­
Diberdayakan oleh Blogger.

THE MESSENGER OF LOVE

by - Juni 03, 2015




MESSENGER OF LOVE

  Kamu serius?”
 tanya ku tak percaya. Aku bahkan sempat kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaanya. Ya, beberapa menit yang lalu di hadapan ku Brianantya diardana laki-laki yang aku kagumi sejak pertama bertemu dalam kegiatan persami ketika SMP dulu hingga berlanjut satu sekolah kembali ketika SMA. Namun selama itu aku hanya bisa memendam kekaguman ku terhadapnya. Aku bukan termasuk siswi yang populer sehingga tidak berani berdekatan dengan Brian yang saat itu sangat populer. Bukan hanya karena dia seoarang ketua OSIS, dia juga selalu mendapat peringkat kelas dan memiliki banyak prestasi salah satunya sering menjuarai lomba-lomba sinematografi di berbagai ajang bahkan sampai tingkat nasional. Karena prestasinya itu dia mendapat beasiswa kuliah di Sydney untuk mengambil kuliah sinematografi. Aku mengenalnya sejak SMP, saat itu dia ketua grub ku dalam sebuah permainan ketika ada persami yang diadakan oleh sekolah. Namun perkenalan itu hanya bejalan sebentar karena kita bukan dari satu kelas yang sama. Setelah itu aku terus mengaguminya namun aku rasa dia tidak mengetahui hal tersebut, dan asal tau saja bahwa sebenarnya kita tinggal satu kompleks bisa dibilang bertetangga. Sampai lulus SMP aku rasa dia tidak pernah mengetahui bahwa aku begitu mengaguminya. Aku memahami kondisi tersebut karena setelah kejadian itu kita memang jarang sekali bertemu, aku hanya bisa memperhatikannya dari jarak jauh. Kalaupun kebetulan ketemu mungkin dia sudah lupa dengan ku, untuk menyapanya kembali aku tidak memiliki keberanian.
Namun ketika mulai SMA mama memasukan aku ke sekolah yang sama dengan Brian. Ya, mama tau aku mengagumi anak temannya karena mama kita sama-sama teman arisan satu kompleks jadi justru aku tau banyak tentang Brian dari mama yang berusaha mencari informasi dari tante Ratna mama nya Brian. Entah dengan cara seperti apa aku nggak paham tapi aku rasa cukup canggih karena setahu ku tante Ratna tidak pernah menyadari bahwa setiap obrolan yang mereka lakukan sebenarnya upaya mama mencari informasi tentang anak laki-lali semata wayangnya.
Sedikit beruntung karena ketika SMA aku bisa satu kelas dengannya meskipun kesempatan itu harus aku tunggu selama 2 tahun. Ya, saat kelas X sampai XI kita beda kelas. Baru di kelas XII akhirnya aku bisa satu kelas dengannya, itu pun ternyata baru aku tahu belakangan bahwa mama ku lah yang berperan dibalik itu semua. Jadi mama ke sekolah dan menemui wali kelas ku untuk memintanya memindahkan ku di kelas yang sama dengan Brian. Namun toh selama hampir satu tahun sekelas bareng aku belum punya banyak kesempatan untuk terlibat banyak obrolan dengannya atau sekedar mengakrabkan diri karena kita teman sekelas. Dia lebih sering ijin masuk sekolah saat itu karena mengikuti berbagai lomba sinematografi dan menorehkan banyak prestasi di bidang itu. Aku sedih saat tau bahwa dia akan kuliah di Sydney, itu artinya aku tidak akan melihatnya lagi. Lebih dari itu bahwa mungkin aku tidak akan punya kesempatan lagi untuk memberitahukan kekaguman ku selama hampir 6 tahun ini. Oh bukan, ini bukan rasa kagum lagi bahwa aku menyadari ini perasaan cinta. Ya, aku mencintainya. Kamu tau rasanya mencintai orang bertahun-tahun namun orang yang kamu cintai bahkan tidak menyadari keberadaan mu dilingkungannya?
