­
Diberdayakan oleh Blogger.

A CHILD ( chapter 3 )

by - Juni 21, 2015


                                                           ACHILD ( chapter 3 )
Cahaya kuning matahari untuk pertama kalinya mulai nampak pagi ini setelah beberapa hari terakhir Seoul di guyur salju. Cahaya itu terpancar halus dan belum mau sepenuh nya memperlihatkan permukaannya, meskipun begitu cukup untuk membuat cuaca hari ini sedikit membaik dibanding beberapa hari sebelumnya. Mungkin sudah saatnya berganti musim meskipun sudah terlambat.  Kondisi ini membuat senang penduduk Korea yang sudah tersiksa dengan musim dingin berkepanjangan, ya mungkin memang musim dingin ini akan berubah menjadi musim semi karena bunga Canola di Pulau Jeju sudah nampak mekar. Di Pulau Jeju-do musim semi datang lebih awal dibanding wilayah Korealainnya. Kesenangan warga Korea menyambut musim semi itu pula yang dirasakan Jesika saat ini, tidak terlalu berpengaruh signifikan memang tapi setidaknya dia tidak akan merasa membeku ketika harus terjaga malam hari untuk jaga malam di klinik tempatnya bekerja. Tiga hari sudah dia berjaga malam disana dan pagi-pagi nya sekali dia langsung ke rumah sakit untuk Visite pre-op. Visit pre-op bertujuan untuk melihat kondisi pasien yang menentukan jenis anestesi apa yang nanti akan dilakukan saat operasi. Tugas Jesika dan kelompoknya dalam koas adalah menilai keadaan umumnya, ABCD nya bagaimana, riwayat penyakitnya, melihat hasil pemeriksaan penunjang, menilai adakah kontra indikasi terhadap salah satu teknik atau obat anestesi, menilai kesulitan ventilasi dan intubasi, menilai status ASA pasien, dan menentukan rencana anestesi esok hari. Setelah itu di tulis hasilnya di rekam medis pasien. Kemudian hasil pemeriksaan tersebut diserahkan kepada residen dan dokter pembimbing mereka. Sekedar info saja residen itu dokter umum yang sedang menempuh studi PPDS ( pendididakn dokter spesialis ) . Biasanya mereka yang sedang menjalani koas selain ditemani dokter pembimbim merek juga akan didampingi residen.
Pagi ini pukul 08.00 KST Jesika bersama beberapa kelompok dalam koas stase anestesi baru saja melakukan visit pre-op kepada hampir 20 pasien dan sudah mendatanya dalam rekam medis mereka kemudian setelah diselesaikan dan di serahkan kepada dokter Jya residen mereka dan dokter Dae pembimbing akan melalakukan breafing untuk memutuskan tindakan operasi apa pada masing-masing pasien. Di ruang meeting diskusi tersebut berjalan selama kurang lebih 2 jam dan setelah itu akan dilakukan tindakan kepada masing-masing pasien. Hasil meeting memutuskan ada 12 pasein yang akan segera di operasi hari ini dan sisanya bisa dilakukan hari berikutnya karena kondisinya yang tidak terlalu mendesak. Dari ke 12 jadwal operasi hari ini, kelompok Jesika mendapat kesempatan ikut terlibat 6 operasi sisanya kelompok yang lain dari universitas lain yang kebetulan melakukan koas secara bersama. Kelompok Jesika ada 3 orang dan dari ketiga temannya Jesika beruntung karena dia sudah mendapatkan materi khusus dari dokter Dae sebelumnya dan ikut membantu dokter meyelesaikan operasi beberapa hari lalu untuk operasi  minimal invasif. Jadi kegiatannya hari bisa dia selesaikan dengan percaya diri yang sedikit lebih banyak dari teman-temannya.  Satu demi satu proses operasi itu harus diperhatikan dengan baik oleh individu atau kelompok koas Jesika karena setelah ini mereka akan diminta membuat laporan dan akan ada ujian.
^^^

Hari ini benar-benar menjadi hari yang sangat melelahkan bagi Jesika dengan jadwal 6 operasi yang baru saja diselesaikan bersama kelompoknya. 8 jam sudah dia habiskan waktunya di ruang operasi dan ini sudah pukul 19.00 KST ketika dia dan teman-teman nya mengistirahatkan badan di ruangan yang menjadi satu dengan ruangan dokter Dae pembimbing mereka.
“ Badan ku rasanya mau patah-patah. Kepala ku pusing perut ku mual. Apakah akan begitu setiap hari menjadi dokter bedah?” keluh Jiun teman satu kelompok Jesika yang memang selalu mengeluh selama koas ini. Ah entah, sepertinya mengeluh sudah menjadi hobby nya sejak dulu. Jesika mengenalnya sejak tingkat pertama dia belajar sebagai mahasiwi kedokteran sampai sekarang dan mereka bersahabat. Entah beruntung atau tidak ketika koas ini dia harus berada dalam satu kelompok lagi. Memang untuk dijadikan sahabat Jiun ini sangat menyenangkan, tapi kalau jadi partner kerja dan tugas seperti ini nampaiknya tidak.
“ Tidak, kebetulan belakangan rumah sakit sedang ramai pasien yang harus operasi jadi jadwal nya padat. Padahal rumah sakit ini sudah memiliki 4 ruang operasi tapi masih saja penuh hampir setiap hari.” Dokter Dae tersenyum menjelaskan dengan sabar.
“ Apakah dokter Dae tidak capek setiap hari seperti ini?” tanya Jiun lagi.
“ Tidak selalu setiap hari Jiun, tapi kalaupun iya setiap hari aku rasa aku tidak akan capek.”
“ Kenapa begitu dokter? Dokter punya strategi lain untuk mengatasinya?” tanya Hwang tae teman Jesika lainnya dalam kelompok.
“ Strateginya adalah cinta. Jika kalian mencintai pekerjaan kalian maka tidak akan pernah merasa capek. Itu saja.” Balas dokter Dae sambil menutup kembali gelas yang tadi berisi air putih penuh dan dalam satu tegukan dokter tampan itu berhasil menghabiskannya. Jesika tersenyum mendengarnya, karena cinta. Iya jika dia melakukan kegiatan hari-harinya karena cinta mungkin lelah nya sedikit hilang, sama seperti rasa cintanya pada Chanyoel yang selalu berhasil menepis apapun.
“ baiklah kalian boleh pulang, ini sudah sangat terlambat dari jadwal pulang kalian. Selesaikan tugas selanjutnya besok pagi dengan baik seperti hari ini.” Tutup dokter dae yang nampaknya juga akan segera pulang karena sudah mengemas barang-barangnya.
“ Baik, terimakasih banyak untuk hari ini dokter.” Balas Jesika yang juga mulai mengemasi barang-barangya kedalam tas.
