A CHILD ( chapter 3 )
ACHILD ( chapter 3 )
Cahaya
kuning matahari untuk pertama kalinya mulai nampak pagi ini setelah beberapa
hari terakhir Seoul di guyur salju. Cahaya itu terpancar halus dan belum mau
sepenuh nya memperlihatkan permukaannya, meskipun begitu cukup untuk membuat
cuaca hari ini sedikit membaik dibanding beberapa hari sebelumnya. Mungkin
sudah saatnya berganti musim meskipun sudah terlambat. Kondisi ini membuat senang penduduk Korea
yang sudah tersiksa dengan musim dingin berkepanjangan, ya mungkin memang musim
dingin ini akan berubah menjadi musim semi karena bunga Canola di Pulau Jeju
sudah nampak mekar. Di Pulau Jeju-do musim
semi datang lebih awal dibanding wilayah Korealainnya. Kesenangan warga Korea menyambut musim semi itu pula yang
dirasakan Jesika saat ini, tidak terlalu berpengaruh signifikan memang tapi
setidaknya dia tidak akan merasa membeku ketika harus terjaga malam hari untuk
jaga malam di klinik tempatnya bekerja. Tiga hari sudah dia berjaga malam
disana dan pagi-pagi nya sekali dia langsung ke rumah sakit untuk Visite pre-op. Visit pre-op
bertujuan untuk melihat kondisi pasien yang menentukan jenis anestesi apa yang
nanti akan dilakukan saat operasi. Tugas Jesika dan kelompoknya dalam koas
adalah menilai keadaan umumnya, ABCD nya bagaimana, riwayat penyakitnya,
melihat hasil pemeriksaan penunjang, menilai adakah kontra indikasi terhadap
salah satu teknik atau obat anestesi, menilai kesulitan ventilasi dan intubasi,
menilai status ASA pasien, dan menentukan rencana anestesi esok hari. Setelah
itu di tulis hasilnya di rekam medis pasien. Kemudian hasil pemeriksaan
tersebut diserahkan kepada residen dan dokter pembimbing mereka. Sekedar info
saja residen itu dokter umum yang sedang menempuh studi PPDS ( pendididakn
dokter spesialis ) . Biasanya mereka yang sedang menjalani koas selain ditemani
dokter pembimbim merek juga akan didampingi residen.
Pagi
ini pukul 08.00 KST Jesika bersama beberapa kelompok dalam koas stase anestesi
baru saja melakukan visit pre-op kepada hampir 20 pasien dan sudah mendatanya
dalam rekam medis mereka kemudian setelah diselesaikan dan di serahkan kepada
dokter Jya residen mereka dan dokter Dae pembimbing akan melalakukan breafing
untuk memutuskan tindakan operasi apa pada masing-masing pasien. Di ruang
meeting diskusi tersebut berjalan selama kurang lebih 2 jam dan setelah itu
akan dilakukan tindakan kepada masing-masing pasien. Hasil meeting memutuskan
ada 12 pasein yang akan segera di operasi hari ini dan sisanya bisa dilakukan
hari berikutnya karena kondisinya yang tidak terlalu mendesak. Dari ke 12
jadwal operasi hari ini, kelompok Jesika mendapat kesempatan ikut terlibat 6
operasi sisanya kelompok yang lain dari universitas lain yang kebetulan
melakukan koas secara bersama. Kelompok Jesika ada 3 orang dan dari ketiga
temannya Jesika beruntung karena dia sudah mendapatkan materi khusus dari
dokter Dae sebelumnya dan ikut membantu dokter meyelesaikan operasi beberapa
hari lalu untuk operasi minimal
invasif. Jadi kegiatannya hari bisa dia selesaikan dengan percaya diri yang
sedikit lebih banyak dari teman-temannya.
Satu demi satu proses operasi itu harus diperhatikan dengan baik oleh
individu atau kelompok koas Jesika karena setelah ini mereka akan diminta
membuat laporan dan akan ada ujian.
^^^
Hari ini benar-benar menjadi
hari yang sangat melelahkan bagi Jesika dengan jadwal 6 operasi yang baru saja
diselesaikan bersama kelompoknya. 8 jam sudah dia habiskan waktunya di ruang
operasi dan ini sudah pukul 19.00 KST ketika dia dan teman-teman nya
mengistirahatkan badan di ruangan yang menjadi satu dengan ruangan dokter Dae
pembimbing mereka.
“ Badan ku rasanya mau
patah-patah. Kepala ku pusing perut ku mual. Apakah akan begitu setiap hari
menjadi dokter bedah?” keluh Jiun teman satu kelompok Jesika yang memang selalu
mengeluh selama koas ini. Ah entah, sepertinya mengeluh sudah menjadi hobby nya
sejak dulu. Jesika mengenalnya sejak tingkat pertama dia belajar sebagai
mahasiwi kedokteran sampai sekarang dan mereka bersahabat. Entah beruntung atau
tidak ketika koas ini dia harus berada dalam satu kelompok lagi. Memang untuk
dijadikan sahabat Jiun ini sangat menyenangkan, tapi kalau jadi partner kerja
dan tugas seperti ini nampaiknya tidak.
“ Tidak, kebetulan belakangan
rumah sakit sedang ramai pasien yang harus operasi jadi jadwal nya padat.
Padahal rumah sakit ini sudah memiliki 4 ruang operasi tapi masih saja penuh
hampir setiap hari.” Dokter Dae tersenyum menjelaskan dengan sabar.
“ Apakah dokter Dae tidak capek
setiap hari seperti ini?” tanya Jiun lagi.
“ Tidak selalu setiap hari
Jiun, tapi kalaupun iya setiap hari aku rasa aku tidak akan capek.”
“ Kenapa begitu dokter? Dokter
punya strategi lain untuk mengatasinya?” tanya Hwang tae teman Jesika lainnya
dalam kelompok.
“ Strateginya adalah cinta.
Jika kalian mencintai pekerjaan kalian maka tidak akan pernah merasa capek. Itu
saja.” Balas dokter Dae sambil menutup kembali gelas yang tadi berisi air putih
penuh dan dalam satu tegukan dokter tampan itu berhasil menghabiskannya. Jesika
tersenyum mendengarnya, karena cinta. Iya jika dia melakukan kegiatan
hari-harinya karena cinta mungkin lelah nya sedikit hilang, sama seperti rasa
cintanya pada Chanyoel yang selalu berhasil menepis apapun.
“ baiklah kalian boleh pulang,
ini sudah sangat terlambat dari jadwal pulang kalian. Selesaikan tugas
selanjutnya besok pagi dengan baik seperti hari ini.” Tutup dokter dae yang
nampaknya juga akan segera pulang karena sudah mengemas barang-barangnya.
“ Baik, terimakasih banyak
untuk hari ini dokter.” Balas Jesika yang juga mulai mengemasi barang-barangya
kedalam tas.
