A CHILD ( Chapter 1 )
Angin kencang menyapu jalanan yang sudah tertutup
tebal salju musim dingin tahun ini yang seharusnya sudah berganti musim sejak
satu bulan yang lalu. Entahlah,
bebebrapa tahun terakhir cuaca di beberapa Negara di belahan dunia ini sulit di
predksi, mungkin bumi sudah terlalu tua dan kita lalai menjaganya. Sejak tadi
pagi salju terus turun menutupi pohon dan gedung-gedung yang menjulang tinggi
di kota Seoul, meskipun begitu tidak lantas membuat aktifitas masyarakat kota
tersbut menjadi terhenti. Seoul merupakan salah satu kota tersibuk di dunia,
setiap hari dan setiap waktu kota itu tidak pernah sepi dari lalu lalang
kendaraan ataupun orang yang berjalan entah itu penduduk local ataupun
wisatawan. Mungkin di jam-jam tertentu saja keramaian orang mulai berkurang dibanding
dengan kendaraan, biasanya setelah jam 01.00 KST namun toh tetap saja masih ada
segelincir muda-mudi yang nongkrong di kedai-kedai kopi pinggiran jalan. Terlebih
jam-jam sibuk seperti sekarang saatnya jam pulang kantor, volume kendaraan
meningkat dan trotoar jalan penuh dengan lalu lalang orang berjalan. Meskipun begitu,
kota itu selalu lolos dari kata macet yang biasanya menjadi masalah utama kota
besar dengan aktifitas masyarakatnya yang sibuk. Selain memang pemerintah nya
yang pandai mengatur struktur jalan dan kebijakan-kebijakan lainnya mengenai
penggunaaan jalan, kendaraan pribadi dan kendaraan umum masyarakat sana juga
memiliki kesadaran cukup tinggi untuk tidak secara egois menggunkaan kendaran
pribadi yang memenuhi jalanan kota. Mereka lebih menyukai jalan kaki jika jarak
yang mereka tempuh tidak terlalu jauh. Jika mengharuskan menggunakan
kendraan umum pun mereka dengan senang
hati karena keamanan, kenyamanan dan keselamatan serta fasilitas penumpang di
kota itu sangat terjamin.
Butiran salju kembali turun dengan volume yang lebih
banyak membuat masyarakat kota yang tadinya santai berjalan jadi sedikit
mempercepat laju jalannya, sebagian ada yang setengah berlali. Angin pun
semakin kencang membuat udara kota tersebut semakin dingin. Diantara orang yang
berlarian menyelamatkan diri dari hembusan angin kencang dan salju tersebut nampak
seorang perempuan berparas cantik dengan bentuk badan yang menjulang tinggi bak
model menggunakan mantel tebal dan shall untuk membalut tubuhnya yang berasa
membeku jika dia terus ada di jalanan ini. Perempuan itu bernama Jesika
jung, perempuan cantik berdarah Indonesia Korea nampak mempercepat jalannya bahkan
sedikit berlari untuk menghindari salju yang semakin deras berjatuhan.
Tangannya merapatkan mantel dan shall untuk sedikt menghangatkan badan kemudian
memasukan kedua tanggannya di saku mantel kiri dan kanan. Sebentar lagi sampai
ke tempat yang dituju sejak tadi keluar dari kampus. Langkahnya terhenti di
sebuah rumah sakit terbesar di kota ini, sedikit ragu untuk melangkahkan
kembali kakinya memasuki bangunan super mewah itu yang justru lebih tepat di
bilang mall dari pada rumah sakit. Tapi dia harus masuk dan menemui pemilik
gedung, ya pemilik gedung atau lebih tepatnya anak pemilik rumah sakit ini.