“ Mau langsung pulang Jesika?” tanya Dokter Dae.
“ Ne dokter. Kenapa?” Jesika menghentikan kegiatannya kemudian menatap dokter Dae heran.
“ Tidak ingin menunggu seseorang dulu?” nada tanya dokter Dae berasa sekali menggoda membuat Jesika ingin tertawa. Dokter tua yang masih tampak tampan itu selalu menggoda Jesika setelah tau bahwa Jesika berpacaran dengan pemilik rumah sakit ini terlebih ketika Chanyoel menyusulnya di ruangan itu saat ada dokter Dae kemaren.
“ Ani dokter, aku yang akan menghampirinya sekarang.” Jesika membalas godaan pembimbingnya.
“ Siapa yang kalian bicarakan?” tanya Jiun. Rasa ingin tau anak itu mengenai hal-hal semacam ini memang lebih cepat dari pada rasa ingin tau yang berhubungan dengan materi kuliah dan koas ini.
“ apakah pangeran tampan pemilik rumah sakit ini yang dengan betah memacari perempuan sederhana sebelah ku ini selama tujuh tahun itu dokter?” tambah Jiun. Dokter Dae tertawa pelan mendengarnya, dia sudah maklum dengan Jiun yang memang suka kebalasan kalo sudah bicara tentang sesuatu itu.
“ Tanyakan pada sahabat mu itu. Aku sudah ditunggu istriku di rumah. Selamat malam.” Balas dokter Dae sambil berpamitan dan segera meninggalkan ruangan yang kini menjadi sumpek karena tambahan tiga meja untuk anak asuhnya itu.
“ Aku juga akan pulang. Lanjutkan gosip kalian besok pagi okey.” Pamit Hwang tan.
“ Aku ikut pulang bersama mu oppa, aku tidak bawa mobil tadi pagi.” Pinta Jiun yang semakin mempercepat merapikan meja dan mengemas barang nya.
“ Ah bilang saja kamu sengaja biar bisa bareng sama oppa Hwang.” Selidik ku.
“ Iya itu memang salah satu usaha ku. Kenapa? Oppa juga tidak keberatan kan?” balas Jiun percaya diri sambil menggandeng tangan Hwang. Yang digandeng tangannya hanya tersenyum menjawabnya. Huh kenapa mereka jadi dekat seperti itu, dasar Jiun dia pasti sudah berhasil membuat oppa Hwang menyukainya.
“ Sudah sana kalian pergi. Aku muak.”  Usir Jesika.
“ okey bye!” balas Jiun dan kemudian melenggang pergi. Jesika pun segera pergi meninggalkan ruangan itu dan segera menyusul oppa Chanyoel yang masih ada di ruangannya di lantai 25. Sudah tiga hari ini sejak dia menyusul ke ruangan dokter Dae dan mengajak Jesika makan di kantin serta membiarkan kebersamaan mereka menjadi perhatian orang itu mereka tidak bertemu lagi. Jesika sibuk malam hari jaga di klinik paginya langsung ke rumah sakit sampai siang. Sorenya ketika Chanyoel sudah pulang dari kantor Jesika masih berkutat dengan laporan koas  bersama kelompoknya. Malamnya Jesika jaga klinik lagi begitu terus selama hampir 4 hari ini bahkan Jesika tidak pulang ke apartemen dan melihat Ara sama omma. Hari ini begitu tau Chanyoel lembur sampai malam Jesika memutuskan untuk mengganggunya karena dia sudah selesai duluan dan malam ini Jesika bebas jaga di klinik. Urusan laporan koas akan dia teruskan besok sore selesai bekerja di rumah sakit.
Jesika sudah sampai di lantai 25 dan langsung berjalan menuju ruangan Chanyoel yang nampak dari kejauhan masih tampak lampu ruangan itu menyala sementara ruangan yang lain sudah gelap. Jesika langsung membuka pintu ruangan paling besar diantara ruangan lainnya di lantai 25 sampai 30 sebagai kantor managemen itu. Jesika menemkan pacarnya masih serius duduk di kursi biasanya dan ada Kimmi di depan meja Chanyoel.
“ Apakah aku mengganggu?” tanya Jesika begitu mengetahui dua manusia dihadapanya nampak sedang serius. Chanyoel mendongak sedikit terkejut.
“ Jesika? Tidak ngabarin mau kesini.” Balas Chanyoel datar. Jesika sedikit kecewa dengan reaksi Chanyoel yang biasa-biasa saja padahal dia berharap Chanyoel senang dengan kedatangannya.
“ Apa kamu masih sangat sibuk oppa? Aku mengganggu?” Jesika ragu-ragu meneruskan langkah kakinya memasuki ruangan itu.
“ Iya, aku sibuk sekali. Mungkin masih agak lama. Ada yang ingin kamu bicarakan?” tanya Chanyoel masih di posisi terakhir saat dia sedikit terkejut dengan kedatangan Jesika. Sekali lagi Jesika kecewa dengan tanggapan Chanyoel. Memang tidak ada yang penting dan ingin dibicarakan disini, dia hanya merindukan laki-laki itu dan berharap lelahnya akan hilang begitu melihatnya seperti biasa.
“ Ani oppa, aku hanya ingin melihat mu saja. Tapi sepertinya kamu sibuk, teruskan saja. Aku akan kembali turun.” Balas jesika berusaha menutupi kecewanya dengan senyuman. Setelah mengucapkan itu lantas dia berbalik badan dan membuka kembali pintu kemudian keluar dan menutupnya. Chanyoel hanya mematung dan bingung, seperti ada yang salah tapi apa dia tidak tau. Dia menatap Kimmi di hadapannya yang masih serius meneruskan pekerjaan yang dia berikan. Entah dia benar-benar seserius itu atau hanya pura-pura berusaha tidak menghiraukan percakapan yang baru saja dia dengar. Menuruti kata hati, Chanyoel pun memutuskan untuk keluar menyusul kekasihnya.
“ Jesikaa..” Seru Chanyoel dari kejauhan. Jesika sudah ada tepat di depan lift pdahal jarak ruangan chanyoel dan lift sangat lah jauh meskipun posisi ruangan Chanyoel langsung menghadap lift, kenapa cepat sekali perempuan itu berjalan. Dia berjalan apa terbang pikir Chanyoel.
“ Sayaaangg.” Panggil Chanyoel lebih keras sambil sedikit berlari untuk mengejar gadisnya. Merasa ada yang memanggil Jesika pun menoleh ke belakang dan menemukan Chanyoel sedang berlari kecil menghampirinya.
“ Oppa.” Balas Jesika.