Yang aku ingat dan paling membuatku bahagia adalah ketika hari terakhirnya di Indonesia sebelum malam dia terbang ke Sydney dia sempat mengadakan acara perpisahan di rumahnya. Satu kelas dan beberapa teman lainya dari kelas lain yang dia kenal diundang, cukup banyak karena dia memang siswa populer di sekolah. Sore itu pertama kalinya dia mengetahui bahwa aku adalah anak tante Cindi yang biasa maen kerumahnya dan bertukar cerita denganya. Mama memang sedikit beruntung karena dia bisa lebih dekat dengan Brian ketimbang aku karena mama yang sering maen ke tempat tante Ratna dan sedikit banyak ngobrol dengan Brian sendiri. Sebenarnya sudah sejak lama mama ingin mengenalkan aku dengan Brian secara langsung dan mengajak ku ketika bertandang ke tempat tante Ratna namun aku selalu menolaknya. Sekali lagi aku masih belum punya keberanian. Aku hanya mendengar cerita mama setalah dari sana , ada info apa saja yang bisa aku ketahui.
            “ Oh, jadi kamu anak tunggal nya tante Cindi yang sering tante ceritain?” tanya Brian terkejut saat mama mengenal kan aku pada malam perpisahan itu. Mama kesana sebenarnya sekedar mengantarkan ku saja, namun dipaksa masuk dan ikut oleh tante Ratna sampai akhirnya terjadilah pengenalan itu.
            “ Kenapa nggak ngomong dari dulu sih, kita kan temen satu kelas. Kalo tau kamu anaknya tante Ratna mungkin kita bisa berangkat ke sekolah bareng, soalnya tante Ratna suka cerita kalo agak repot pagi-pagi harus nganter kamu sekolah sementara tante juga ngejar jam masuk kantornya. Sekolah kita sama kantor tante kan beda arah jauh banget.” Tambah Brian. Masih sama seperti beberapa tahun yang lalu saat pertama aku mendengar suaranya ketika mengenalkan namanya kemudian menceritakan dirinya di malam persami itu. Ya, meskipun aku sudah satu kelas dengannya bukan berarti bisa dengan gampang bicara dengannya. Aku tidak punya keberaniain tentang itu. Mama ku justru bisa sedekat itu dengannya, sampe dia bahkan tau kerepotan mama. Aku mengerutu dalam hati.
            “ Dia selalu menolak nya Brian kalo tante ajak kesini, dan entah dia selalu minta tannte untuk merahasiakan nama nya ketika tante menceritakannya pada mu.” Jawab mama.
            “ Kenapa begitu, kamu malu temenan sama aku?” tanya nya sambil menatap mata ku. Aku sangat gugup saat itu, tidak tau harus bagaimana dan menjawab apa. Hanya membatu sampai akhirnya tante Ratna menyuruh Brian untuk mengajak ku bergabung bersama teman-temannya yang sudah memulai pesta di taman belakang rumah. Kalian tau, Brian mengajak ku ke taman belakang sambil menggandeng tanganku. Itu pertama kalinya sejak aku mengenal dia hampir 6 tahun yang lalu. Beberapa menit setelah itu dia bisa dengan pandai mencairkan suasana dan menghilangkan kegugupan ku. Aku diajak membaur bersama teman-temanya dari lain sekolah juga.
Aku dan mama bahkan berkesempatan mengantarkan dia sampai ke bandara bersama keluarga besarnya. Dia akan tinggal di Sydney selama kurang lebih 4 tahun dan selama itu aku tidak yakin dia akan mengenaliku lagi setelah kembali ke sini. Mungkin sudah banyak perempuan yang dia kenal di sana. Anggaplah bahwa hari ini hanya sebatas lewat baginya, namun tidak bagi ku. Ini tidak akan pernah aku lupakan.