Asshh entahlah siapapun itu, yang pasti dia ingin menemui kekasihnya, Park
Chanyoel. Dia harus menemui laki-laki
yang sudah hampir 7 tahun ini memacarinya untuk menjelaskan sesuatu. Laki-laki itu marah kepadanya
karena tidak mengijinkan Jesika untuk pergi ke Busan selama 3 hari untuk
kegiatan amal di kampusnya. Udara yang semakin dingin dan salju yang semakin
banyak berjatuhan mendesak dia untuk segera mengambil keputusan masuk atau
tidak. Jika tidak maka pertengkaran mereka tidak akan selesai dan Chanyoel akan
terus mengacuhkannya, jika dia masuk dan menjelaskan sekarang dia takut
mengganggu kesibukannya dan akan tetap acuh dengan penjelasaanya maka akan
sia-sia. Sebelum Jesika memutuskan untuk berjalan dari kampus ke sini dia
sempat menelfon sekertaris Chanyoel dan menanyakan keberadaan laki-laki itu
serta jadwalnya hari ini. Dari sekertaris itu Jesika tau bahwa saat ini
Chanyoel sedang sibuk dengan beberapa petemuan dari beberapa rekan bisnisnya.
Asshh apapun tanggapan dia, aku harus menjelaskannya. Putus gadis itu kemudian
dengan mantap melangkahkan kakinya memasuki gedung yang dari tadi ditatapnya
kemudian dengan cepat mencari lift yang akan membawanya ke lantai 25 diaman
Chanyoel ada di sana. 7 menit berikutnya dia sudah ada di lantai 25 dan dengan
tergesa-gesa menuju meja receptionis. Ya rumah sakit ini memiliki 2 loby
receptionis, satu untuk pelayanan rumah sakit di lantai dasar dan satunya lagi
khusus untuk managemen rumah sakit ini di lantai 25 ini dan saat ini Jesika
sedang meminta receptionis di lantai ini untuk menyambungkannya pada Chanyoel.
Dia kesal karena beberapa hari sejak dia melarang Jesika pergi ke Busan
nomornya susah dihubungi bahkan sampai detik tadi.
“ Maaf noona, tuan Park sedang tidak
ingin diganggu.” Jawab perempuan di depan Jesika tersebut setelah menutup
sambungan telefonnya.
“ Bilang aku yang mencarinya, Jesika
Jung.” Jesika masih berusaha. Tanpa harus menjelaskan bahwa dia kekasih bos
nya, perempuan yang kini telah sibuk kembali berusaha menyambungkan saluran
telfon itu sudah tau siapa Jesika Jung. Sebagian besar karyawan disini sudah
mengetahui hubungan Jesika dengan Chanyoel, itu kenapa karyawan disini begitu
menghormati perempuan sederhana yang selalu nampak cantik alami itu. Tidak
sabar, Jesika secara mengejutkan merampas ganggang telfon yang dibawa oleh
receptionis manis didepannya itu.
“ Biarkan aku menemui mu atau sama
sekali kita tidak akan bertemu lagi.” Ucap Jesika penuh penekanan pada
seseorang disebrang telfon sana. Dia tau bukan sekertarisnya yang mengangkat
telfon melainkan Chanyoel sendiri.
“ Baiklah kalo kamu memaksa, aku
diruangan ku.”
Klek,
sambungan terputus. Jesika sempat mengumpat dalam hati, kenapa nada bicaranya
masih sedingin itu. Dia tidak tau perjuangan ku untuk bisa sampai sini hanya
untuk menjelaskan masalahnya yang baginya konyol ini. Dasar kekanankan, sudah 7
tahun pacaran masih belum berubah juga. Dia memberikan kembali ganggang telefon
itu pada pemiliknya dan tersenyum manis.
“ Maaf kan aku kalau lancang merebut
telfonnya.” Ucapnya nya menyesal.
“ Ne, aku mengerti. Mari saya antar
ke ruangan tuan Park.” Balas perempuan yang mungkin seumuran dengganya itu
lembut sekali. Namanya Luna, dia bekerja disini kira-kira sejak satu tahun yang
lalu setelah Kimmi diagkat menjadi sekertaris pribadi Chanyoel. Jesika memang tidak pernah
berkenalan secara langsung dengan karyawan-karyawan yang ada di kantor ini, dia
hanya mengetahui nama mereka dari nametag yang dipakai di seragam mereka dan
Jesika selalu dengan ramah menyapa mereka jika dia ada disini.
“ Andwe, aku bisa sendiri.
Terimakasih, “ balas Jesika disertai senyuman manisnya kemudian berjalan
meninggalkan gadis itu dan segera menuju ruangan kekasih nya. Beberapa karyawan
menunduk tersenyum ramah ketika berpapasan denganya dilorong menuju ruang
direktur tujuannya. Sebelum sampai di ruang direktur, Jesika harus melalui meja
Kimmi terlebih dahulu untuk memastikan apakah bos nya mau menerima tamu atau
tidak sekalipun itu kekasihnya.