“ Aku memang sedang sibuk, tapi aku kangen sama kamu. Mau menunggu ku selesai bekerja?” chayoel sedikit terengah-engah dengan nafasnya setelah berlari kecil.
Jesika tersenyum dan menjawabnya. “ Ne oppa.” Chanyoel tersenyum mendengarnya kemudian mencium kening pacarnya.
            “ Berapa lama aku harus menunggu mu selesai?” tanya Jesika. Chanyoel memejamkan mata berusaha mengira-ngira pekerjaan.
            “ Dua atau tiga jam tidak apa-apa?” jawab Chanyoel tidak yakin karena memang masih sangat banyak pekerjaanya.
            “ Baik lah aku akan menunggumu.” Balas Jesika pasrah. Sebenarnya dua atau tiga jamm itu sangat bermanfaat baginya mungkin untuk sedikit beristirahat atau meneruskan belajarnya tapi yah selalu seperti itu, Chanyoel selalu bisa mengalahkan apapun dari Jesika. Chanyoel menggenggam tangan Jesika dan membawanya kembali ke ruangan dia akan meneruskan kembali pekerjaanya dengan Kimmi dan Jesika menunggunya. Jesika memilih duduk di sofa tamu untuk menunggu pacarnya selesai sambil membuka laptopnya dan berusaha mencicil pekerjaan dari dokter Kim residen nya. Tidak lama dia membuka laptoop, smarthpohe nya berdering panggilan dari omma nya yang seperti biasa menayakan kabar jika beberapa hari tidak kembali ke apartemen. Jesika menjelaskan tentang kabarnya hari ini dan aktiftasnya serta mengabarkan bahwa malam ini dia pulang setelah itu sambungan terputus dan Jesika kembali konsen dengan laptopnya. Sesekali melirik ke arah Chanyoel yang benar-benar serius dengan lembaran-lembaran kertas dan laptop di hadapannya sementara Kimmi berusaha membantu bos nya membereskan lembaran-lembaran lainnya sambil sesekali memberikann penjelasan kepada bos muda yang memang menurut dia sangat tampan itu. Jesika menatap kembali laptopnya dan mengetik sesuatu kemudian berfikir dan mengetik lagi. Sudah dapat beberapa halaman namun mata dan badannya terlalu lelah untuk terus dipaksa bekerja, akhirnya dia menyerah dan merebahkan badannya di sofa sambil memejamkan matanya.  

Pukul 22.00 KST begitu Chanyoel berusaha melihat jam di pergelangan tangannya. Sedikit terkejut karena sudah selarut ini setidaknya bagi Kimmi yang mungkin jarang bahkan tidak pernah lembur sampai jam segini.
            “ Oh Kimmi maaf ini sudah terlalu larut. Kamu harus segera pulang. Pulang lah kita selesaikan besok.” Suruh Chanyoel . dia mulai menata kertas-kertas itu dan menutup laptopnya.
            “ Bapak yakin? Ini belum selesai pak.” Meskipun sebenarnya Kimmi sangat lelah dia berusah untuk menyembunyikannya.
            “ Tidak Kimmi, kita selesaikan besok saja. Kamu pulang lah, oh sebentar aku suruh sopir ku untuk mengantar kan mu pulang.” Balas Chanyoel kemudian sibuk memencet beberapa nomer di telfon kantor sebelah laptopnya.
            “ Oh tidak pak, merepotkan. Saya pulang naik angkutan umum seperti biasa saja.” Kimmi merasa tidak enak meskipun setiap hari bos nya memang bersikap baik padanya tapi dia masih merasa sungkan.
            “ Tidak masalah, pulanglah bersama sopir ku. Sudah malam bahaya perempuan pulang sendiri di angkutan umum. Tunggu sebentar lagi ajussi Shuk sampai di lobby bawah.” Jawab Chanyoel begitu selesai menutup telfonnya.
            “ Tunggu lah sebentar di sini, aku akan memesan makanan. Kita makan dulu sebelum kamu pulang.” Chanyoel nampak sibuk kembali memencet nomer telfon menghubungi restoran cepat saji.
            “ Oh tidak Pak, saya tidak usah. Saya langsung pulang saja.” Kimmi menolak halus ajakan Chanyoel untuk makan, dia merasa tidak enak jika harus ikutan makan bersama bos dan kekasihnya meskipun sudah beberapa kali mereka makan bertiga. Hal itu yang mmebuat Kimmi dan jesika akhirnya dekat.
            “ Ah kamu tidak tidak saja, kamu belum makan dari tadi sore gara-gara membantu ku.”
            “ Itu kewajiban saya pak.” Dengan rasa hormat Kimmi menjawab.
            “ Ini sudah dluar jam kerja, anggap aku teman mu bukan bos kamu. Okey, makannaya akan datang 15 menit lagi.” Chanyoel menutup kembali telfonnya kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Menggerakan ke kanan dan ke kiri badannya berusaha menghilangkan pegal-pegal di punggungnya.
            “ Seharusnya bapak tidak perlu serepot ini pak, saya bisa pulang sendiri dan makan di rumah saja.” Ucap Kimmi sambil merapikan meja bos nya dan mematikan laptop miliknya.
            “ Asssh sudah lah, aku tidak sekejam itu membiarkan mu pergi begitu saja setelah seharian penuh ini membantu ku.”
Kimmi tersenyum menunduk sebagai tanda ucapan terimakasih.
            “ Apakah bapak butuh teh hangat atau kopi sambil menunggu makanan datang?” Kimmi menawarkan.
            “ Ohh boleh, kamu mau membuatkannya untuk ku?”
            “ Tentu saja pak.” Kimmi tersenyum.
            “ Baiklah, aku lebih suka kopi full cream jam segini.”
            “ Baik, untuk ibu Jesika?”
            “ Buatkan saja dia teh hangat less sugar. Dia tidak terlalu suka kopi.”
            “ Baik, saya tinggal ke pentri sebentar pak.” Pamit Kimmi mulai berdiri dan bersiap berjalan,
            “ Kamu tidak apa-apa ke pentri sendirian Kimmi?”
            “ Ne pak, tidak apa-apa.” Kemudian Kimmi segera pergi dan Chanyoel beranjak mendekati gadisnya yang sudah tertidur pulas di sofa. Tidurnya begitu tenang Chanyoel tidak tega membangunkan nya hanya memandanginya dan sesekali menyingkirkan helaian rambut yang terjatuh menutupi wajah Jesika. Chanyoel merasa bersalah dengannya, dia tau belakangan Jesika sangat sibuk dengan pekerjaanya saking sibuknya mungkin tidur adalah hal yang sangat berharga baginya. Dia melihat kantung mata di mata indah pacarnya yang yang mulai terlihat. Seperti ini pun dia masih rela menunggu ku selesai bekerja, padahal waktu dia pun sama berharganya dengan ku. Chanyoel mencium kening pacarnya sekali lagi, pada saat yang bersamaan Kimmi datang membawa nampan berisi dua gelas teh hangat dan satu cangkir kopi hangat full cream bersama beberapa kantung plastik yang nampaknya merepotkan sekali. Merasa sedikit canggung karena ulahnya diketahui Kimmi, Chanyoel berusaha menegakan kembali posisi duduknya dan tertolong sekali dengan bangunnya Jesika.