###
Tiga tahun berlalu sejak dia pergi ke Sydney. Selama itu aku tidak lagi bertemu dengan nya atau bahkan bisa kembali terlibat obrolan baik itu via telfon atau apapun sosial media lainnnya secara jaman sudah secanggih ini. Aku  hanya bisa follow instagramnya saja yang sudah difollow ratusan ribu orang hanya untuk mengetahui sedikit kegiatannya disana dan satu lagi, facebook. Tapi itu tidak banyak membantuku, sekali lagi hanya mama yang bisa menolong ku. Dia yang selalu nanyain kabar Brian melalui tante Ratna. Terakhir yang aku dengar dia sibuk sekali disana karena banyak kegiaatan dan dia ingin fokus mengejar studinya selama tiga tahun setelah itu akan menyelesaikan S2 nya disana juga. Benar-benar mengagumkan. Dengan serangakaian pengalaman dan kenangan ku bertahun-tahun itulah akhirnya aku memutuskan untuk menjalani hidupku sendiri, aku berusaha membuka hati untuk orang lain namun toh tetap saja aku nggak bisa. Selalu gagal ditahap pendekatan, aku yang kurang peka atau aku yang nggak bisa asik dan lain lain. Mama mulai khawatir dengan ku, usia ku sudah hampir 23 tahun namun belum pernah sekalipun pacaran. Aku hanya sibuk dengan dunia ku dan ambisi ku mencintai Brian.
Namun entah keajaiban apa yang membuat semua ini terjadi. Dua bulan yang lalu aku dapat undangan chat via sosial media LINE di katagori alumni. Di situ tergabung alumni SMA 7 angkatan 2012. Aku tergabung dan menemukan banyak teman-teman SMA dulu, termasuk Brianantya Diardana. Berhari-hari aku dibikin galau karnanya, aku bahkan sudah hampir putus asa dan berniat untuk melupakannya. Namun dia justru muncul meskipun memang tidak secara langsung dan akankah ini petunjuk bahwa aku harus mempertahankannya sekali lagi untuk terus memperjuangkan cinta pertama dan cinta sejati itu? Aku masih bingung dan dengan serius aku memikirkan itu, lebih serius ketika aku harus mengerjakan skripsi bab II ku. Saat aku serius memikirkan itu HP ku tiba-tiba ada notification dari LINE. Ada yang meng invite ku kemudian mengirimkan pesan untuk ku.
            Brian d’ART-dana :
Hai Wita, masih ingat aku?
Aku kaget membaca pesan itu yang ternyata dari Brian. Bagaimana bisa dia nanyain itu, hampir 9 tahun aku habiskan waktu untuk mikirin dia, terus dia nanya itu?  Tentu saja aku tidak akan pernah nglupain kamu Brian. Haruskah aku balas seperti itu? Atau tidak aku balas sama sekali, emmm paling enggak satu atau dua hari setelahnya. Biar terkesan bahwa aku nggak se-pengen ini bisa kembali berhubungan dengannya. Ah, aku cabut kembali pemikiranku tentang itu. Bagaimana bisa aku membiarkan dia menunggu jawaban ku sampai berhari-hari. Bukan kah aku menunggu kesempatan ini bertahun-tahun.
Juwita:
Eeem, iya. Tentu saja aku ingat. Kamu terlalu populer di sekolah.
Balas ku singkat. Berusaha untuk menahan diri tidak terlalu memperlihatkan ekspersi berlebihan.

Brian d’ART-dana :
Ah, tidak juga. Kamu juga populer kok. Aku pernah mendengar kamu menangin juara oalahraga cabang renang saat PON waktu itu.
Og my God, dia mendengar kabar itu juga? Ya sejak SMP memang aku suka sekali olahraga termasuk renang. Sejak SMP sebenarnya aku sudah ikut beberapa kali lomba renang dan beberapa kejuaraan pernah aku menangkan. Puncaknya ketika kelas X SMA aku ikut PON dari kontigen Jawa Tengah dan berhasil mendapat medali perak. Namun setelah itu aku kena cidera otot cukup parah dan dokter menyarankan untuk tidak lagi berenang secara ekstream.
