dia mengerti Leo barusaja berusaha
menghilangkan gejala afektif yang muncul untuk mempengaruhi suasana hatinya.
Leo hanya menggelengkan kepala. “ Apa
tugas kamu sudah selesai?” Tanya Leo, dia menyibakan selimutnya.
“
Tugas ku tidak akan pernah selesai sampai orang-orang pengidap penyakit seperti
mu menghilang dari muka bumi ini.”.
Leo tertawa. “ Hey, apakah orang-orang
seperti ku ini patut dihilangkan dari muka bumi?”
“
Bukan, bukan. Bukan begitu maksutku. Bukan orangnya” Tawa Rosa pecah. “ Tapi
penyakitnya yang perlu dimusnahkan.”
“
Lalu bisakah kita ngobrol di taman?” tanya Leo.
“
Kenapa tidak? Ayok.” Ajak Rosa mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Leo. Mereka berjalan
meninggalkan kamar tersebut menuju taman. Ada banyak orang di taman untuk menghabiskan
waktunya yang terasa membosankan selama menjalankan perawatan di sini. Semua
nampak baik-baik saja seperti kebanyakan orang lainnya yang menjalankan
aktifitas normal. Jika tidak berada di Rumah Sakit jiwa mungkin orang akan
menganggap mereka manusia normal seperti yang terlihat.
“
Apakah mereka semua juga menderita hal yang sama dengan ku?” Leo mengarahkn
pandangannya pada beberapa remaja perempuan yang tengah duduk dengan pandangan
kosong. Ada juga remaja laki-laki yang nampa baik-baik saja sedang bermain
bola, oh iya baik-baik saja kelihatannya. Tapi dia juga pasti sakit, itu alasan
kenapa dia ada disini sekarang.
“
Ada sebagain, tapi kebanyak mereka hanya mengalami gangguan stress post
traumatik. Kekerasan pada keluarga dan pelecehan seksual.” Rosa berjalan pelan
berdampingan dengan Leo dan mengikuti arah jalannya.
“
Mereka terlihat baik-baik saja.”
“
Kamu juga terlihat baik-baik saja kan.”
Leo tersenyum. “ Aku masih tidak
percaya, bagaimana bisa setelah keluar dari penjara justru aku masuk ke tempat
ini.”
“
Begitulah hidup, kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi didepan.” Balas
Rosa.
“ Eemm, sepertinya hidup kamu sebelum
di penjara menarik untuk diceritakan. Bukan begitu ?” tambah Rosa.
Leo berhenti pada bangku besi di tepian
taman dan duduk disana. Rosa mengikutinya dan duduk bersebelahan.
“
Hidup ku sudah terlalu dimonopoli dengan kerjaan sebelum skandal itu muncul.
Aku hampir tidak memiliki waktu istirahat. Hidup ku hanya dramaturgi yang
dinikmati banyak orang dan mendatangkan banyak keuntungan bagi orang tertentu.”
Leo mulai bercerita tentang apa yang Rosa baru saja tanyakan.
“
Dalam satu tahun aku bisa mengerjakan tiga buah judul film. Itu sudah sangat
menyita waktu ku. Belum termasuk dengan jadwal promo, iklan dan jadwal-jadwal
lainya. Aku merasa tidak memiliki kebebasan untuk memilh dan menentukan hidup
ku sendiri, semua diatur oleh agency. Termasuk kapan aku harus tidur dan makan.
Dua tahun sebelum skandal itu muncul, aku sudah mengalami insomnia berat. Aku
bisa 3 sampai 4 hari lebih tidak tidur sama sekali, makan pun juga mulai susah.
Aku bersyukur bahwa aku tidak terjerumus untuk menggunakan narkoba atau alkohol
bahkan rokok untuk pelampian strees yang aku alami. Meskipun begitu pilihan ku
untuk melampiaskan kesetresan ku dengan sex juga ternyata salah. Aku merasa
segar kembali setelah bercinta. Jadi semacam kecanduan dan aku terus
membutuhkan itu untuk dopping ku. Sampai suatu waktu aku kepikiran untuk
merekam adegan aku dan Janet ketika bercinta. Satu kali, dua kali, tiga kali
dan seterusnya sampai itu menjadi kebiasaan juga. Aku tahu mungkin aku sakit
saat itu karena merasa bahagia dengan melihat vidio bercinta ku sendiri dengan
Janet. Tapi aku tidak memiliki waktu untuk melakukan konsultasi dengan
psikiater. Sampai akhirnya vidio-vidio itu muncul ke permukaann publik karena
ulah manager ku.”