            “ Oppa.” Panggil Jesika datar khas orang bangun tidur.
            “ Iya sayang, kamu masih ingin tidur lagi?”
            “ Ani ya, maafkan aku tertidur.” Jesika menegakan kembali posisi duduknya dan merapikan rambut panjangnya yang dia rasa berantakan karena habis tidur. Meskipun begitu Chanyoel selalu menyukain Jesika yang habis bangun tidur dengan muka polosnya. Tidak sekali dua kali mereka tidur bersama dan chanyoel mengetahui seperti apa Jesika sebelum mandi dan menggunakan make up tipisnya.
            “ Aku yang harusnya minta maaf karena membuat mu lagi-lagi menunggu sampai tertidur seperti ini. Kamu capek?”
            “ Sangat.” Balas Jesika datar sambil menatap penuh mata pacarnya.
            “ oh, Kimmi belum pulang?” Jesika terkejut begitu melihat Kimmi yang nampak sibuk menyiapkan sesuatu di meja seberang meja kerja Chanyoel. Ya, di ruangan ini ada 4 meja lengkap dengan kursi dan perangkatnya. 1 meja utama untuk kerja Chanyoel dengan 2 kursi di depannya, 1 meja lagi untuk kebutuhan meeting dadakan dewan direksi yang dikelilingi sekitar 9 kursi, satu meja satu set dengan sofa tempat Jesika duduk bersama Chanyoel untuk menerima tamu dan satu meja kecil satu set dengan 1 kursi untuk meja baca Chanyoel.
            “ Belum, aku kelupaan menyuruh dia pulang duluan karena terlalu serius.” Balas Chanyoel.
            “ Sekarang jam berapa?” Tanya Jesika.
            “ Jam sepuluh lebih, ayo kita makan kamu pasti lapar.” Ajak Chanyoel sambil memandang ke arah Kimmi yang memang nampak sibuk menyiapkan makanan.
            “ Makanan nya sudah siap pak, mari kita makan.” Ajak Kimmi yang tau tengah menjadi perhatian bos dan pacarnya itu.
            “ Iya Kimmi, terimakasih sudah menyipkannya untuk kami. Kenapa bisa kamu yang membawanya kesini.” Balas Chanyoel segera berdiri bersama Jesika dan menyusul Kimmi di Meja seberang yang biasa Chanyoel gunakan untuk meeting kecil bersama dewan direksi.
            “ Iya pak tadi di depan saya bertemu dengan kurir pengantarnya, jadi saya putuskan untuk sekalian membawanya. Maaf pak saya siapkan di meja ini, soalnya pantri agak jauh takut bapak menolanya untuk kesana.”
            “ Ah tidak apa-apa Kimmi, tidak usah repot-rept. Terimaksih ya.” Balas Chanyoel sambil menarik satu kursi untuk mempersilahkan Jesika duduk kemudian dia menyusul di kursi sebelah kiri nya. Kimmi pun ikut duduk bersebelahan dengan Jesika di sebelah kanan perempuan yang masih nampak sangat cantik meskipun bangun tidur itu.
            “ Sepertinya aku butuh air untuk mencuci muka ku. Aku ke toilet sebentar.” Pamit Jesika bangkit dari kursinya dan segera berjalan menuju toilet di dalam ruangan itu.
Chanyoel bersama Kimmi hanya diam melihat jesika pergi. Kenapa dia? Seperti tidak nyaman. Pikir Chanyoel.
Setelah menunggu beberapa menit Jesika kembali dan mereka memulai untuk makan bersama itu. Makanan italy cepat saji yang menjadi pilihan Chanyoel dan mereka bertiga menikmatinya sambil membicarakan tentang sesuatu hal.
            “ Bu Jesika baik-baik saja? Kenapa dari tadi saya perhatikan nampak wajah ibu pucat sekali?” tanya Kimmi yang baru saja menghabiskan pasta nya.
            “ Sudah ku bilang jangan panggil aku ibu. Panggil nama ku saja atau unnie lah boleh. Kita bisa berteman baik kan jangan sungkan seperti itu kimmi.” Omel Jesika. Dia memang tidak terlalu suka di panggil ibu oleh beberapa karyawan di sini yang mengenalinya. Kengarannya panggilan itu terlalu formal.
            “ Ne unie, maafkan aku.” Balas Kimmi. Jesika memang sedikit lebih tua dari Kimmi dua tahun sehingga dia harus memanggil unie jika Jesika tidak mau dipanggil Ibu untuk menghormatinya.
            “ Aku baik-baik saja, mungkin terlalu capek Kimmi. Dan karena darah ku sedikit rendah jadi sedikit pusing dan pucat.” Balas Jesika meletakan garpu ke piring dan memutuskan untuk tidak menghabiskan makanannya.
            “ Sepertinya unnie terlalu bekerja keras.”
            “ Karena seperti itu lah hidup Kimmi. Keras. Jika kita tidak bekerja keras maka kita akan tersingkir.” Balas Jesika .
            “ Sepertinya unnie tidak perlu bekerja sekeras itu, karena eheemm.” Kimmi mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kalimat terakhir. Dia hanya berdeham.
            “ Kenapa?” Jesika menunggu Kimmi menyelesaikan kalimatnya
            “ Karena apa lagi, ya karena kau memiliki ku. Begitu kan Kimmi?” potong Chanyoel yang sudah menyelesaikan makannya dari tadi. Kimmi tersenyum tidak enak menjawabnya.
            “ Dia terlalu sombong untuk menerima bantuan ku Kimmi.” Jelas Chanyoel lagi.
            “ Tidak juga, aku hanya tidak ingin memanfaatkan mu.” Jesika membela diri.
            “ Asshsudah lah, lupakan. Nanti jadi panjang.” Putus Chanyoel.
Jesika tidak membalas dan hanya menghabiskan sisa teh hangat yang dibuatkan Kimmi untuknya.
            “ Oh iya, apa laporan akhir bulan belum selesai? Kenapa kalian masih lembur sampai selarut ini.” Jesika berusaha mengalihkan pembicaraan.