“ Selamat sore noona Jesika, ada
yang bisa saya bantu?” tanya perempuan cantik nan anggun dan selalu tersenyum
ramah kepada siapapun itu sambil berdiri membungkuk menghormati tamu yang ada
di hadapannya.
“ Asshh, sudahlah Kimmi kamu tidak
perlu sesungkan itu kepada ku. Aku mencari Oppa Chan, apa dia ada diruanganya?”
balas Jesika santai. Dia sudah terlalu dekat dengan karyawan Chanyoel yang satu
ini. Kimmi bekerja di rumah sakit ini sejak tahun pertama dia kuliah sambil
bekerja dan saat ini dia hampir menyelesaikan kuliahnya. Namun baru satu tahun
terakhir ini perusahaan mengangkatnya menjadi sekertaris pribadi setelahh
Chanyoel resmi menjadi direktur utama
rumah
sakit ini setelah ayahnya meninggal.
“ Ada noona, tapi nampaknya tuan
muda sedang sibuk. Seharian ini banyak menerima tamu dan terakhir tadi..”
sebelum Kimmi menyelesaikan kalimatnya Jesika sudah pergi meninggalkan gadis
itu dan dengan lancang membuka pintu ruangan direktur rumah sakit ini.
“ Noona maaf anda tidak bisa masuk
tanpa ijin tuan muda.” Kimmi berusaha mengejar Jesika namun telat, gadis itu
sudah ada didalam ruangan kekasihnya.
“ Maaf kan saya tuan Park saya sudah
memberitahu..”
“ Sudah Kimi, biarkan dia disini.
Tolong tinggalkan kami berdua. Kamu pulanglah karena sudah lewat jam kerja.”
Perintah Chanyoel pada sekertarisnya yang nampak sedang ketakutan karena ulah
Jesika.
“ Ne, permisi.” Balas Kimmi menunduk
kemudian keluar dari ruangan itu dan menutp kembali pintunya.
“ Ada apa? Aku sedang sibuk.” Tanya Chan
pada gadisnya tanpa menoleh kearah gadis itu berada. Pandanganya fokus pada
beberapa lembar ketas dihadapannya dan layar laptop secara bergangtian.
“ Aku akan menunggu kamu selesai
dengan kesibukan mu.” Balas Jesika. Dia menarik kursi yang berada tepat didepan
meja Chanyoel dan mendudukinya. Dia melektakan kedua telapak tangannya ke muka
kemudian bergatian menggunakan punggung tangan dan menyapu nyapukannya dari
rahang sampai pipi berusaha menghangatkan mukannya yang berasa membeku. Dia
menggerakan mulutnya kekiri dan ke kanan bahkan tidak ragu memanyukannya untuk
membuat mulutnya hangat kembali, mulutnya sudah hampir beku sejak tadi di luar
dan semakin berasa ketika dia ada di dalam ruangan ini. Dia juga beberapa kali
menyemburkan nafas ke tangan untuk menghangatkan tangannya kemudian memasukan
tangan itu kedalam saku mantel tebalnya. Matanya terus memandang laki-laki dihadapannya yang sama
sekali tidak bergeming dengan kehadirannya disini, tapi dia akan sabar menunggu
sampai laki-laki itu menyelesaikan
pekerjaanya. Sebagai direktur baru, Jesika berusaha mengerti kesibukan Chanyoel
yang belakangan sangat menyita waktunya. Laki-laki
berwajah tampan dengan senyuman menawan dihadapannya ini yang sangat dia
rindukan. Sudah tiga hari ini mereka sama sekali tidak berkomunikasi karena
Chanyoel marah Jesika pergi ke Busan, beberapa hari sebelumya mereka juga tidak
bertemu karena Chanyoel selalu pulang larut malam dan tidak memiliki banyak
waktu untuk menemui Jesika. Hanya dengan memandang wajahnya saja Jesika sudah
merasakan keteduhan, rasa rindunya beberapa hari ini tiba-tiba sirna. Ah, laki-laki itu memang selalu
berhasil membuat Jesika jatuh cinta setiap menatapnya. Itu kenapa hubungan
mereka bisa sepanjang ini. Jesika mengubah posisi duduknya karena bosan terlalu
lama duduk mematung dan kaku, dia menjatuhkan kepalanya pada meja didepannya
dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantal untuk menaruh kepala. Rasa
capeknya mulai berasa setelah berjalan cukup jauh dari kampus sampai rumah
sakit ini, terlebih selama di Busan dia banyak sekali aktifitas yang
dikerjakannya. Ah, rasanya rindu juga dengan tempat tidur dikamarnya. Beberapa
kali dia mulai menguap. Sudah berlalu tiga jam sejak Jesika memutuskan masuk
secara paksa ke ruangan ini. Dia melirik jam di pergelangan tangannya. Hampir
jam 9 malam, hoaaaamm. Dia menguap lagi.