“ Mau langsung pulang Jesika?”
tanya Dokter Dae.
“ Ne dokter. Kenapa?” Jesika
menghentikan kegiatannya kemudian menatap dokter Dae heran.
“ Tidak ingin menunggu
seseorang dulu?” nada tanya dokter Dae berasa sekali menggoda membuat Jesika
ingin tertawa. Dokter tua yang masih tampak tampan itu selalu menggoda Jesika
setelah tau bahwa Jesika berpacaran dengan pemilik rumah sakit ini terlebih
ketika Chanyoel menyusulnya di ruangan itu saat ada dokter Dae kemaren.
“ Ani dokter, aku yang akan
menghampirinya sekarang.” Jesika membalas godaan pembimbingnya.
“ Siapa yang kalian bicarakan?”
tanya Jiun. Rasa ingin tau anak itu mengenai hal-hal semacam ini memang lebih cepat
dari pada rasa ingin tau yang berhubungan dengan materi kuliah dan koas ini.
“ apakah pangeran tampan
pemilik rumah sakit ini yang dengan betah memacari perempuan sederhana sebelah
ku ini selama tujuh tahun itu dokter?” tambah Jiun. Dokter Dae tertawa pelan
mendengarnya, dia sudah maklum dengan Jiun yang memang suka kebalasan kalo
sudah bicara tentang sesuatu itu.
“ Tanyakan pada sahabat mu itu.
Aku sudah ditunggu istriku di rumah. Selamat malam.” Balas dokter Dae sambil
berpamitan dan segera meninggalkan ruangan yang kini menjadi sumpek karena
tambahan tiga meja untuk anak asuhnya itu.
“ Aku juga akan pulang.
Lanjutkan gosip kalian besok pagi okey.” Pamit Hwang tan.
“ Aku ikut pulang bersama mu
oppa, aku tidak bawa mobil tadi pagi.” Pinta Jiun yang semakin mempercepat merapikan
meja dan mengemas barang nya.
“ Ah bilang saja kamu sengaja
biar bisa bareng sama oppa Hwang.” Selidik ku.
“ Iya itu memang salah satu
usaha ku. Kenapa? Oppa juga tidak keberatan kan?” balas Jiun percaya diri
sambil menggandeng tangan Hwang. Yang digandeng tangannya hanya tersenyum
menjawabnya. Huh kenapa mereka jadi dekat seperti itu, dasar Jiun dia pasti
sudah berhasil membuat oppa Hwang menyukainya.
“ Sudah sana kalian pergi. Aku
muak.” Usir Jesika.
“ okey bye!” balas Jiun dan
kemudian melenggang pergi. Jesika pun segera pergi meninggalkan ruangan itu dan
segera menyusul oppa Chanyoel yang masih ada di ruangannya di lantai 25. Sudah
tiga hari ini sejak dia menyusul ke ruangan dokter Dae dan mengajak Jesika
makan di kantin serta membiarkan kebersamaan mereka menjadi perhatian orang itu
mereka tidak bertemu lagi. Jesika sibuk malam hari jaga di klinik paginya
langsung ke rumah sakit sampai siang. Sorenya ketika Chanyoel sudah pulang dari
kantor Jesika masih berkutat dengan laporan koas bersama kelompoknya. Malamnya Jesika jaga
klinik lagi begitu terus selama hampir 4 hari ini bahkan Jesika tidak pulang ke
apartemen dan melihat Ara sama omma. Hari ini begitu tau Chanyoel lembur sampai
malam Jesika memutuskan untuk mengganggunya karena dia sudah selesai duluan dan
malam ini Jesika bebas jaga di klinik. Urusan laporan koas akan dia teruskan
besok sore selesai bekerja di rumah sakit.
Jesika sudah sampai di lantai
25 dan langsung berjalan menuju ruangan Chanyoel yang nampak dari kejauhan
masih tampak lampu ruangan itu menyala sementara ruangan yang lain sudah gelap.
Jesika langsung membuka pintu ruangan paling besar diantara ruangan lainnya di
lantai 25 sampai 30 sebagai kantor managemen itu. Jesika menemkan pacarnya
masih serius duduk di kursi biasanya dan ada Kimmi di depan meja Chanyoel.
“ Apakah aku mengganggu?” tanya
Jesika begitu mengetahui dua manusia dihadapanya nampak sedang serius. Chanyoel
mendongak sedikit terkejut.
“ Jesika? Tidak ngabarin mau
kesini.” Balas Chanyoel datar. Jesika sedikit kecewa dengan reaksi Chanyoel
yang biasa-biasa saja padahal dia berharap Chanyoel senang dengan kedatangannya.
“ Apa kamu masih sangat sibuk
oppa? Aku mengganggu?” Jesika ragu-ragu meneruskan langkah kakinya memasuki
ruangan itu.
“ Iya, aku sibuk sekali. Mungkin
masih agak lama. Ada yang ingin kamu bicarakan?” tanya Chanyoel masih di posisi
terakhir saat dia sedikit terkejut dengan kedatangan Jesika. Sekali lagi Jesika
kecewa dengan tanggapan Chanyoel. Memang tidak ada yang penting dan ingin dibicarakan
disini, dia hanya merindukan laki-laki itu dan berharap lelahnya akan hilang
begitu melihatnya seperti biasa.
“ Ani oppa, aku hanya ingin
melihat mu saja. Tapi sepertinya kamu sibuk, teruskan saja. Aku akan kembali
turun.” Balas jesika berusaha menutupi kecewanya dengan senyuman. Setelah
mengucapkan itu lantas dia berbalik badan dan membuka kembali pintu kemudian
keluar dan menutupnya. Chanyoel hanya mematung dan bingung, seperti ada yang
salah tapi apa dia tidak tau. Dia menatap Kimmi di hadapannya yang masih serius
meneruskan pekerjaan yang dia berikan. Entah dia benar-benar seserius itu atau
hanya pura-pura berusaha tidak menghiraukan percakapan yang baru saja dia
dengar. Menuruti kata hati, Chanyoel pun memutuskan untuk keluar menyusul
kekasihnya.
“ Jesikaa..” Seru Chanyoel dari
kejauhan. Jesika sudah ada tepat di depan lift pdahal jarak ruangan chanyoel
dan lift sangat lah jauh meskipun posisi ruangan Chanyoel langsung menghadap
lift, kenapa cepat sekali perempuan itu berjalan. Dia berjalan apa terbang pikir
Chanyoel.
“ Sayaaangg.” Panggil Chanyoel
lebih keras sambil sedikit berlari untuk mengejar gadisnya. Merasa ada yang
memanggil Jesika pun menoleh ke belakang dan menemukan Chanyoel sedang berlari
kecil menghampirinya.
“ Oppa.” Balas Jesika.