            “ Harusnya sudah sejak 2 hari yang lalu. Tapi kita ada masalah di pembayaran pajak bulanan kita selama dua tahun terakhir ini. Kementrian pajak akan segera meng audit rumah sakit ini dalam waktu dekat. Dan sebelum mereka menemukan hal-hal yang tida beres disini aku ingin menyelesaikannya dulu. Sepertinya memang ada yang bermain-main dengan pembayaran pajak itu. Makannya aku minta laporan keunagan dua tahun terakhir ini dan akan aku cek satu persatu.” Jelas chanyoel.
            “ Apakah itu akan menjadi masalah serius bagi rumah sakit ini?”
            “ Aku tidak tau sampai aku menemukan jawabannya, mungkin melalui laporan keunagan itu.” Balas Chanyoel pasrah.
            “ Semuanya akan baik-baik saja.” Hibur Jesika mengusap lengan pacarnya yang nampak sekali kegundahan di wajahnya begitu membicarakan ini.
            “ Iya akan baik-baik saja. Kenapa kamu tidak habiskan makanan kamu?” Chanyoel memperhatikan piring Jesika masih nampak penuh.
            “ Aku sudah kenyang oppa.”
            “ Kenapa beberapa hari terakhir pola makan mu buruk sekali.” Protes Chanyoel.
            “ Kamu tidak sedang menjalankan progam diet kan.” Selidiknya marah.
            “ Memangnya aku pernah berdiet? Buat apa tanpa diet pun  badan ku tidak akan naik karena aktifitas ku yang padat” Bantah Jesika.
            “ Lalu kenapa kamu tidak pernah menghabiskan makan mu lagi.”
            “ Sepertinya ada hal yang lebih penting untuk kita bahas selain pola makan ku.” Kelak Jesika menghindari tatapan tajam Chanyoel.
            “ Itu juga penting bagi ku.” Chanyoel melotot menatap pacarnya yang selalu keras kepala. “ Jangan lupa, aku memperhatikan mu detail lebih dari yang kamu tau. Berhentilah membantah, mulai sekarang kamu tinggalkan pekerjaan kamu diklinik dan mulailah fokus dengan koas saja dan perbanyak istirahat. Lihat kondisi kamu sekarang di cermin, semakin kurus tirus perhatikan kantung mata di wajah mu. Apa kamu pikir aku akan membiarkan kamu seperti ini?” bentak Chanyoel.
            “ Jadi penampilan ku yang bermasalah bagi mu? Sudah bosan dengan ku?” balas Jesika. Dia tidak bisa menerima dengan baik kalimat Chanyoel yang begitu memperhatikannya.
            “ Ya tuhan Jesika, mengertilah. Aku melakukan itu karena aku terlalu mencintai mu, aku tidak ingin melihat kamu seperti ini bukan karena masalah penampilan. Kamu bahkan tau aku menerima apapun kondisi kamu, hanya aku tidak terima dengan penderitaan yang kamu jalani ini sementara aku tidak bisa melakukan sesuatu.” Chanyoel benar-benar marah mendengar jawaban Jesika. Sedikit pun tidak pernah terbesit dalam benaknya mengenai bosan itu terhadap penampilan atau apa semacamnya. Setiap jengkal tubuh gadis itu terlalu berharga baginya dan tidak ingin melihatnya terluka. Melihat Jesika yang sekarang membuatnya sakit.
            “ Jika kamu tidak berhenti aku yang akan meminta pemilik klinik untuk memperhentikan mu.”
            “ Jangan egois oppa, aku membutuhkan pekerjaan itu.”
            “ Aku bertanggung jawab atas kamu. Jangan kawatir aku akan menghidupi semua kebutuhan kamu.” Bentak Chanyoel membuat Jesika dan Kimmi yang dari tadi menyimak percakapan itu terkejut. Chanyoel pun lupa bahwa di situ masih ada Kimmi yang mendengar percakapan mereka dari tadi.
            “ Kita selesaikan ini di rumah, sudah malam aku antar kamu pulang.” Chanyoel menurunkan kembali nada suaranya.
            “ Maafkan aku Kimmi harus melihat dan mendengar ini semua. Ayo kita pulang sudah tengah malam.” Tambah Cnahyoel.
            “ Ne. Saya bereskan dulu mejanya.” Jawab kimmi menurut.
            “ Tidak usah, biar di bereskan petugas kebersihan besok.” Chanyoel bangkit dan berjalan ke arah mejanya mengambil beberapa barangnya.
Jesika pun sama, tanpa kata dia berjalan ke sofa dan segera menutup laptop kemudian memasukannya ke tas dan mulai bersiap keluar. Chanyoel berjalan di belakang Jesika bersama Kimmi. Sungguh dia menyesal membentak Jesika seperti itu apalagi di depan orang lain seperti tadi.
^^^
Jesika memasuki apartemennya dengan langkah yang gontai setelah tadi di kantor bertengkar dengan Chanyoel dan berdiam diri selama di mobil perjalanan mengantarkannya pulang. Apakah dia se egois itu, dia hanya tidak ingin terus meroptkan laki-laki yang selalu membantunya itu. Perdebatan mengenai pekerjan memang sudah sering terjadi diantara mereka, tapi baru tadi Jesika melihat Chanyoel yang begitu marah melihat perlawanannya. Mungkin memang benar aku harus memikirkan kembali keinginan ku ntuk terus bekerja disana. Pikir Jesika yang memang jauh dalam lubuk hatinya merasa berontak untuk tidak terus bekerja. Badannya terlalu lelah apalagi setelah koas yang begitu menyita banyak waktunya. Dia jadi jarang pulang ke apartemen dan merindukan omma serta Ara. Terakhir dia melihatnya empat hari yang lalu saat Ara marah karena dia mengacuhkannya saat Ara mengajak main. Apakah dia masih marah dengan ku. Pikir Jesika memutuskan berjalan ke arah kamar Ara dan ingin melihat anak itu.  Jesika memutar kenop pintu dan memutarnya kemudian pintu terbuka, pandangannya langsung ke tempat tidur Ara. Nampak bocah kecil yang menggemaskan bahkan ketika dia sedang tidur sekalipun terbaring di tempat tidur sana. Jesika kemudian berjalan mendekati tempat tidur itu, tapii kenapa tumben omma nya membiarkan Ara tidur sendiri di kamar. Biasanya omma selalu menemaninya Jika aku tidak di rumah. Pikir Jesika. Dia merangkak naik ke tempat tidur itu pelan-pelan berusaha tidak membangunkan anaknya, Jesika terkejut ketika pandangannya beralih ke sudut ruang kamar itu yang nampak sosok laki-laki dewasa tengah duduk kursi bermain Ara dengan laptop di pangkuannya. Kenapa Cho Kyuhyun bisa disini, pikir Jesika tidak suka. Beberapa detik mata mereka saling bertemu karena sama-sama terkejut dengan kehadiran masing-masing tapi tetap saja meskipun saling bertemu pandang mereka berdua tidak bereaksi apapun. Jesika mengalihkan pandanganya ke Ara dan membelai lembut kening anak itu. Jesika terkejut begitu merasakan hawa panas di kening anaknya.