“
Apa yang kamu rasakan saat vidio itu tersebar?”
Leo mengambil nafas dalam-dalam
kemudian mengeluarkannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan Rosa. Menguatkan
hatinya.
“
Normal dengan yang dirasakann orang kebanyakan ketika aib terbesar dalam
hidupnya terbongkar. Cemas, takut, tertekan. Krisis percaya diri, down luar
biasa. Itu masa tersulit dalam hidup ku.
Bahkan sempat ingin mengakhiri hidup seperti yang dilakukan Janet.”
“
lalu apa yang membuat mu kuat sampai hari ini?”
Leo menutup matanya, terdiam cukup
lama.
“
Apakah aku perlu memberimu amytal sodium untuk membuat lebih relaks?” amytal
sodium sejenis obat penenang.
“
Tidak tidak. Aku tidak membutuhkan itu lagi, aku bisa mengelola emosi ku dengan
baik sekarang.”
“
Baiklah, kalau begitu bisa kamu lanjutkan ceritanya?”
“
Gendis. Gendis yang membuat ku kuat sampai hari ini.”
Leo terdiam kembali beberapa menit dan
Rosa dengan sabar menunggu kesiapan Leo untuk meneruskan kembali ceritanya.
“
Dia pertama kali muncul saat pemakaman Janet. Setelah itu dia mulai sering
muncul saat aku mulai di penjara.”
“
Seperti apa Gendis?”
“
Dia tokoh lawan main ku dalam judul film yang terakhir aku selesaikan sebelum
skandal vidio itu tersebar.”
“
Seperti Krystal maksutnya?” Kristal adalah aktris yang memerankan tokoh Gendis
dalam film romance berjudul ‘Selamanya’ bersama Leo.
“
Bukan bukan, sosoknya bukan seperti Kristal meskipun visual dari Gendis itu
memang Kristal. Tapi yang sering datang pada ku berbeda.”
Rosa mencoba mencerna keterangan Leo
dan memahaminya. Selama hampir dua bulan perawatannya di rumah sakit ini Leo
memang sulit sekali diambil history taking ( catatan riwayat media pasien ).
Sehingga selama itu team dokter hanya memberinya obat antipsikiotik dan terapi.
Rosa pikir ini saat yang tepat untuk mengambil history taking langsung dari
dirinya.
“ Lalu, posisi Gendis dalam hidup kamu
sebagai apa?”
Leo nampak berfikir sejenak. “ Entahlah
aku juga tidak tau secara pasti kontribusi Gendis dalam hidup ku. Tapi dia
selalu datang disaat aku merasa benar-benar kehilangan semua yang aku punya
dalam hidup ini. Dia memberi kekuatan.”
“
Apa sosok dia menggantikan sosok Janet?” sebagian team dokter mengira
halusinasi Leo terhadap Gendis merupakan sosok pengganti kekasihnya Janet yang
meninggal. Karena dia tidak bisa menerima kematian Janet makannya dia
menciptakan sosok Gendis.
Leo mengernyitkan dahinya, berfikir
sejenak kemudian tersenyum.
“
Tidak, Janet tidak tergantikan. Gendis sosok yang berbeda dengan Janet.”
Keterangan Leo barusan mematahkan dugaan team dokter selama ini. Rosa sedikit
berfikir kembali.
“
Kamu sadar dan menerima kematian Janet?”
“
Iya, aku menyadarinya. Tapi untuk menerimanya butuh waktu. Sekarang setelah
berlalu hampit tiga tahun aku bisa menerimnya.”
Gendis dan janet sosok yang berbeda dan
kehadiran Gendis diciptakan bukan untuk menggantika Janet yang meninggal.
Simpul Rosa sementara.
“ Eemm apa kamu menyakini bahwa Gendis benar-benar
nyata?”
“
Saat itu iya.”
“
lalu sekarang?”
“
Mulai meragukannya.”
“
Apakah itu artinya kamu sudah mulai bisa meninggalkannya?”
“
Akan selalu aku coba. Tapi, jika aku bisa benar-benar meninggalkannya apakah
aku akan dinyatakan sembuh?”
“
Belum pasti juga, masih ada serangkaian tes yang harus kamu lakukan. Dan
pengobatan kamu akan terus berjalan bahkan setelah kamu keluar dari tempat ini.