“ Aku memang sedang sibuk, tapi
aku kangen sama kamu. Mau menunggu ku selesai bekerja?” chayoel sedikit
terengah-engah dengan nafasnya setelah berlari kecil.
Jesika tersenyum dan menjawabnya. “ Ne
oppa.” Chanyoel tersenyum mendengarnya kemudian mencium kening pacarnya.
“
Berapa lama aku harus menunggu mu selesai?” tanya Jesika. Chanyoel memejamkan
mata berusaha mengira-ngira pekerjaan.
“
Dua atau tiga jam tidak apa-apa?” jawab Chanyoel tidak yakin karena memang
masih sangat banyak pekerjaanya.
“
Baik lah aku akan menunggumu.” Balas Jesika pasrah. Sebenarnya dua atau tiga
jamm itu sangat bermanfaat baginya mungkin untuk sedikit beristirahat atau
meneruskan belajarnya tapi yah selalu seperti itu, Chanyoel selalu bisa
mengalahkan apapun dari Jesika. Chanyoel menggenggam tangan Jesika dan
membawanya kembali ke ruangan dia akan meneruskan kembali pekerjaanya dengan
Kimmi dan Jesika menunggunya. Jesika memilih duduk di sofa tamu untuk menunggu
pacarnya selesai sambil membuka laptopnya dan berusaha mencicil pekerjaan dari
dokter Kim residen nya. Tidak lama dia membuka laptoop, smarthpohe nya
berdering panggilan dari omma nya yang seperti biasa menayakan kabar jika
beberapa hari tidak kembali ke apartemen. Jesika menjelaskan tentang kabarnya
hari ini dan aktiftasnya serta mengabarkan bahwa malam ini dia pulang setelah
itu sambungan terputus dan Jesika kembali konsen dengan laptopnya. Sesekali
melirik ke arah Chanyoel yang benar-benar serius dengan lembaran-lembaran
kertas dan laptop di hadapannya sementara Kimmi berusaha membantu bos nya
membereskan lembaran-lembaran lainnya sambil sesekali memberikann penjelasan
kepada bos muda yang memang menurut dia sangat tampan itu. Jesika menatap
kembali laptopnya dan mengetik sesuatu kemudian berfikir dan mengetik lagi.
Sudah dapat beberapa halaman namun mata dan badannya terlalu lelah untuk terus
dipaksa bekerja, akhirnya dia menyerah dan merebahkan badannya di sofa sambil
memejamkan matanya.
Pukul 22.00 KST begitu Chanyoel berusaha
melihat jam di pergelangan tangannya. Sedikit terkejut karena sudah selarut ini
setidaknya bagi Kimmi yang mungkin jarang bahkan tidak pernah lembur sampai jam
segini.
“
Oh Kimmi maaf ini sudah terlalu larut. Kamu harus segera pulang. Pulang lah
kita selesaikan besok.” Suruh Chanyoel . dia mulai menata kertas-kertas itu dan
menutup laptopnya.
“
Bapak yakin? Ini belum selesai pak.” Meskipun sebenarnya Kimmi sangat lelah dia
berusah untuk menyembunyikannya.
“
Tidak Kimmi, kita selesaikan besok saja. Kamu pulang lah, oh sebentar aku suruh
sopir ku untuk mengantar kan mu pulang.” Balas Chanyoel kemudian sibuk memencet
beberapa nomer di telfon kantor sebelah laptopnya.
“
Oh tidak pak, merepotkan. Saya pulang naik angkutan umum seperti biasa saja.”
Kimmi merasa tidak enak meskipun setiap hari bos nya memang bersikap baik
padanya tapi dia masih merasa sungkan.
“
Tidak masalah, pulanglah bersama sopir ku. Sudah malam bahaya perempuan pulang
sendiri di angkutan umum. Tunggu sebentar lagi ajussi Shuk sampai di lobby
bawah.” Jawab Chanyoel begitu selesai menutup telfonnya.
“
Tunggu lah sebentar di sini, aku akan memesan makanan. Kita makan dulu sebelum kamu
pulang.” Chanyoel nampak sibuk kembali memencet nomer telfon menghubungi
restoran cepat saji.
“
Oh tidak Pak, saya tidak usah. Saya langsung pulang saja.” Kimmi menolak halus
ajakan Chanyoel untuk makan, dia merasa tidak enak jika harus ikutan makan
bersama bos dan kekasihnya meskipun sudah beberapa kali mereka makan bertiga.
Hal itu yang mmebuat Kimmi dan jesika akhirnya dekat.
“
Ah kamu tidak tidak saja, kamu belum makan dari tadi sore gara-gara membantu
ku.”
“
Itu kewajiban saya pak.” Dengan rasa hormat Kimmi menjawab.
“
Ini sudah dluar jam kerja, anggap aku teman mu bukan bos kamu. Okey, makannaya
akan datang 15 menit lagi.” Chanyoel menutup kembali telfonnya kemudian
menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Menggerakan ke kanan dan ke kiri
badannya berusaha menghilangkan pegal-pegal di punggungnya.
“
Seharusnya bapak tidak perlu serepot ini pak, saya bisa pulang sendiri dan
makan di rumah saja.” Ucap Kimmi sambil merapikan meja bos nya dan mematikan
laptop miliknya.
“
Asssh sudah lah, aku tidak sekejam itu membiarkan mu pergi begitu saja setelah
seharian penuh ini membantu ku.”
Kimmi tersenyum menunduk sebagai tanda
ucapan terimakasih.
“
Apakah bapak butuh teh hangat atau kopi sambil menunggu makanan datang?” Kimmi
menawarkan.
“
Ohh boleh, kamu mau membuatkannya untuk ku?”
“
Tentu saja pak.” Kimmi tersenyum.
“
Baiklah, aku lebih suka kopi full cream jam segini.”
“
Baik, untuk ibu Jesika?”
“
Buatkan saja dia teh hangat less sugar. Dia tidak terlalu suka kopi.”
“
Baik, saya tinggal ke pentri sebentar pak.” Pamit Kimmi mulai berdiri dan
bersiap berjalan,
“
Kamu tidak apa-apa ke pentri sendirian Kimmi?”
“
Ne pak, tidak apa-apa.” Kemudian Kimmi segera pergi dan Chanyoel beranjak
mendekati gadisnya yang sudah tertidur pulas di sofa. Tidurnya begitu tenang
Chanyoel tidak tega membangunkan nya hanya memandanginya dan sesekali
menyingkirkan helaian rambut yang terjatuh menutupi wajah Jesika. Chanyoel
merasa bersalah dengannya, dia tau belakangan Jesika sangat sibuk dengan
pekerjaanya saking sibuknya mungkin tidur adalah hal yang sangat berharga
baginya. Dia melihat kantung mata di mata indah pacarnya yang yang mulai
terlihat. Seperti ini pun dia masih rela menunggu ku selesai bekerja, padahal
waktu dia pun sama berharganya dengan ku. Chanyoel mencium kening pacarnya
sekali lagi, pada saat yang bersamaan Kimmi datang membawa nampan berisi dua
gelas teh hangat dan satu cangkir kopi hangat full cream bersama beberapa
kantung plastik yang nampaknya merepotkan sekali. Merasa sedikit canggung
karena ulahnya diketahui Kimmi, Chanyoel berusaha menegakan kembali posisi
duduknya dan tertolong sekali dengan bangunnya Jesika.