“ Apa terjadi sesuatu dengannya?” tanya Jesika panik. Meskipun tidak pernah menyebut namanya, tapi Kyuhyun tau bahwa saat ini Jesika berbicara dengannya.
“ Iya dia demam sejak dua hari yang lalu.” Balas Kyu singkat dan kemudian fokus pada laptopnya kembali.
“ Dan tidak ada yang berusaha memberitahu ku?” tuntut Jesika kesal. Matanya mulai berair mengetahui kejadian ini.
“ Untuk apa? Aku bisa mengurusnya.”
“ Jangan sombong, aku ibu nya aku lebih bisa mengurus ketika dia kenapa-kenapa.”
“ Dari dulu jawaban kamu seperti itu terus. Tapi lihat kenyataanya, aku yang selalu ada disaat anak itu membutuhkan orang tua nya.”
Kalimat itu berasa menusuk relung hati Jesika dan berhasil membuatnya sakit seketika. Iya, sangat sakit mendengarnya. Entah karena apa, merasa bersalah kah dengan anak ini atau tidak rela menerima kenyataan bahwa apa yang diucapkan Kyuhyun benar dan Kyu berhasil merebut perhatian Ara darinya. Jesika jadi ingat beberapa hari lalu ketika Ara mengacuhkannya dan lebih memilih bersama Kyuhyun. Bukti bahwa Ara mulai meninggalkan dirinya. Ah apa benar Ara yang meningalkannya, bukan terbalik? Aku yang sering meninggalkan Ara. Jesika mengingat kembali seberapa sering dia bersama Ara belakangan ini selama koas, bisa dihitung jari. Hatinya terasa sesak mengingat kenyataan bahwa dia memang terlalu sering meninggalkan Ara belakangan ini.
            “ Jangan kawatir, bukan deman apa-apa. Hanya dia mungkin merindukan sosok yang dia sayangi dan menghilang beberapa hari ini.” Tambah Kyuhyun berusaha menenagkan Jesika yang nampak sedih memeluk anaknya. Kyuhyun bahkan beberapa kali melihat Jesika mengusap air matanya yang jatuh membasahi kening Ara. Air matanya semakin deras mengalir mendengar kalimat terakhir Kyuhyun. Benarkah secara tersirat Kyuhyun ingin mengatakan bahwa Ara seperti ini karena dia, dia yang mulai tidak memiliki waktu untuk anaknya. Sungguh Jesika menyesali itu semua. Di tarlalu egois memikirkan keinginannya sendiri tanpa mempedulikan keinginan Ara.
            “ Appa.. appa..” panggil Ara di dalam tidurnya. Tangannya mencari sesuatu ketika tangannya diraih Jesika anak itu mengempaskannya membuat hati Jesika semakin sakit.
            “ Appa..” panggil Ara lagi masih dengan mata yang terpejam dengan keringat dingin yang keluar dari dahi anak itu.
            “ Iya sayang..” jawab Kyuhyun bergegas menghampiri Ara dan meninggalkan pekerjaanya di laptop.
            “ Appa disini, Ara butuh apa?” Kyuhyun naik ke atas tempat tidur dan meraih tangan kiri Ara sambil mengusap keringat di dahi anak itu dengan telapak tngannya.
            “ Appa..” panggil Ara lagi meskipun tangannya sudah menggenggap erat tangan appa nya.
            “ huhss cuup cupp...” Kyuhyun mengambil Ara dari pelukan Jesika dan berusaha menenagkan dalam pelukannya. Jesika hanya diam tertegun menyaksikan, kehadirannya seolah tak ada arti bagi Ara. Air matanya kembali turun dan kali ini tidak ditutup tutupi.
            “ Pergilah, setidaknya beristirahat sebentar. Sepertinya kamu juga dalam kondisi yang tidak baik.” Ucap Kyuhyun halus sambil terus mengusap usap punggung Ara berusaha membuatnya nyaman. Jesika menghapus air matanya dan menghempaskan nafasnya dengan kasar.
            “ Aku akan mandi sebentar, aku akan kembali secepatnya. Jaga Ara.” Balas Jesika dengan halus. Ini pertama kalinya dia berbicara halus dengan Kyuhyun selama lima tahun mengenalnya. Biasanya dia berusaha menghindari bicara dengan Kyuhyun, kalaupun terpaksa harus bicara dengannya juga dengan nada terpaksa dan acuh bahkan kadang kasar. Kyuhyun pun dibikin kaget dengan jawaban Jesika, tidak biasa dia menjawab Kyu dengan kalimat sebaik itu.
Jesika turun dari tempat tidur dan meninggalkan Kyu bersama Ara. Dia segera pergi ke kamarnya di sebelah kamar Ara dan secepat mungkin membersihkan badan di kamar mandi. Lelah sudah pasti, selain karena aktifitas nya dia juga belum benar-benar tidur sejak tiga hari yang lalu. Keinginannya untuk terus berada di samping Ara sangat kuat dan mengalahkan rasa lelahnya. Segera setelah dia selsai membersihkan diri dan berganti pakaian dia menyusul ke kamar Ara, tidak peduli disana ada Kyuhyun yang biasanya dia hindari. Saat ini dia hanya ingin berada di samping Ara dan menjaganya. Rasa bersalah menyelimuti hati Jesika begitu dia menyadari bahwa ini benar-benar karena dirinya.
Kyuhyun sedang membaringkan Ara dan merapatkan selimutnya begitu Jesika memasuki kamar itu lagi. Kyuhyun menoleh sebentar ke arah Jesika namun tidak bergeming sama sekali. Kyuhyun meninggalkan Ara di tempat tidur dan kembali ke sudut ruangan duduk di kursi bermain Ara dan mengambil kembali laptopnya. Dia sengaja memberikan kesempatan pada Jesika untuk bisa lebih dekat dengan Ara. Jesika yang paham diberi kesempatan itu oleh Kyuhyun pun dengan segera menghampiri anak itu, dia duduk di sudut tempat tidur dan memandang anak laki-lakinya yang ternyata nampak sedikit kurus dari terakhir dia lihat.        
            “ Bisakah kamu memeriksanya? Panasnya tidak turun meskipun aku sudah memberikannya obat dari dokter.” Ucap Kyu dari balik punggung Jesika.
            “ Kamu sudah membawanya ke dokter?” tanya Jesika pelan tanpa memalingkan pandangannya dari Ara.