Sembuh atau tidak itu tergantung dari seberapa kuat kamu ingin meninggalkan
masa lalu kamu dan memulai yang baru. Lupakan gendis, itu yang real saat ini.”
Rosa terdiam menatap ke tanah.
Mengingat kembali saat pertama kali Leo dibawa ke rumah sakit ini. Ketika itu dia sedang jaga di UGD dan
menerima Leo dalam kondisi tak sadarkan diri dengan banyak luka dan darah segar
menalir di hampir sekujur tubuhnya. Rosa mengenali pasien laki-laki itu sebagai
seorang aktor ternama Indonesia yang hancur kariernya karena skandal vidio
asusila nya bersama sang kekasih Janet yang saat itu juga berprofesi sebagai
model tersebar di internet. Tidak lama setelah vidio asusila itu tersebar,
janet dikabarkan bunuh diri karena tidak sangup menerima tekanan sosial dan
juga keluarganya. Sementara Leo tetap meneruskan hudupnya namun dipenjara
dengan kasus pelanggaran UU pornografi dan pornoaksi selama 25 bulan. Setelah
menyelesaikan masa tahanannya, Leo memutuskan untuk menarik diri dari dunia
hiburan Indonesia. Selain itu dia juga mengalami penolakan dari banyak pihat
termasuk keluarganya. Dia mengasingkan diri ke suatu daerah terpencil di Kota
kelahiranya, Semarang. Dia memilih melanjutkan hidupnya menjadi orang biasa dan
menjadi penulis dengan menyamarkan identitasnya sebagai Lana Aprilio bukan
Leonardo Aprilio nama populernya. Secara fisik dan perilaku Leo nampak normal
seperti orang-orang kebanyakan. Tidak akan ada yang mengira bahwa dia mengalami
gangguan mental karena luka di masalalunya yang tidak berhasil dia sembuhkan.
Asisten pribadinya yang membantu membawanya ke rumah sakit ini karena sering
melihat keanehan pada Leo seperti bicara sendiri, dan terakhir-terakhir sering
melukai dirinya sendiri. Dia dirawat di rumah sakit ini sebagai pasien pengidap
Skizofrenia. skizofrenia merupakan suatu gangguan kejiwaan kompleks dimana
seseorang mengalami kesulitan dalam proses berfikir sehingga menimbulkan
halusinasi , delusi, gangguan berfikir dan bicara atau perilaku yang tidak
biasa atau dikenal sebagai gejalan psikotik. Orang dengan gangguan skizofrenia
dapat mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain dan menarik diri
dari aktivitas sehari-hari serta dunia luar. Mereka bisa mendengar, melihat, mencium bau atau
merasakan yang tidak dialami orang lain. Biasanya mereka melihat sosok sosok
yang diciptakan sendiri dan tidak diketahui orang lain atau berhalusinasi.
Mereka juga memiliki keyakinan yang tak tergoyahlan dalam hal yang tidak benar
atau delusi seperti misalnya dia menganggap nyata sosok yang diciptakan
halusinasinya. Dia menganggap sosok itu akan menyerangnya, melukainya atau
membunuhnya sehingga sering melakukan tindakan-tindakan yang kadang
membahayakan diri sendiri atau orang lain untuk melawan sosok dalam
halusinansinya itu. Meskipun skizofrenia dapat menyusahkan dan menakutkan tidak
berarti bahwa orang dengan penyakit tersebut tidak dapat bekerja atau
dipekerjakan. Sama seperti orang lain yang memiliki penyakit jangka panjang
atau berulang, orang dengan skizofrenia dapat belajar untuk mengelola kondisi
mereka dan melanjutkan hidup. Tak jarang karena itu banyak penderita
skizofrenia yang nampak baik-baik saja seperti tidak sedang sakit. Kuat atau
tidak halusinasinya tergantung dari suasana hatinya saat itu. Jika suasana hati
sedang tidak baik maka halusinasinya akan sangat kuat dan bisa jadi dia akan
melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri bahkan juga orang lain.