            Juwita :
Dari mana kamu tau, bukannya saat itu kita belum saling kenal?
Brian d’ART-dana:
Kamu yakin kita tidak saling mengenal? J Oh iya, kesibukan kamu apa sekarang?
Dan setelah itu kita terlibat obrolan yang sangat panjang melalui LINE. Entahlah, aku menjadi orang yang sangat bahagia saat itu. Meskipun tidak sering namun hampir setiap hari kita selalu chatting. Banyak hal kita bahas termasuk dia yang ternyata tau bahwa selama ini aku mengaguminya. Dia mengetahui hal tersebut sejak aku dan mama mengantarkannya di bandara waktu itu. Keesokan harinya saat dia sampai di apartemen dia mengubungi mama nya dan seketika itu tante Ratna menceritakan semuanya.
Hampir sebulan penuh kita intens berkomunikasi melalui LINE untuk memperbaiki hubungan menjadi semakin dekat. Jaringannya sangat baik dibanding sosial media lainnya, kualitas telfon nyya pun lebih baik dan sangat membantu kita untuk saling mengenal satu sama lain lebih dalam lagi meskipun aku yakin kita sudah sama-sama saling tau dari mama kita masing-masing yang ternyata selama ini bergerak sebagai comblang. Hanya kita saja yang memang lamban berjalan dan memahami situasi tersebut. Setelah seintens itu akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke Indonesia, karena selama tiga tahun disana sama sekali belum pernah pulang. Yang membuat aku sangat bahagia adalah ketika dia bilang bahwa aku jadi salah satu alasannya kenapa dia pulang ke Indonesia. Dia memutuskan untuk pulang di awal bulan ramadhan, aku dan mama serta keluarganya menjemput dibandara dua hari yang lalu. Setelah seharian penuh bersama keluarganya dan buka puasa bersama, puasa hari kedua ini dia ingin bersama dengan ku. Tadi siang dia kerumah ngobrol banyak sama mama, baru setelah aku selesai kuliah dia menjemputku dan mengajak ku untuk buka bersama. Sekarang, aku ada di dirumah makan mewah.
            “ Aku sadar bahwa tidak banyak waktu bersama yang kita lewati selama ini. Tapi aku sangat yakin bahwa sebenarnya kita saling mengetahui satu sama lain. Kamu mengenalku sejak SMP, dan maafkan aku kalau aku sangat telat mengetahui tentang kamu. Tapi percayalah sejak SMA entah kapan itu aku tidak menyadarinya yang pasti sebelum kita satu kelas aku sudah memperhatikan mu. Sebenarnya sejak SMP aku sudah mengetahui mu karena beberapa perlombaan renang yang kamu menangkan. Cuman aku masih sangat acuh saat itu. ” Ungkapnya membuka percakapan. Apa? Jadi dia juga mengetahui ku sejak SMP?  Aku senang mendengarnya karena selama ini aku berfikir bahwa dia sama sekali tidak menyadari kehadiran ku dilingkungannya.
            “ Tapi aku benar-benar tidak tahu kalau kamu ternyata juga tetangga ku.” Tambahnya disertai senyuman sambil kemudian melahap makanannya. Aku hanya tersenyum memperhatikannya dan fokus untuk menghabiskan makanan ku saat ini.
Ya tuhan dengan jarak sedekat ini aku bisa memperhatikan detail tiap lekuk wajahnya yang aku bilang nyaris sempurna. Mungkin aku berlebihan mengatakannya nyaris sempurna, tapi kata apa lagi yang pantas untuk seseorang yang bisa bikin kamu sampai jatuh cinta selama bertahun-tahun dan baru ini bisa duduk berdua berhadapan memandang mukanya sepuas ini.
            “ Jangan pernah berpikiran kalau hanya kamu yang mengagumi ku, aku sebaliknya. Aku kagum sama kamu.” Tambahnya lagi.