            “ Tentu saja sudah, dia seperti ini sejak dua hari yang lalu.” Ada sedikit penekanan pada kalimat itu saat Kyu mengatakannya. Entah memang perasaan Jesika saja atau memang Kyu sengaja memberikan penekanan seolah ingin mejelaskan bahwa selama ini Jesika tidak bisa mengurus Ara dengan baik. Meskipun demikian, Jesika harus mengakuinya nahwa itu benar.
            “ Apa kata dokter?” tanya Jesika lagi. Ini juga pertama kalinya Jesika mau secara banyak berbicara denga Kyuhyun.
            “ Hanya demam biasa.”
Kemudian Jesika memegang kembali kening Ara berusa memeriksa suhu dalam tubuhnya. Ini sedikit lebih hangat dari yang terakhir tadi dia pegang. Segera Jesika mengambil stetoskop yang ada di dalam tasnya yang masih tergeletak di sisi kiri tempat tidur Ara. Dia memeriksa pernafasan Ara dan dia merasakan nafasnya yang tidak stabil menandakan anak itu sedang dalam kondisi yang tidak nyaman. Kemudian Jesika mengambil senter di tas nya untuk memeriksa mata Ara,  gerakan matanya tidak teratur pupil matanya tidak terfokus sepenuhnya dengan cahaya yang diberkan dari center. Kemudian Jesika memeriksa denyut nadi Ara, masih normal. Keringat dingin di kening Ara tidak berhenti keluar, Jesika menyekanya beberapa kali dengan tangan.
            “ Kapan terakhir kali kamu memberikannya obat?” tanya Jesika masih tidak mengalihkan panangannya dari Ara.
            “ Baru saja saat kamu mandi tadi. Apakah ada yang salah?” Kyuhyun berdiri . dia jadi kawatir melihat air muka Jesika dari tempatnya duduk yang berubah semakin gelisah. 
            “ Lalu kenapa AC kamu nyalakan segala?” kali ini Jesika menghadap ke belakang dimana Kyuhyun berdiri dengan nada yang sedikit meninggi. Jesika baru saja menyadari jika AC di kamar ini menyala setelah melihat tubuh Ara yang menggigil.
            “ Karena dia berkeringat terus dari tadi, aku pikir dia kepanasan.”
Jesika berdiri kemudian mengambil remot AC yang berada di dekat pintu kemudian mematikannya.
            “ Ada yang salah dengan suhu badan Ara, dia bukan kepanasan. Bukan seharusnya kamu menyalakan AC. Sejak kapan kamu membiarkan AC nya menyala?” Jesika marah denga tindakan Kyuhyun yang menurutnya sembarangan dan sok tau itu.
            “ Sejak tadi sore. Aku tidak mengerti harus bagaimana aku hanya berusaha membuat nyaman anak ku. ” Balas Kyuhyun merasa bersalah. Jesika juga merasa bersalah mendengarnya, tidak seharusnya dia menyalahkan Kyuhyun. Dia sudah dengan semampunya berusaha memberikan yang terbaik dan mendampingi Ara. Masih perlukah Jesika marah dengan Kyuhyun? Sepertinya keterlaluan. Bahkan jika mungkin ada yang perlu disalahkan dalam peristiwa ini mungki Jesika lah yang pantas.  
            “ Maafkan aku.” Balas Jesika pelan. Dia kembali berjalan mendekati Ara dan merapatkan kembali selimutnya.
            “ Bisa bantu aku mengabil air hangat di dapur untuk mengompres Ara?” pinta Jesika.
            “ Iya.” Kyuhyun kemudian dengan cepat berlari ke dapur dan mengambil apa yang tadii di minta Jesika.  Sekalipun sebelumnya dia tidak pernah sama sekali masuk dapur entah di apartemen ini ataupun di rumahnya sendiri. Dia berusaha untuk memberikan apapun yang bisa membuat Ara lebih baik dari sekarang. Dia menyapukan padangan kesemua isi dalam dapur itu mencari dimana letak termos air hangat. Atau dia akan memasak air dulu.
Sementara itu Jesika berusaha menenangkan Ara dengan memeluknya yang sejak beberapa menit yang lalu saat Kyuhyun pergi Ara mulai menggigil dan memanggil-manggil appa nya. Meskipun sakit karena bukan nama dia yang dipanggil saat dalam kondisi seperti ini, Jesika tetap berusaha menenangkan anak itu dengan berbagai cara.
            “ Ini.” kata Kyuhyun tiba-tiba dari balik punggung Jesika dan sedikit mengangetkannya. Jesika menerimanya meski tanpa kata.
            “ Appa..” pangil Ara kembali.
Mendengarnya Kyuhyun langsung naik ke tempat tidur dan memeluk kembali anak itu.
            “ Iya sayang appa disini.” Balas Kyu sambil mengusap-usap punggung anak itu.
            “ Appaa..” panggil Ara lagi diluar kesadarannya.
            “ Biarkan aku mengompres Ara.” Kata Jesika halus dari balik punggung Kyuhyun. Kemudian Kyuhyun melepaskan pelukannya dan memilih menyandarkan kepala Ara di dadanya. Sementara dia duduk bersandar di tepian tempat tidur.
            “ Sebenarnya apa yang terjadi dengan Ara?” tanya Kyuhyun. Dia tidak bisa terus melihat Ara dalam kondisi seperti ini.
            “ Sebenarnya ini demam yang biasa dialami anak seusia dia. Mungkin dia lelah karena kurang istirahat atau terlalu asik bermain, pola makan nya juga seperti tidak baik dalam beberapa hari terakhir. Sehingga asupan serat gizi dan vitamin berkurang membuat daya tahan tubuhnya menurun, terlebih cuaca di luar kemaren sangat ekstream dingginya.” Jesika menjelaskan. Tangannya meraih tangan kanan Ara dan menggenggamnya. Sementara tangan kiri Ara ada pada appa nya.
            “ Apa tidak sebaiknya Ara dibawa ke rumah sakit saja?” tanya Kyuhyun.
            “ Belum perlu, kita lihat besok. Jika masih tidak ada perkembangan akan aku pikirkan kembali untuk membawanya ke rumah sakit.” Balas Jesika.
Kyuhyun sedikit kaget dengan sikap Jesika saat ini yang berubah lebih halus dari biasanya. Ini pertama kalinya mereka berbicara banyak dan panjang seperti ini dengan nada yang sama-sama halus. Dan ini juga pertama kalinya mereka mendiskusikan tentang kondisi Ara, sebelumnya secara sepihakk Jesika merasa yang paling pantas menentukan Ara harus seperti apa dan bagaimana.
            “ Appa..” panggil Ara lagi.
            “ Iya sayang, appa disini.” Jawab kyuhyun mempererat genggaman tanganya.
            “ Noona dimana? Apakah sudah pulang?” masih dengan mata terpejam anak itu menanyakan noonanya.