“
Oppa.” Panggil Jesika datar khas orang bangun tidur.
“
Iya sayang, kamu masih ingin tidur lagi?”
“
Ani ya, maafkan aku tertidur.” Jesika menegakan kembali posisi duduknya dan
merapikan rambut panjangnya yang dia rasa berantakan karena habis tidur.
Meskipun begitu Chanyoel selalu menyukain Jesika yang habis bangun tidur dengan
muka polosnya. Tidak sekali dua kali mereka tidur bersama dan chanyoel mengetahui
seperti apa Jesika sebelum mandi dan menggunakan make up tipisnya.
“
Aku yang harusnya minta maaf karena membuat mu lagi-lagi menunggu sampai tertidur
seperti ini. Kamu capek?”
“
Sangat.” Balas Jesika datar sambil menatap penuh mata pacarnya.
“
oh, Kimmi belum pulang?” Jesika terkejut begitu melihat Kimmi yang nampak sibuk
menyiapkan sesuatu di meja seberang meja kerja Chanyoel. Ya, di ruangan ini ada
4 meja lengkap dengan kursi dan perangkatnya. 1 meja utama untuk kerja Chanyoel
dengan 2 kursi di depannya, 1 meja lagi untuk kebutuhan meeting dadakan dewan
direksi yang dikelilingi sekitar 9 kursi, satu meja satu set dengan sofa tempat
Jesika duduk bersama Chanyoel untuk menerima tamu dan satu meja kecil satu set
dengan 1 kursi untuk meja baca Chanyoel.
“
Belum, aku kelupaan menyuruh dia pulang duluan karena terlalu serius.” Balas
Chanyoel.
“
Sekarang jam berapa?” Tanya Jesika.
“
Jam sepuluh lebih, ayo kita makan kamu pasti lapar.” Ajak Chanyoel sambil
memandang ke arah Kimmi yang memang nampak sibuk menyiapkan makanan.
“
Makanan nya sudah siap pak, mari kita makan.” Ajak Kimmi yang tau tengah
menjadi perhatian bos dan pacarnya itu.
“
Iya Kimmi, terimakasih sudah menyipkannya untuk kami. Kenapa bisa kamu yang
membawanya kesini.” Balas Chanyoel segera berdiri bersama Jesika dan menyusul
Kimmi di Meja seberang yang biasa Chanyoel gunakan untuk meeting kecil bersama
dewan direksi.
“
Iya pak tadi di depan saya bertemu dengan kurir pengantarnya, jadi saya
putuskan untuk sekalian membawanya. Maaf pak saya siapkan di meja ini, soalnya
pantri agak jauh takut bapak menolanya untuk kesana.”
“
Ah tidak apa-apa Kimmi, tidak usah repot-rept. Terimaksih ya.” Balas Chanyoel
sambil menarik satu kursi untuk mempersilahkan Jesika duduk kemudian dia
menyusul di kursi sebelah kiri nya. Kimmi pun ikut duduk bersebelahan dengan
Jesika di sebelah kanan perempuan yang masih nampak sangat cantik meskipun
bangun tidur itu.
“
Sepertinya aku butuh air untuk mencuci muka ku. Aku ke toilet sebentar.” Pamit
Jesika bangkit dari kursinya dan segera berjalan menuju toilet di dalam ruangan
itu.
Chanyoel bersama Kimmi hanya diam melihat
jesika pergi. Kenapa dia? Seperti tidak nyaman. Pikir Chanyoel.
Setelah menunggu beberapa menit Jesika
kembali dan mereka memulai untuk makan bersama itu. Makanan italy cepat saji
yang menjadi pilihan Chanyoel dan mereka bertiga menikmatinya sambil
membicarakan tentang sesuatu hal.
“
Bu Jesika baik-baik saja? Kenapa dari tadi saya perhatikan nampak wajah ibu
pucat sekali?” tanya Kimmi yang baru saja menghabiskan pasta nya.
“
Sudah ku bilang jangan panggil aku ibu. Panggil nama ku saja atau unnie lah
boleh. Kita bisa berteman baik kan jangan sungkan seperti itu kimmi.” Omel
Jesika. Dia memang tidak terlalu suka di panggil ibu oleh beberapa karyawan di
sini yang mengenalinya. Kengarannya panggilan itu terlalu formal.
“
Ne unie, maafkan aku.” Balas Kimmi. Jesika memang sedikit lebih tua dari Kimmi dua
tahun sehingga dia harus memanggil unie jika Jesika tidak mau dipanggil Ibu
untuk menghormatinya.
“
Aku baik-baik saja, mungkin terlalu capek Kimmi. Dan karena darah ku sedikit rendah
jadi sedikit pusing dan pucat.” Balas Jesika meletakan garpu ke piring dan
memutuskan untuk tidak menghabiskan makanannya.
“
Sepertinya unnie terlalu bekerja keras.”
“
Karena seperti itu lah hidup Kimmi. Keras. Jika kita tidak bekerja keras maka
kita akan tersingkir.” Balas Jesika .
“
Sepertinya unnie tidak perlu bekerja sekeras itu, karena eheemm.” Kimmi
mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kalimat terakhir. Dia hanya berdeham.
“
Kenapa?” Jesika menunggu Kimmi menyelesaikan kalimatnya
“
Karena apa lagi, ya karena kau memiliki ku. Begitu kan Kimmi?” potong Chanyoel
yang sudah menyelesaikan makannya dari tadi. Kimmi tersenyum tidak enak
menjawabnya.
“
Dia terlalu sombong untuk menerima bantuan ku Kimmi.” Jelas Chanyoel lagi.
“
Tidak juga, aku hanya tidak ingin memanfaatkan mu.” Jesika membela diri.
“
Asshsudah lah, lupakan. Nanti jadi panjang.” Putus Chanyoel.
Jesika tidak membalas dan hanya
menghabiskan sisa teh hangat yang dibuatkan Kimmi untuknya.
“
Oh iya, apa laporan akhir bulan belum selesai? Kenapa kalian masih lembur
sampai selarut ini.” Jesika berusaha mengalihkan pembicaraan.