“ Apa kamu akan terus menyelesaikan
pekerjaan itu sampai pagi? Kalo iya aku tidak sanggup, aku akan pergi.” Tanya
Jesika setelah kesal masih terus diacuhkan.
“ Sebentar lagi selesai.” Balas Chanyoel.
Nada suaranya sudah tidak sedingin tadi. Jesika tersenyum dalam hati, ‘sebentar
lagi selesai’ itu berarti dia masih menginginkan nya tetap disini dan menunggu
sampai dia selesai. Sekali lagi dia tersenyum dalam hati ketika pandangan
matanya bertemu dengan mata Chanyoel kemudian dengan canggung laki-laki itu mengalihkan
pandangannya. Ah, meskipun marah toh dia
masih saja mencuri-curi pandang kearah ku pikir Jesika. Hoaam,
dia menguap lagi dan menutup mulunya sambil memejamkan mata. Sungguh, dia capek
dan ingin segera istirahat. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit
akhirnya mata indah itu tidak kuat lagi menahan kantuknya.
Pukul
21.30 KST ketika Chanyoel barusaja menyelesaikan dokumen-dokumen kerja yang
disiapkan untuk meeting besok pagi-pagi sekali bersama para dewan direksi rumah
sakit ini. Dia berusaha merenggangkan beberapa otot tangan dan lehernya dengan
menggerakan ke kanan dan kiri beberapa kali. Setelah merasa sedikit lebih
santai ototnya, dia berjalan mendekati gadisnya yang sejak beberapa jam tadi
diacuhkan. Dia hanya menahan tawa dalam hati melihat kelakuan pacarnya selama
menunggu dia selesai bekerja. Rasanya nyaman sekali kerja ditunggui oleh orang
yang dicintai, meskipun saat ini mereka dalam kondisi marahan. Ah tidak, aku
yang marah. Terlalu egois melarang dia pergi untuk misi kemanusian bersama
rombongan kampusnya hanya karena cemburu dengan ketua rombongan mereka yang
sejak awal kuliah Chanyoel tau menyukai pacarnya itu. Iya, Chanyoel dan Jesika
kuliah di universitas yang sama hanya beda fakultas. Chanyoel di fakultas
ekonomi dan Jesika di fakultas kedokteran. Jesika Jung adalah seorang calon dokter yang sedang menjalankan koas di rumah
sakit yang dipimpim pacarnya. Mereka menjalin kasih
sejak keduanya masih duduk di bangku SMA, saat itu Chanyoel senior Jesika 2
tingkat diatasnya. Setelah Jesika kelas 2 dan Chanyoel lulus kemudian melanjutkan kuliahnya
mereka baru menjadikan kedekatan mereka sebagai sepasang kekasih sampai hari
ini. Chanyoel jatuh cinta setengah
mati dengan perempuan dihadapanya kini karena kecerdasan dan ketulusannya. Ah
entahlah mungkinn terlalu general jika alasan itu hanya karna cerdas dan tulus,
jauh dibalik itu Chanyoel mencintai perempuan itu dengan segala apapun yang dimilki. Chanyoel tersenyum sambil membelai lembut
kepala gadisnya. Dia sudah tertidur dan tidurnya damai sekali, dia tidak akan
tega membangunkannya. Chanyoel duduk di kursi sebelah Jesika dan mengikuti gaya
Jesika tidur dengan menjadikan kedua tangan sebagai bantal diatas meja
kerjanya. Dia menyesal telah mengacuhkan perempuan ini selama beberapa hari
karna keegoisanya.