            “ Jangan menghibur ku. Bagaimana bisa kamu kagum sama aku. Apa yang bisa kamu kagumi?” aku berusaha setenang mungkin mengatakan itu sambil memotong daging ayam pesanan ku kemudian memakannya. Semoga dia tidak membaca gugup yang aku rasakan sejak berdua di mobil tadi.
Dia tersenyum, kemudian menatap ku. “ Apakah aku perlu menceritakaan kekaguman ku?” tanyanya.
            “ Aku rasa perlu, biar aku tahu apa yang menarik dari ku hingga kamu terkagum”
            “ Aku rasa tidak.”
            “ kenapa begitu?”
            “ Bukankah ketika kita mencintai seseorang tidak perlu alasan apapun. Sekarang aku tanya, kamu suka sama aku dari SMP karena apa?”
Aku diam seketika tidak bisa menjawab. Aku bahkan tidak pernah berfikir kenapa aku begitu menyukainya sejak SMP dulu. Aku hanya mengikuti hati, itu saja.
            “ Kenapa diam?” dia mengulang kembali pertanyaanya. “ Apa karena aku pintar? Populer? Keluarga ku yang orang kaya? Karena aku ganteng? Keren? Tinggi? Keturunan Korea? Prestasi ku? Apa?”
Dia menyebutkan satu persatu kelebihannya. Memang benar semua yang dia sebutkan, tapi kenapa malah membuat ku ilfee seolah-olah dia pamer kehebatan.
            “ Bukan.” Jawab ku sedikit membentak. “ Bukan itu semua.” Aku meletakan kembali ekspreso afocado kesukaan ku yang tadinya ingin aku minum.
            “ Lalu apa?” sepertinya dia tahu kalau aku mulai kesal. Dia tersenyum menang.
            “ Entahlah, aku bahkan tidak terfikir sama sekali tentang alasan itu. Kenapa aku diam tadi karrena aku sedang berfikir apa yang membuatku tergila-gila pada mu. Tapi aku tidak menemukan jawabanya. Aku hanya mengikuti hati ku saja selama bertahun tahun ini.” Terang ku. “ Lalu kenapa kamu dengan sangat percaya diri menyebutkan semua kelebihan kamu seperti itu?”
            “ Karena itulah jawaban yang sering aku dengar dari banyak perempuan yang menyukai ku.” Balasnya santai.
            “ Jadi sudah banyak perempuan yang menyatakan cinta sama kamu?” aku mulai gelisah mendengarnya. Aku bahkan tidak terfikir apakah dia sudah punya pacar apa belum selama di Sydney.
            “ Menurut kamu, dengan aku yang seperti ini?” balasnya seolah mengiyakan pertnyaan ku. Ah iya sebagai laki-laki dia sudah ada di level wahid untuk jadi idola. Harusnya aku tidak heran kalu banyak perempuan yang menyukainya. 
“ Kamu aja sampai 9 tahun menunggu ku.” Godanya yang langsung aku balas degan pukulan kecil dilengannya menggunakan sendok. Dia hanya tertawa kecil menanggapinya.
“ Sudahlah, jangan membuat ku malu.” Gertak ku.
Dia masih tertwa kecil. “ Baiklah, maafkan aku kalau membuat acara malam ini semacam pertemuan penggemar dengan idolanya.” Godanya lagi. Apa? Pertemuan penggemar dengan idola? Funmeeting gitu maksutnya? Keterlaluan.
            “ Antarkan aku pulang sekarang Brian.” Pinta ku marah. Pura-pura lebih tepatnya. Kenapa dia begitu menikmati kegugupan ku hari ini. Aku ketahuan banget kalau gugup dan canggung, itu kenapa dia malah mengoda ku terus.
            “ Baik aku akan mengantar kan mu pulang tapi jawab dulu pertanyaan ku. Aku serius.” Dia menegakan kembali posisi duduknya dan memang kelihatan kali ini dia pasang muka seriusnya.
            “ Apa? Nggak lebih serius dari pertanyaan dosen tentang BAB II ku kan?” gantian aku yang kini ingin becanda.
            “ Spertinya lebih serius dari itu.”