“
Harusnya sudah sejak 2 hari yang lalu. Tapi kita ada masalah di pembayaran
pajak bulanan kita selama dua tahun terakhir ini. Kementrian pajak akan segera
meng audit rumah sakit ini dalam waktu dekat. Dan sebelum mereka menemukan hal-hal
yang tida beres disini aku ingin menyelesaikannya dulu. Sepertinya memang ada
yang bermain-main dengan pembayaran pajak itu. Makannya aku minta laporan
keunagan dua tahun terakhir ini dan akan aku cek satu persatu.” Jelas chanyoel.
“
Apakah itu akan menjadi masalah serius bagi rumah sakit ini?”
“
Aku tidak tau sampai aku menemukan jawabannya, mungkin melalui laporan keunagan
itu.” Balas Chanyoel pasrah.
“
Semuanya akan baik-baik saja.” Hibur Jesika mengusap lengan pacarnya yang
nampak sekali kegundahan di wajahnya begitu membicarakan ini.
“
Iya akan baik-baik saja. Kenapa kamu tidak habiskan makanan kamu?” Chanyoel
memperhatikan piring Jesika masih nampak penuh.
“
Aku sudah kenyang oppa.”
“
Kenapa beberapa hari terakhir pola makan mu buruk sekali.” Protes Chanyoel.
“
Kamu tidak sedang menjalankan progam diet kan.” Selidiknya marah.
“
Memangnya aku pernah berdiet? Buat apa tanpa diet pun badan ku tidak akan naik karena aktifitas ku
yang padat” Bantah Jesika.
“
Lalu kenapa kamu tidak pernah menghabiskan makan mu lagi.”
“
Sepertinya ada hal yang lebih penting untuk kita bahas selain pola makan ku.”
Kelak Jesika menghindari tatapan tajam Chanyoel.
“
Itu juga penting bagi ku.” Chanyoel melotot menatap pacarnya yang selalu keras
kepala. “ Jangan lupa, aku memperhatikan mu detail lebih dari yang kamu tau.
Berhentilah membantah, mulai sekarang kamu tinggalkan pekerjaan kamu diklinik
dan mulailah fokus dengan koas saja dan perbanyak istirahat. Lihat kondisi kamu
sekarang di cermin, semakin kurus tirus perhatikan kantung mata di wajah mu.
Apa kamu pikir aku akan membiarkan kamu seperti ini?” bentak Chanyoel.
“
Jadi penampilan ku yang bermasalah bagi mu? Sudah bosan dengan ku?” balas
Jesika. Dia tidak bisa menerima dengan baik kalimat Chanyoel yang begitu memperhatikannya.
“
Ya tuhan Jesika, mengertilah. Aku melakukan itu karena aku terlalu mencintai
mu, aku tidak ingin melihat kamu seperti ini bukan karena masalah penampilan.
Kamu bahkan tau aku menerima apapun kondisi kamu, hanya aku tidak terima dengan
penderitaan yang kamu jalani ini sementara aku tidak bisa melakukan sesuatu.”
Chanyoel benar-benar marah mendengar jawaban Jesika. Sedikit pun tidak pernah
terbesit dalam benaknya mengenai bosan itu terhadap penampilan atau apa
semacamnya. Setiap jengkal tubuh gadis itu terlalu berharga baginya dan tidak ingin
melihatnya terluka. Melihat Jesika yang sekarang membuatnya sakit.
“
Jika kamu tidak berhenti aku yang akan meminta pemilik klinik untuk
memperhentikan mu.”
“
Jangan egois oppa, aku membutuhkan pekerjaan itu.”
“
Aku bertanggung jawab atas kamu. Jangan kawatir aku akan menghidupi semua
kebutuhan kamu.” Bentak Chanyoel membuat Jesika dan Kimmi yang dari tadi
menyimak percakapan itu terkejut. Chanyoel pun lupa bahwa di situ masih ada
Kimmi yang mendengar percakapan mereka dari tadi.
“
Kita selesaikan ini di rumah, sudah malam aku antar kamu pulang.” Chanyoel
menurunkan kembali nada suaranya.
“
Maafkan aku Kimmi harus melihat dan mendengar ini semua. Ayo kita pulang sudah
tengah malam.” Tambah Cnahyoel.
“
Ne. Saya bereskan dulu mejanya.” Jawab kimmi menurut.
“
Tidak usah, biar di bereskan petugas kebersihan besok.” Chanyoel bangkit dan
berjalan ke arah mejanya mengambil beberapa barangnya.
Jesika pun sama, tanpa kata dia berjalan ke
sofa dan segera menutup laptop kemudian memasukannya ke tas dan mulai bersiap
keluar. Chanyoel berjalan di belakang Jesika bersama Kimmi. Sungguh dia
menyesal membentak Jesika seperti itu apalagi di depan orang lain seperti tadi.
^^^
Jesika memasuki apartemennya dengan
langkah yang gontai setelah tadi di kantor bertengkar dengan Chanyoel dan
berdiam diri selama di mobil perjalanan mengantarkannya pulang. Apakah dia se
egois itu, dia hanya tidak ingin terus meroptkan laki-laki yang selalu
membantunya itu. Perdebatan mengenai pekerjan memang sudah sering terjadi
diantara mereka, tapi baru tadi Jesika melihat Chanyoel yang begitu marah
melihat perlawanannya. Mungkin memang benar aku harus memikirkan kembali
keinginan ku ntuk terus bekerja disana. Pikir Jesika yang memang jauh dalam
lubuk hatinya merasa berontak untuk tidak terus bekerja. Badannya terlalu lelah
apalagi setelah koas yang begitu menyita banyak waktunya. Dia jadi jarang
pulang ke apartemen dan merindukan omma serta Ara. Terakhir dia melihatnya
empat hari yang lalu saat Ara marah karena dia mengacuhkannya saat Ara mengajak
main. Apakah dia masih marah dengan ku. Pikir Jesika memutuskan berjalan ke
arah kamar Ara dan ingin melihat anak itu.
Jesika memutar kenop pintu dan memutarnya kemudian pintu terbuka, pandangannya
langsung ke tempat tidur Ara. Nampak bocah kecil yang menggemaskan bahkan
ketika dia sedang tidur sekalipun terbaring di tempat tidur sana. Jesika
kemudian berjalan mendekati tempat tidur itu, tapii kenapa tumben omma nya
membiarkan Ara tidur sendiri di kamar. Biasanya omma selalu menemaninya Jika
aku tidak di rumah. Pikir Jesika. Dia merangkak naik ke tempat tidur itu
pelan-pelan berusaha tidak membangunkan anaknya, Jesika terkejut ketika
pandangannya beralih ke sudut ruang kamar itu yang nampak sosok laki-laki
dewasa tengah duduk kursi bermain Ara dengan laptop di pangkuannya. Kenapa Cho
Kyuhyun bisa disini, pikir Jesika tidak suka. Beberapa detik mata mereka saling
bertemu karena sama-sama terkejut dengan kehadiran masing-masing tapi tetap
saja meskipun saling bertemu pandang mereka berdua tidak bereaksi apapun.