“ Aku merindukan mu sayang.” Ucap
Chanyoel lirih sambil mencium kening Jesika.
“ Enggghhh..” jesika terbangun dan
membuka matanya. “ Kamu sudah selesai?” tanyanya dengan suara lirih. Dia
mengangkat kembali kepalanya dan duduk tegak dikursi.
“ Ne.” Jawab Chanyoel. Dia berdiri
dan beralih duduk di meja berhadapan dengan Jesika.
“ Maafkan aku Oppa, aku tidak
bermaksut melawan mu. Tapi aku juga tidak mungkin menolak ajakan teman-teman
untuk melakukan misi kemanusiaan itu. Aku calon dokter, membantu menyembuhkan
sakit orang itu wajib .......”
“ Stttttt, iya aku mengerti. Aku
yang minta maaf karena aku terlalu egois.” Chanyoel memutus kalimat Jesika yang
berusaha menjelaskan alasan kenapa dia begitu ngotot ingin pergi ke Busan.
Senyum mengambang di wajah Jesika mendengar kalimat itu dari Chanyoel. Dia tau
bahwa Chanyoel tidak akan pernah bisa benar-benar marah dengannya.
“ Coba kamu bilang kayak tadi sejak
kemaren, aku tidak akan repot-repot datang kesini jalan kaki di musim dingin
udah gitu diluar hujan salju. Terus disini masih kamu cuekin dan harus nunggu
kamu berjam-jam lamanya menyelesaikan pekerjaan mu. Begitu aku sudah menyiapkan
kata-kata untuk merayu, kamu mengacaukannya
dan hanya membalas itu. Kenapa selalu se egois itu?” jesika kesal. Harusnya dia
sudah bisa sampai di apartemen dan segera istirahat, badannya lelah sekali.
“ Maafkan aku sayang, beberapa hari
lalu aku memang sibuk sekali, bukan bermaksut mengabaikan setiap telfon dan
pesan mu hanya saja ketika aku sudah selesai dengan pekerjaan ku sudah terlalu
malam dan kuputuskan untuk menundanya besok pagi. Tapi ya pagi tetap saja aku
sudah banyak jadwal ini itu nggak sempat lagi.” Sekarang berbalik Chanyeol yang
justru menjelaskan.
“ Apa? Sekarang Kamu bahkan mulai tidak
memiliki waktu hanya untuk menyempatkan membalas pesan ku? “ jesika marah
mendengar pengakuan Chanyoel.
“ Mianhe, biarkan aku seperti ini
sampai nanti kondisi ini akan sedikit berangsur membaik. Setelah program baru
yang aku terapkan di rumah sakit ini berhsil, mungkin kesibukan ku akan sedikit
berkurang. Mengertilah..”
Jesika
hanya tersenyum mendengarnya, bagaimana dia bisa menolak laki-laki ini setelah membuatnya
tidak bisa bergerak bebas melirik laki-laki
lain selama 7 tahun ini.
“ Baiklah, aku akan selalu mengerti.
Aku mencintai mu”
“ Aku lebih mencitai mu sayang,”
balas Chanhyoel mendekatkan wajahnya ke wajah Jesika. Terlalu dekat sampai
hembusan nafasnya berasa hangat menyapu wajah Jesika.
“ Aku merindukan mu oppa.” Jesika berbisik dan bisikan
Jesika di jawab dengan kecupan lembut dari bibir Chanyoel. Awalnya hanya ciuman
biasa, tapi naluri mereka yang saling merindu satu sama lain membuat ciuman itu
menjadi terasa memanas. Jesika bahkan
mulai bangkit dari tempat duduknya dan memilih berdiri agar bisa dengan nyaman
mengimbangi ciuman ganas Chanyoel.“ Oppa..” panggil Jesika disela-sela desahannya sambil menahan rasa nikmat yang dibuat oleh laki-laki itu.
“ iya sayang.”
“ Oppa sss..sudah.” jesika mendorong
pelan dada Chanyoel berusaha melepaskan diri dari serangan itu.