            “ Noona disini sayang , di sebelah Ara. Ara cepat sembuh ya, noona sudah pulang sayang. Nanti kita main lagi.” Jesika terharu akhirnya namanya disebut anak itu juga. Dia mempererat genggamannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ara membuat jarak antara Kyuhyun dan Jesika semakin dekat. Ini pertama kalinya mereka bertiga berada dalam satu tempat tidur. Sebelumnya Ara pernah mengalami sakit demam juga saat masih kecil, namun saat itu Jesika bisa mengurus Ara sendiri karena waktunya masih sedikit luang sehingga tidak ada kesempatan Kyuhyun untuk mengambil alih Ara. Terlebih dulu Ara belum sedekat ini dengan Kyuhyun. Dalam kondisi yang normal jika seorang anak mengalami demam yang dicari adalah oppa dan omma nya bukan oppa dan noonanya. Tapi secara naluriah dan ikatan batin bahwa noona itulah omma sebenarnya sehingga Ara dialam bawah sadarnya mencari noona bukan omma. Kyuhyun dan Jesika memahami situasi itu. Jesika merasakan panas badan Ara mulai menurun tiba-tiba dan tidak lagi menggigil seperti tadi.
            “ Apakah kamu merasakan panas nya mulai turun tidak sepanas tadi?” tanya Kyuhyun. Biasanya dia tidak pernah berani menanyakan hal-hal yang tidak penting menyangkut Ara karena dia akan tau jawaban seperti apa yang akan Jesika berikan. Namun entah barusan saja pertanyaan tadi keluar begitu saja dari mulut Kyuhyun.
            “ Iya, dia juga mulai tenang nafasnya dan tidak menggigil.” Jawab Jesika.
            “ Apakah kamu paham ini pertanda apa?” pancing Kyuhyun lagi.
            “ Iya aku memahaminya, tapi tetap saja jawabanya aku tidak bisa.”  Jesika menegakan posisi duduknya dan menyandarkan punggungya disandaran tepat tidur Ara, di sebelahnya ada Ara yang bersandar pada dada Kyuhyun.
            “ Aku tidak akan meminta mu untuk menikah dengan ku lagi. Tapi setidaknya kita bisa seperti ini terus merawat Ara. Kita bisa menjadi partner yang baik untuk membesarkan Ara.” Terang Kyuhyun. Jesika hanya diam tidak mau menjawab. Dia baru sadar bahwa dari tadi dia bersikap baik terhadap Kyuhyun yang sebelumnya tidak pernah dia lakukan. Bahkan tadi dia sempat meminta maaf kepada Laki-laki yang sudah membuatnya terperangkap dalam pusaran dunia yang membingungkan ini dengan mengandung Ara. Tapi sepahit apapun kehadiran Ara, Jesika berusaha untuk tidak menyesalinya meskipun awalnya sulit.
Cukup lama mereka ada dalam posisi itu meskipun saling diam satu sama lain. Mereka hanya berusaha membuat Ara tenang dan nyaman saat ini dan membuatnya cepat sembuh. Suasana ketenangan itu terusik dengan dering telfon dari smartphone Kyuhyun. Jam 02.00 dini hari, siapa yang menelfonnya pagi buta gini. Dia mengambil kepala Ara dan bermaksut memindahkannya sebentar di tempat tidur dan mengambil smartphone nya. Dia yakin itu telfon penting, jika tidak tidak mungkin jam segini telfon.
            “ Tidak usah, biar aku ambilkan saja. Biarkan Ara tenang di pelukan mu.” Putus Jesika segera berdiri dan mengambil smartphon yang tergeletak di meja sudut ruangan bersebelahan dengan laptop yang sudah diabaikan Kyuhyun. Jesika membaca di layar tertera panggilan istri nya Kyuhyun.
            “ Jika dia meminta mu untuk pulang, aku mohon berbohong lah. Tidurlah semalam disini menemani Ara sampai kondisinya membaik.” Pinta Jesika sambil memberikan smartphone ke Kyuhyun. Dia kembali duduk di tepian tempat tidur menyandarkan badannya di sadandaran tempat tidur kemudian menggenggam kembali tangan Ara. Ini juga pertama kalinya Jesika memohon pada Kyuhyun. Meskipun sedikit kaget, Kyuhyun berusaha menutupinya dengan teap bersikap tenang.
            “ Oppa, kamu dimana?” terdengar suara manja istri yang sangat dicintai Kyuhyun begitu dia memencet tombol hijau.
            “ Oh, maafkan aku sayang aku lupa memberitahu mu aku ada di Jeju sekarang. Apa kau menunggu ku?” Kyuhyun merasa bersalah saat mengucapkannya.
            “ Ne oppa, aku menunggu mu dari tadi sore. Kenapa tiba-tiba sudah sampai di Jeju?” terdengar nada kecewa dari istrinya yang membuat Kyuhyun semakin merasa bersalah..
            “ Iya, ada pekerjaan dadakan di sini. Maafkan aku lupa memberi mu kabar.”
            “ Baiklah, kapan oppa pulang?”
            “ Besok mungkin aku sudah sampai di seoul lagi.”
            “ Perlu aku jemput?”
            “ O tidak usah, siapkan baju kerja ku saja besok pagi dan minta sopir untuk mengantarkannya di kantor.”
            “ Baiklah, jaga kesehatan oppa disana.”
            “ Iya sayang, kamu juga. Segeralah tidur jangan menunggu ku lagi.”
            “ Ne oppa. Apakah oppa sudah makan disana? Disana sama siapa saja oppa?”
Kyuhyun baru ingat bahwa dia juga belum sempat makan sejak pulang kantor tadi dan langsung kesini.
            “ Ne, aku sudah makan sayang. Aku sendiri hanya dengan rekan kerja, laki-laki.  Kamu apa kabar hari ini? “
            “ Aku baik-baik saja oppa.”
            “ Baiiklah, jaga kesehatan kamu sayang. Sampai jumpa besok, aku merindukan mu.”
            “ Ne oppa, aku juga merindukan mu. I love you.”
            “ Love you too.”
Sambungan terputus dan Kyuhyun pun menaruh kembali smartphonya di meja pendek sebelah tempat tidur. Kyuhyun menatap ke samping dan menemukan Jesika yang tengah memandanginya.
            “ Kenapa?” tanya Kyuhyun. Seoalah terintimidasi dengan pertanyaan itu, Jesika mengalihkan pandangannya ke Ara.
            “ Maafkan aku meminta mu untuk berbohong dari istri mu. Aku jadi nampak seorang simpanan.” Balas Jesika ketus. Kyuhyun tidak tertarik untuk menjawabnya dan mamilih diam.
                                                                                ^^^

You May Also Like

0 komentar