Jesika mengalihkan pandanganya ke Ara dan membelai lembut kening anak itu.
Jesika terkejut begitu merasakan hawa panas di kening anaknya.
“ Apa terjadi sesuatu
dengannya?” tanya Jesika panik. Meskipun tidak pernah menyebut namanya, tapi
Kyuhyun tau bahwa saat ini Jesika berbicara dengannya.
“ Iya dia demam sejak dua hari
yang lalu.” Balas Kyu singkat dan kemudian fokus pada laptopnya kembali.
“ Dan tidak ada yang berusaha
memberitahu ku?” tuntut Jesika kesal. Matanya mulai berair mengetahui kejadian
ini.
“ Untuk apa? Aku bisa
mengurusnya.”
“ Jangan sombong, aku ibu nya
aku lebih bisa mengurus ketika dia kenapa-kenapa.”
“ Dari dulu jawaban kamu
seperti itu terus. Tapi lihat kenyataanya, aku yang selalu ada disaat anak itu
membutuhkan orang tua nya.”
Kalimat itu berasa menusuk relung hati
Jesika dan berhasil membuatnya sakit seketika. Iya, sangat sakit mendengarnya.
Entah karena apa, merasa bersalah kah dengan anak ini atau tidak rela menerima
kenyataan bahwa apa yang diucapkan Kyuhyun benar dan Kyu berhasil merebut
perhatian Ara darinya. Jesika jadi ingat beberapa hari lalu ketika Ara
mengacuhkannya dan lebih memilih bersama Kyuhyun. Bukti bahwa Ara mulai
meninggalkan dirinya. Ah apa benar Ara yang meningalkannya, bukan terbalik? Aku
yang sering meninggalkan Ara. Jesika mengingat kembali seberapa sering dia
bersama Ara belakangan ini selama koas, bisa dihitung jari. Hatinya terasa
sesak mengingat kenyataan bahwa dia memang terlalu sering meninggalkan Ara
belakangan ini.
“
Jangan kawatir, bukan deman apa-apa. Hanya dia mungkin merindukan sosok yang
dia sayangi dan menghilang beberapa hari ini.” Tambah Kyuhyun berusaha
menenagkan Jesika yang nampak sedih memeluk anaknya. Kyuhyun bahkan beberapa
kali melihat Jesika mengusap air matanya yang jatuh membasahi kening Ara. Air
matanya semakin deras mengalir mendengar kalimat terakhir Kyuhyun. Benarkah
secara tersirat Kyuhyun ingin mengatakan bahwa Ara seperti ini karena dia, dia
yang mulai tidak memiliki waktu untuk anaknya. Sungguh Jesika menyesali itu
semua. Di tarlalu egois memikirkan keinginannya sendiri tanpa mempedulikan
keinginan Ara.
“
Appa.. appa..” panggil Ara di dalam tidurnya. Tangannya mencari sesuatu ketika
tangannya diraih Jesika anak itu mengempaskannya membuat hati Jesika semakin
sakit.
“
Appa..” panggil Ara lagi masih dengan mata yang terpejam dengan keringat dingin
yang keluar dari dahi anak itu.
“
Iya sayang..” jawab Kyuhyun bergegas menghampiri Ara dan meninggalkan
pekerjaanya di laptop.
“
Appa disini, Ara butuh apa?” Kyuhyun naik ke atas tempat tidur dan meraih
tangan kiri Ara sambil mengusap keringat di dahi anak itu dengan telapak
tngannya.
“
Appa..” panggil Ara lagi meskipun tangannya sudah menggenggap erat tangan appa
nya.
“
huhss cuup cupp...” Kyuhyun mengambil Ara dari pelukan Jesika dan berusaha
menenagkan dalam pelukannya. Jesika hanya diam tertegun menyaksikan,
kehadirannya seolah tak ada arti bagi Ara. Air matanya kembali turun dan kali
ini tidak ditutup tutupi.
“
Pergilah, setidaknya beristirahat sebentar. Sepertinya kamu juga dalam kondisi
yang tidak baik.” Ucap Kyuhyun halus sambil terus mengusap usap punggung Ara
berusaha membuatnya nyaman. Jesika menghapus air matanya dan menghempaskan
nafasnya dengan kasar.
“
Aku akan mandi sebentar, aku akan kembali secepatnya. Jaga Ara.” Balas Jesika
dengan halus. Ini pertama kalinya dia berbicara halus dengan Kyuhyun selama
lima tahun mengenalnya. Biasanya dia berusaha menghindari bicara dengan
Kyuhyun, kalaupun terpaksa harus bicara dengannya juga dengan nada terpaksa dan
acuh bahkan kadang kasar. Kyuhyun pun dibikin kaget dengan jawaban Jesika,
tidak biasa dia menjawab Kyu dengan kalimat sebaik itu.
Jesika turun dari tempat tidur dan
meninggalkan Kyu bersama Ara. Dia segera pergi ke kamarnya di sebelah kamar Ara
dan secepat mungkin membersihkan badan di kamar mandi. Lelah sudah pasti,
selain karena aktifitas nya dia juga belum benar-benar tidur sejak tiga hari
yang lalu. Keinginannya untuk terus berada di samping Ara sangat kuat dan
mengalahkan rasa lelahnya. Segera setelah dia selsai membersihkan diri dan
berganti pakaian dia menyusul ke kamar Ara, tidak peduli disana ada Kyuhyun
yang biasanya dia hindari. Saat ini dia hanya ingin berada di samping Ara dan
menjaganya. Rasa bersalah menyelimuti hati Jesika begitu dia menyadari bahwa
ini benar-benar karena dirinya.
Kyuhyun sedang membaringkan Ara dan
merapatkan selimutnya begitu Jesika memasuki kamar itu lagi. Kyuhyun menoleh
sebentar ke arah Jesika namun tidak bergeming sama sekali. Kyuhyun meninggalkan
Ara di tempat tidur dan kembali ke sudut ruangan duduk di kursi bermain Ara dan
mengambil kembali laptopnya. Dia sengaja memberikan kesempatan pada Jesika
untuk bisa lebih dekat dengan Ara. Jesika yang paham diberi kesempatan itu oleh
Kyuhyun pun dengan segera menghampiri anak itu, dia duduk di sudut tempat tidur
dan memandang anak laki-lakinya yang ternyata nampak sedikit kurus dari
terakhir dia lihat.
“
Bisakah kamu memeriksanya? Panasnya tidak turun meskipun aku sudah memberikannya
obat dari dokter.” Ucap Kyu dari balik punggung Jesika.
“
Kamu sudah membawanya ke dokter?” tanya Jesika pelan tanpa memalingkan
pandangannya dari Ara.