“ Sudah tidak tahan? Bersabarlah,
aku ingin bermain-main disini dulu.” Balas Chanyoel santai sambil terus
memainkan lidahnya. Jesika yang mendengarnya sedikit terkekekh,
“ Bukan itu. Jangan lakukan disini
oppa.”
“ Whe? Semua karyawan sudah pulang
jam segini, hanya perawat-perawat yang jaga malam itu pun mereka tidak akan
berani sampai masuk kesini.” Chanyoel masih bersikeras. Ciumannya kembali naik
ke atas dan membungkam mulut Jesika. Sedikit menolak, jesika mendorong dada
Chanyoel pelan dan tidak membalas ciumannya.
“ Apa yang salah lagi?” protes
Chanyoel kesal.
“ Aku tidak mau melakukannya
disini.”
“ Kenapa? Sudah ku bilang kantor
sudah sepi sayang.”
“ tapi ruangan kamu dilengkapi CCTV
yang dijaga security.”
Seketika
chanyoel menelan ludahnya susah payah karena kaget.
“ Iya kau benar. “ dia berhenti
mencumbu dan kembali mengancingkan kemeja Jesika yang tadi sudah dubukanya
lebar-lebar. Jesika terkekeh kembali melihat betapa panik muka namja didepannya
kini.
“
Kamu ingin kita makan dulu atau mengantarkan mu pulang?” Chanyoel melonggarkan
dasi di kemejanya yang dari tadi membuatnya sedikit sesak bernafas.
“ Aku
ingin segera pulang, lelah sekali. Tapi sepertinya kamu lapar. “ balas Jesika
sambil merapikan baju dan mantel yang sudah diacak-acak pacarnya barusan.
“ Iya
aku lapar sekali, jadi bisakah kita makan dulu sebelum aku mengantar kan mu
pulang?”
Itu tawaran atau ajakan sih sebenarnya, jesika menggerutu
dalam hati.
“
Baiklah, aku juga belum makan sejak tiba di Seoul tadi.” Balas perempuan
berhidung mancung itu sambil menggenggam tangan kekasihnya untuk mengajaknya
segera meninggalkan tempat ini.
“ Aku
rapikan barang-barang ku dulu.” Chanyoel melepas tangan jesika dan beranjak ke
kursi nya kemudian merapikan beberapa kertas-kertas kerjanya yang langsung
dibantu Jesika. Beberapa menit setelahnya mereka berdua sudah pergi
meninggalkan ruangan itu dan berjalan menuju lift yang akan membanyaka ke
basement gedung ini untuk mengambil mobil dan segera mencari makan diluar. Pilihan
mereka selalu jatuh di lestoran makanan khas Korea dekat apartemen jesika yang
menjadi langganan Jesika sejak memutuskan pindah tempat tinggal di apartemen
mewah yang kini ditempati dengan Omma dan adik kecilnya, asshh adik kecil? Sudahlah,
jangan membahas adik kecil jesika dulu karena akan membuatnya selalu merasa sedih
dan bersalah. Pesanan makanan mereka pun selalu sama, kimbab untuk Jesika dan
bulgogi untuk Chanyoel. Setelah selesai makan yang disertai obrolan-obrolan
kecil tentang kegiatan mereka selama tidak bertemu akhirnya Chanyoel
mengantarkan Jesika pulanng. Sebenarnya mereka masih ingin terus bersama
setelah lama tidak seperti ini, tapi udara diluar dingin sekali membuat mereka
malas untuk melanjutkan kebersaama itu. Lagipula masih ada hari besok kan.
“ Aku
tidak ingin mengganggu tidur ammonin, ini sudah terlalu larut malam.” Kata Chanyoel
begitu sampai di depan pintu apartemennya tanpa masuk seperti biasa.
“ Baiklah, segera pulang dan istirahat. Jangan lupa
mengabari ku begitu sampai rumah.” Balas Jesika.
“
Pasti sayang.” Balas Chanyoel lagi disertai kecupan lembut di bibir Jesika
kemudian laki-laki itu mulai berjalan meninggalkan kekasihnya yang masih
menatap kepergiannya dari balik punggung. Setelah Chanyoel hilang di tikungan
menuju lift Jesika mulai membuka pintu apartemen dan masuk. Sepi, karena dia
yakin Omma dan Ara pasti sudah tidur. Meskipun begitu dia tidak akan pernah
tenang jika tidak bener memeriksa sediri kondisinya. Setelah selesai meletakan
sepatu dan menggantinya dengan sandal rumah dia langsung menuju kamar diaman
Ara biasanya tidur bersama omma. Pintunya tidak di kunci dan dibiarkan terbuka.