Seperti yang dilakukan Leo sebelum masuk ke rumah sakit Amino gondohusodo
Semarang ini, dia melihat sosok Gendis yang tiba-tiba berjalan di tengah jalan
raya dan menembus kendaraan-kendaraan yang sedang melaju. Karena melihat itu
Leo ingin menyelamatkan Gendis dan berakhir buruk pada dirinya. Gendis adalah
sosok yang diciptakan halusinansinya. Jika dia bisa menghilangkan sosok Gendis
dalam halusinasinya itu akan meminimalkan tindakan-tindakan berbaha bagi
dirinya untuk melindungi sosok Gendis. Tingkat halusinasi tertinggi pengidap skizofrenia
adalah bunuh diri. Itu kenapa mereka butuh penyembuhan untuk menyelamatkan
nyawanya.
“
Jika aku menggantikan sosok Gendis dengan diri kamu, apakah aku masih dikatakan
berhalusinasi?”Rosa mengernyitkan dahi mendengar
pertanyaan Leo. “ Maksut kamu?”
“
Kalian semua mengatakan bahwa Gendis sosok yang tidak nyata, aku harus
menghilangkannya dalam hidup ku untuk bisa dikatakan sembuh. Kenyataanya
setelah disini beberapa bulan ini Gendis
mulai menghilang. Bahkan tadi pagi ketika mimpi buruk itu kembali datang dan
aku membutuhkan Gendis dia tidak muncul kembali. Justru kamu yang datang. Aku
mulai tersadar saat aku menatap mata mu bahwa mungkin aku sudah jatuh hati pada
mu. Kamu menggantikan sosok Gendis dalam hidup ku yang memberikan ketenagan dan
rasa nyaman.” Leo menatap kedua mata Rosa kembali untuk menyakinkan apa yang
barusaja Leo utarakan.
“
Aku jatuh cinta pada mu, dokter Rosa.” Ucap Leo penuh penekanan.
Rosa jadi gugup seketika. Dia berusaha mengalihkan
pandangannya dari tatapan Leo namun hatinya berkata beda. Terus terang dia
menemukan keteduhan dalam tatapan Leo.
“ Jika aku
dinyatakan benar-benar sembuh apakah kita bisa memulai suatu hubungan yang lebih
serius? Bukan hubungan sebagai dokter dan pasien.” pertanyaan Leo semakin
mendesak Rosa. Ini gila, kenapa Rosa tidak bisa melakukan penolakan apapun. Leo
hanya terbawa perasaan dengan segala perhatian yang Rosa berikan, cukup itu
bukan karena Leo benar-benar jatuh cinta padanya. Rosa berusaha menyakinkan
diri sendiri bahwa apa yang baru saja Leo katakan hanyalah emosi sesaatnya,
bukan karena perasaan tulus. Akhirnya dia berhasil memalingkan pandangannya
dari Leo, kemudian dia berdiri.
“ Kita
selesaikan pengobatan kamu sampai kamu dinyatakan sembuh.”
“ Jawab
dulu pertanyaan ku Rosa.” Leo meraih tangan Rosa yang sudah bersiap ingin
berjalan meninggalkannya.
“ Aku
dokter, dan kamu pasien.” Jawab Rosa penuh penekanan.
“ Saat
ini.” Leo berdiri mensejajarkan posisinya dengan Rosa. “ Setelah aku sembuh?”
“ Setelah
kamu sembuh kita teman baik.” Rosa melepaskan tangannya dari genggaman Leo. “
Aku ada kerjaan lain, maaf aku tinggal. Apakah kamu baik-baik saja jika aku
tinggal?” tambahnya.
Leo tidak menjawab, dia hanya menatap dalam kedua mata Rosa.
Demi apapun Rosa merasa sakit mengatakan itu pada Leo, tapi itulah yang terbaik
yang bisa Rosa berikan. Ada batas-batas tertentu yang tidak bisa dilanggar
antara dokter dan pasien bukan?
“ Baiklah,
sepertinnya kamu akan baik-baik saja.” Ucap Rosa kemudian dengan berat hati dia
mulai berjalan meninggalkan Leo yang masih mematung memperhatikannya pergi.
^^^
Terkadang, dalam hidup kita susah untuk
tidak mencampurkan urusan personal dengan profesinal. Tapi, apapun itu jika
hati yang bicara bagaimana bisa kita memungkirinya. kesakitan di masa lalu yang
tidak bisa kita sembuhkan begitu saja terkadang justru memberikan kita banyak
pelajaran untuk bisa memberikan sesuatu yang lebih berharga bagi hidup di masa
yang akan datang.
^^^
1 komentar
Yahhh nanggung.. 😅
BalasHapus