“
Tentu saja sudah, dia seperti ini sejak dua hari yang lalu.” Ada sedikit
penekanan pada kalimat itu saat Kyu mengatakannya. Entah memang perasaan Jesika
saja atau memang Kyu sengaja memberikan penekanan seolah ingin mejelaskan bahwa
selama ini Jesika tidak bisa mengurus Ara dengan baik. Meskipun demikian,
Jesika harus mengakuinya nahwa itu benar.
“
Apa kata dokter?” tanya Jesika lagi. Ini juga pertama kalinya Jesika mau secara
banyak berbicara denga Kyuhyun.
“
Hanya demam biasa.”
Kemudian Jesika memegang kembali kening Ara
berusa memeriksa suhu dalam tubuhnya. Ini sedikit lebih hangat dari yang
terakhir tadi dia pegang. Segera Jesika mengambil stetoskop yang ada di dalam
tasnya yang masih tergeletak di sisi kiri tempat tidur Ara. Dia memeriksa pernafasan
Ara dan dia merasakan nafasnya yang tidak stabil menandakan anak itu sedang
dalam kondisi yang tidak nyaman. Kemudian Jesika mengambil senter di tas nya
untuk memeriksa mata Ara, gerakan
matanya tidak teratur pupil matanya tidak terfokus sepenuhnya dengan cahaya
yang diberkan dari center. Kemudian Jesika memeriksa denyut nadi Ara, masih
normal. Keringat dingin di kening Ara tidak berhenti keluar, Jesika menyekanya
beberapa kali dengan tangan.
“
Kapan terakhir kali kamu memberikannya obat?” tanya Jesika masih tidak
mengalihkan panangannya dari Ara.
“
Baru saja saat kamu mandi tadi. Apakah ada yang salah?” Kyuhyun berdiri . dia
jadi kawatir melihat air muka Jesika dari tempatnya duduk yang berubah semakin
gelisah.
“
Lalu kenapa AC kamu nyalakan segala?” kali ini Jesika menghadap ke belakang
dimana Kyuhyun berdiri dengan nada yang sedikit meninggi. Jesika baru saja
menyadari jika AC di kamar ini menyala setelah melihat tubuh Ara yang
menggigil.
“
Karena dia berkeringat terus dari tadi, aku pikir dia kepanasan.”
Jesika berdiri kemudian mengambil remot AC
yang berada di dekat pintu kemudian mematikannya.
“
Ada yang salah dengan suhu badan Ara, dia bukan kepanasan. Bukan seharusnya
kamu menyalakan AC. Sejak kapan kamu membiarkan AC nya menyala?” Jesika marah
denga tindakan Kyuhyun yang menurutnya sembarangan dan sok tau itu.
“
Sejak tadi sore. Aku tidak mengerti harus bagaimana aku hanya berusaha membuat
nyaman anak ku. ” Balas Kyuhyun merasa bersalah. Jesika juga merasa bersalah
mendengarnya, tidak seharusnya dia menyalahkan Kyuhyun. Dia sudah dengan semampunya
berusaha memberikan yang terbaik dan mendampingi Ara. Masih perlukah Jesika
marah dengan Kyuhyun? Sepertinya keterlaluan. Bahkan jika mungkin ada yang
perlu disalahkan dalam peristiwa ini mungki Jesika lah yang pantas.
“
Maafkan aku.” Balas Jesika pelan. Dia kembali berjalan mendekati Ara dan
merapatkan kembali selimutnya.
“
Bisa bantu aku mengabil air hangat di dapur untuk mengompres Ara?” pinta
Jesika.
“
Iya.” Kyuhyun kemudian dengan cepat berlari ke dapur dan mengambil apa yang
tadii di minta Jesika. Sekalipun
sebelumnya dia tidak pernah sama sekali masuk dapur entah di apartemen ini
ataupun di rumahnya sendiri. Dia berusaha untuk memberikan apapun yang bisa
membuat Ara lebih baik dari sekarang. Dia menyapukan padangan kesemua isi dalam
dapur itu mencari dimana letak termos air hangat. Atau dia akan memasak air
dulu.
Sementara itu Jesika berusaha menenangkan
Ara dengan memeluknya yang sejak beberapa menit yang lalu saat Kyuhyun pergi
Ara mulai menggigil dan memanggil-manggil appa nya. Meskipun sakit karena bukan
nama dia yang dipanggil saat dalam kondisi seperti ini, Jesika tetap berusaha
menenangkan anak itu dengan berbagai cara.
“
Ini.” kata Kyuhyun tiba-tiba dari balik punggung Jesika dan sedikit
mengangetkannya. Jesika menerimanya meski tanpa kata.
“
Appa..” pangil Ara kembali.
Mendengarnya Kyuhyun langsung naik ke
tempat tidur dan memeluk kembali anak itu.
“
Iya sayang appa disini.” Balas Kyu sambil mengusap-usap punggung anak itu.
“
Appaa..” panggil Ara lagi diluar kesadarannya.
“
Biarkan aku mengompres Ara.” Kata Jesika halus dari balik punggung Kyuhyun.
Kemudian Kyuhyun melepaskan pelukannya dan memilih menyandarkan kepala Ara di
dadanya. Sementara dia duduk bersandar di tepian tempat tidur.
“
Sebenarnya apa yang terjadi dengan Ara?” tanya Kyuhyun. Dia tidak bisa terus melihat
Ara dalam kondisi seperti ini.
“
Sebenarnya ini demam yang biasa dialami anak seusia dia. Mungkin dia lelah
karena kurang istirahat atau terlalu asik bermain, pola makan nya juga seperti
tidak baik dalam beberapa hari terakhir. Sehingga asupan serat gizi dan vitamin
berkurang membuat daya tahan tubuhnya menurun, terlebih cuaca di luar kemaren
sangat ekstream dingginya.” Jesika menjelaskan. Tangannya meraih tangan kanan
Ara dan menggenggamnya. Sementara tangan kiri Ara ada pada appa nya.
“
Apa tidak sebaiknya Ara dibawa ke rumah sakit saja?” tanya Kyuhyun.
“
Belum perlu, kita lihat besok. Jika masih tidak ada perkembangan akan aku
pikirkan kembali untuk membawanya ke rumah sakit.” Balas Jesika.
Kyuhyun sedikit kaget dengan sikap Jesika
saat ini yang berubah lebih halus dari biasanya. Ini pertama kalinya mereka
berbicara banyak dan panjang seperti ini dengan nada yang sama-sama halus. Dan
ini juga pertama kalinya mereka mendiskusikan tentang kondisi Ara, sebelumnya
secara sepihakk Jesika merasa yang paling pantas menentukan Ara harus seperti
apa dan bagaimana.
“
Appa..” panggil Ara lagi.
“
Iya sayang, appa disini.” Jawab kyuhyun mempererat genggaman tanganya.