“
Jesika, kau sudah pulang?” omma nya terbangun dan kaget mendapati anaknya sudah
ada di kamar itu. Dia tahu Jesika ada di Busan beberapa hari ini untuk kegiatan
social.
“ Iya
omma, aku sudah pulang sejak sore tadi. Aku bertemu dengan opaa Chan dulu dan
berjalan-jalan sebentar.” Jelas Jesika sambil duduk di tepian tempat tidur.
Omma nya bangun dari tidurnya dan duduk mendekat
kearah jesika.
“ Kau
lelah? Apa kau sudah makan?” Tanya wanita paruh baya berdarah asli Indonesia
itu. Diusianya yang hampir menginjak pertengan abad perempuan bernama Arumi itu
masih sangat cantik. Mukanya sama sekali tidak menunjukan muka orang korea
meskipun sudah puluhan tahun tinggal di sana karena dia memang bukan keturunan
orang Korea melainkan Jawa. Arumi memang berasal dari Indonesia dan merupakan
keturunan dari keluarga keraton Surakarta. Perkenalannya dengan Shin ayah
Jesika diawali oleh sahabat dekatnay yang bekerja di perusahaan milik orang
korea yang dipimpin oleh Shin. Singkat cerita mereka menjalin kasih dan
hadirlah Jesika sebelum mereka mengikat kasih mereka dalam tali pernikahan. Karena
kehadiran Jesika diluar nikah itu yang membuat Arumi terbuang dari keluarga
besarnya di Jawa dan memutuskan pergi ke Korea bersama Shin sampai detik ini. Sekalipun
Shin sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu ketika Jesika masih kecil.
“
Sudah omma, bersama oppa Chan. Apa Ara baik-baik saja selama aku tinggal?”
kepalanya mendongak melihat sosok anak laki-laki berusia 5 tahun disamping omma
nya.
“ Iya
dia baik-baik saja. Appa nya selalu kesini setiap pulang kerja selama kau tidak
di sini. Dua hari yang lalu bahkan dia tidur disini bersama Ara.” Balas Omma
nya sambil membelai lembut rambut cucunya. Ya, cucu nya bukan anaknya jika
hanya berdua dengan Jesika. Namun jika ada Chanyoel dan orang asing lainnya Ara
akan menjadi anaknya. Karena sesungguhnya Arumi hanya meiliki anak tunggal
yakni Jesika, Ara bukanlah anak yang keluar dari rahimnya melainkan dari rahim
Jesika. Untuk menutupi kesalahan putri tunggal kesayangannya itu dia rela
mengakui Ara sebagai anak dari hasil hubungan gelapnya dengan laki-laki lain. Meskipun
demikian Arumi sama sekali tidak merasa keberatan dengan hal tersebut, dia
tidak akan peduli dengan pendapat orang tentangnya karena yang terpenting
adalah kebahagian Jesika. Toh dia tinggal di apartemen mewah yang kehidupan
orang-orang yang tinggal disini tidak bisa dengan mudah diketahui satu sama
lain karena ya kita tahu kehidupan penghuni apartemen mewah yang saling acuh
dan menutup diri. Jadi Arumi tidak akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan
siapa Ara kepada orang atau keluarganya karena ya dia pun sudah tidak memiliki
keluarga. Arumi pun sudah mengubur jauh-jauh kenangan tentang bagaiaman Ara
bisa ada. Hanya yang selalu dipikirkannya bagaimana jika suatu saat Chanyoel
tau siapa Ara sebenarnya, apakah dia akan meninggalkan Jesika atau bagaimana. Itulah
ketakutan terbesar bagi Arumi selama lima tahun terakhir ini. Chanyoel hanya
mengenal dan mengetahui Ara sebagai adik Jesika bukan anak Jesika.
“
Besok hari sabtu, apakah kamu juga libur? Kalau iya luangkan lah sedikit
waktumu untuk Ara, dari kemaren dia menanyakan kamu terus.” Ucapan Arumi
memecah keheningan antara ibu dan anak tersebut ketika mereka sibuk dengan
pemikiran mereka masing-masing.
“ Ani
omma, besok aku harus ke rumah sakit. Aku sudah lama meninggalkan tanggung
jawab ku. Mungkin setelah selesai dari rumah sakit aku akan mengajak Ara keluar.”
“
Baik lah, biarkan besok pagi Ara ditemani appa nya.”
Jesika mengernyitkan dahinya mendengar kata omma nya. “
Kenapa bukan omma saja yang menemani Ara seperti biasa. Bukannya beberapa hari
kemaren dia sudah bersama appa nya.” Jesika protes. Masih tidak suka jika Ara
terlalu dekat dengan ayah kandungnya meskipun sudah bertahun tahun lamanya
peristiwa itu berlalu.
“ Ara
sendiri yang meminta untuk ditemani appa sama omma nya. Ara sudah besar untuk
mengetahui bahwa teman-teman nya di play grub selalu diantar oleh appa nya ketika
berangkat sekolah. Dan ketika weekend mereka akan menghabiskan waktu bersama
appa serta omma nya. Kamu tau seberapa susahnya tuan Cho dan aku menjelaskan
kepada Ara bahwa appa nya tidak bisa mengantarkannya ke sekolah seperti yang
dia mau?” penjelasan Arumi seketika membuat Jesika diam. Dalam diamnya dia
merasakan sakit yang teramat. Ini yang juga selalu ditakutkan Jesika selama
ini. Bahwa anak itu akan tumbuh dan mulai memiliki lingkungan baru selain lingkungan
keluarga kecil ini. Lingkungan baru itulah yang nantinya akan membuat dia tau
sebenarnya siapa dia cepat atau lambat dan kondisi ini tidak bisa Jesika
hindari. Bertahun-tahun dia menyembunyikan Ara dari siapapun termasuk Chanyoel
yang hanya mengetahui Ara sebagai adik bukan anaknya.
“
Satu tahun terakhir kamu begitu sibuk, omma paham dengan kegiatan kamu saat ini
tapi omma mohon jangan membuat Ara merasa terabaikan. Dia mungkin tidak paham
kalau kamu lah omma nya, tapi ikatan batin kalian tidak bisa dibohongi.”
Kalimat Arumi sekali lagi membuat Jesika merasa sakit.
Sakit menyadari kenyataan ini, selalu seperti ini. Hati dan pikirannya lelah
terus berputar dengan masalah ini. Matanya seolah lelah terus mengeluarkan air
mata memikirkan hal ini, hati nya pun lelah terus merutuki diri.
“
maafkan omma sayang, bukan bermaksut apa-apa tapi ini memang harus segera
kalian fikirkan. Kasihan Ara..” ucap Arumi mengusap halus pundak putri kesayanganya.
Kemudian bangkit dan meninggalkan jesika sendiri dalam diam. Setelah omma nya
keluar dari kamar itu, Jesika langsung memeluk tubuh kecil Ara yang dengan
tenang tidur tanpa beban. Dia menangisi putra nya yang bahkan tidak
mengenalinya sebagai ibu tapi kakak karena keegoisannya. Jesika paham betul
yang dimaksut ‘kalian’ oleh omma nya tadi. Apakah iya aku harus melanjutkan ini
dengan laki-laki yang menjadi ayah anak ku meskipun aku tidak mencintainya sama
sekali dengan resiko aku akan kehilangan Chanyoel laki-laki yang sangat aku
cintai selama ini. Atau aku harus tetap mempertahankan keegoisan ku untuk tetap
bersama Chanyoel dengan resiko Ara yang akan kehilangan appa nya. Ottokee,
bunuh saja aku.
3 komentar
Ceritanya kompleks banget kak..
BalasHapuswalaupun aku kurang tertarik dengan cerita beginian, tapi oke lah
wkwkwkwk..
hhaaa, baiklah akan ku buat kau menjadi tertarik dengan cerita beginian. hhaa pis
Hapusmkasih komennya
Awalnya bikin pusing, tapi penasaran pengen nerusin baca..
BalasHapusIni bukti kalo si penulis pinter milih diksi..
Terus berkarya sis..