“
Noona dimana? Apakah sudah pulang?” masih dengan mata terpejam anak itu
menanyakan noonanya.
“
Noona disini sayang , di sebelah Ara. Ara cepat sembuh ya, noona sudah pulang
sayang. Nanti kita main lagi.” Jesika terharu akhirnya namanya disebut anak itu
juga. Dia mempererat genggamannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ara membuat
jarak antara Kyuhyun dan Jesika semakin dekat. Ini pertama kalinya mereka
bertiga berada dalam satu tempat tidur. Sebelumnya Ara pernah mengalami sakit
demam juga saat masih kecil, namun saat itu Jesika bisa mengurus Ara sendiri
karena waktunya masih sedikit luang sehingga tidak ada kesempatan Kyuhyun untuk
mengambil alih Ara. Terlebih dulu Ara belum sedekat ini dengan Kyuhyun. Dalam
kondisi yang normal jika seorang anak mengalami demam yang dicari adalah oppa
dan omma nya bukan oppa dan noonanya. Tapi secara naluriah dan ikatan batin
bahwa noona itulah omma sebenarnya sehingga Ara dialam bawah sadarnya mencari
noona bukan omma. Kyuhyun dan Jesika memahami situasi itu. Jesika merasakan
panas badan Ara mulai menurun tiba-tiba dan tidak lagi menggigil seperti tadi.
“
Apakah kamu merasakan panas nya mulai turun tidak sepanas tadi?” tanya Kyuhyun.
Biasanya dia tidak pernah berani menanyakan hal-hal yang tidak penting
menyangkut Ara karena dia akan tau jawaban seperti apa yang akan Jesika
berikan. Namun entah barusan saja pertanyaan tadi keluar begitu saja dari mulut
Kyuhyun.
“
Iya, dia juga mulai tenang nafasnya dan tidak menggigil.” Jawab Jesika.
“
Apakah kamu paham ini pertanda apa?” pancing Kyuhyun lagi.
“
Iya aku memahaminya, tapi tetap saja jawabanya aku tidak bisa.” Jesika menegakan posisi duduknya dan
menyandarkan punggungya disandaran tepat tidur Ara, di sebelahnya ada Ara yang
bersandar pada dada Kyuhyun.
“
Aku tidak akan meminta mu untuk menikah dengan ku lagi. Tapi setidaknya kita
bisa seperti ini terus merawat Ara. Kita bisa menjadi partner yang baik untuk
membesarkan Ara.” Terang Kyuhyun. Jesika hanya diam tidak mau menjawab. Dia
baru sadar bahwa dari tadi dia bersikap baik terhadap Kyuhyun yang sebelumnya
tidak pernah dia lakukan. Bahkan tadi dia sempat meminta maaf kepada Laki-laki
yang sudah membuatnya terperangkap dalam pusaran dunia yang membingungkan ini
dengan mengandung Ara. Tapi sepahit apapun kehadiran Ara, Jesika berusaha untuk
tidak menyesalinya meskipun awalnya sulit.
Cukup lama mereka ada dalam posisi itu
meskipun saling diam satu sama lain. Mereka hanya berusaha membuat Ara tenang
dan nyaman saat ini dan membuatnya cepat sembuh. Suasana ketenangan itu terusik
dengan dering telfon dari smartphone Kyuhyun. Jam 02.00 dini hari, siapa yang
menelfonnya pagi buta gini. Dia mengambil kepala Ara dan bermaksut
memindahkannya sebentar di tempat tidur dan mengambil smartphone nya. Dia yakin
itu telfon penting, jika tidak tidak mungkin jam segini telfon.
“
Tidak usah, biar aku ambilkan saja. Biarkan Ara tenang di pelukan mu.” Putus
Jesika segera berdiri dan mengambil smartphon yang tergeletak di meja sudut
ruangan bersebelahan dengan laptop yang sudah diabaikan Kyuhyun. Jesika membaca
di layar tertera panggilan istri nya Kyuhyun.
“
Jika dia meminta mu untuk pulang, aku mohon berbohong lah. Tidurlah semalam
disini menemani Ara sampai kondisinya membaik.” Pinta Jesika sambil memberikan
smartphone ke Kyuhyun. Dia kembali duduk di tepian tempat tidur menyandarkan
badannya di sadandaran tempat tidur kemudian menggenggam kembali tangan Ara. Ini
juga pertama kalinya Jesika memohon pada Kyuhyun. Meskipun sedikit kaget,
Kyuhyun berusaha menutupinya dengan teap bersikap tenang.
“
Oppa, kamu dimana?” terdengar suara manja istri yang sangat dicintai Kyuhyun
begitu dia memencet tombol hijau.
“
Oh, maafkan aku sayang aku lupa memberitahu mu aku ada di Jeju sekarang. Apa
kau menunggu ku?” Kyuhyun merasa bersalah saat mengucapkannya.
“
Ne oppa, aku menunggu mu dari tadi sore. Kenapa tiba-tiba sudah sampai di
Jeju?” terdengar nada kecewa dari istrinya yang membuat Kyuhyun semakin merasa
bersalah..
“
Iya, ada pekerjaan dadakan di sini. Maafkan aku lupa memberi mu kabar.”
“
Baiklah, kapan oppa pulang?”
“
Besok mungkin aku sudah sampai di seoul lagi.”
“
Perlu aku jemput?”
“
O tidak usah, siapkan baju kerja ku saja besok pagi dan minta sopir untuk
mengantarkannya di kantor.”
“
Baiklah, jaga kesehatan oppa disana.”
“
Iya sayang, kamu juga. Segeralah tidur jangan menunggu ku lagi.”
“
Ne oppa. Apakah oppa sudah makan disana? Disana sama siapa saja oppa?”
Kyuhyun baru ingat bahwa dia juga belum
sempat makan sejak pulang kantor tadi dan langsung kesini.
“
Ne, aku sudah makan sayang. Aku sendiri hanya dengan rekan kerja,
laki-laki. Kamu apa kabar hari ini? “
“
Aku baik-baik saja oppa.”
“
Baiiklah, jaga kesehatan kamu sayang. Sampai jumpa besok, aku merindukan mu.”
“
Ne oppa, aku juga merindukan mu. I love you.”
“
Love you too.”
Sambungan terputus dan Kyuhyun pun menaruh
kembali smartphonya di meja pendek sebelah tempat tidur. Kyuhyun menatap ke
samping dan menemukan Jesika yang tengah memandanginya.
“
Kenapa?” tanya Kyuhyun. Seoalah terintimidasi dengan pertanyaan itu, Jesika
mengalihkan pandangannya ke Ara.
“
Maafkan aku meminta mu untuk berbohong dari istri mu. Aku jadi nampak seorang
simpanan.” Balas Jesika ketus. Kyuhyun tidak tertarik untuk menjawabnya dan
mamilih diam.
^^^
0 komentar