            “ Tentang apa?” aku juga serius sekarang.
            “ Setelah apa yang kamu lakukan bertahun-tahun terakhir ini untuk ku dan dengan jawaban simple kamu tadi semakin membuatku yakin bahwa kamu lah orang yang tepat.”
Aku tidak terlalu paham dengan kaliamat yang dia maksut. Tapi mungkinkah…
            “ Tepat untuk?”
            “ Aku cinta sama kamu Wita.” Ucapnya sambil menatap mataku dan tersenyum lembut. Sepersekian detik aku sempat kaget dia mengatakan itu. Namun aku tersadar kembali begitu dia meraih tangan ku dan menggenggamnya.
            “ Apakah kamu masih mencintai ku setelah bertahun-tahun lamanya ini aku tidak merespon mu?” tambahnya masih menatap mataku. Aku hanya mengangguk kecil menjawab pertannya tanpa bisa menjawab. Rasanya entah aku tidak bisa menjelaskan, seolah terbayar semua apa yang aku tunggu bertahun-tahun ini.
            “ Lalu, apakah kamu mau memulai hubungan serius dengan ku. Menjadi pacar ku, kemudian jika urusan ku di Sydney selesai menjadi istri ku?”
            “ kamu serius?” aku masih sedikit shock mendengarnya. Rasanya entah banget aku pengen lari mencari mama dan memeluknya kemudian menceritakan ini kepadanya. Semoga ini benar benar bukan mimpi.
Flashback end.
###
“ Apa aku kelihatan bercanda saat ini?”
Aku menarik nafas dalam-dalam dan berusaha tenang. Sejenak berfikir tentang apa yang harus aku katakan. Dan selama itu, aku berusaha mengulang kembali ingatan ku tentang usahaku menyukainya.
            “ Kenapa aku harus menolak setelah hampir sembilan tahun aku habis kan waktuku untuk memikirkan mu Brian.” Sambil menetskan air mata aku jawab pertanyaan itu. Sungguh like dream come true banget. Aku bener-bener terharu. Entah terharu dengan pengakuan dia, entah terharu dengan pengorbananku entah terharu dengan jalan cerita yang mengantarkan ku sampai disini dihadapan orang yang aku cintai bertahun-tahun lamanya. Brian memeluk ku setelah itu dan aku membalas pelukan itu.
            “ Terimakasih Brian.” Kata ku menghapus air mata berusaha menutupinya meskipun aku yakin Brian mengetahui itu.
            “ Aku yang harusnya berterimakasih Wita, karena sudah sesabar itu menunggu ku.” Dia melepaskan pelukannya dan kamipun kembali duduk di kursi masing-masing seperti tadi.
            “ Tapi Wita, aku tidak lama di sini. Mungkin besok sudah kembali ke Sydney.” Ucapnya nampak sedih.
            “ Oh, aku kira kamu disini sampai selesai lebaran. “ ucapku sambil nyengir .
            “ Sebenernya aku juga pengen ngabisin bulan puasa disini, tapi aku sedang ada project untuk mengkuti kompetisi film dokumenter yang diadakan di London. Jadi aku harus kembali sesegera mungkin untuk mengumpulkan materi bersama team ku.”
            “ Aku tau itu.” Aku tersenyum berusaha menguatkanya. “ Jangan kawatir, aku sudah terbiasa menunggu mu jika kamu ingin memintaku untuk menunggu beberapa waktu lagi untuk meyelesaikan studi dan kesibukan kamu. Bukankah sekarang tekhnologi udah sangat canggih, jadi kita masih bisa saling berkomunikasi selama kamu disana.”
Dia tersenyum lega mendengarnya. Itu yang aku harapkan bahwa aku tidak ingin menjadi bebannya setelah kita terikat hubungan.
            “ Ya, kita bisa gunakan skyp, bbm atau apalah sosmed lainya kalau untuk telfon mahal.”
            “ Bagaimana kalau aku minta untuk tetap berkomunikasi menggunakan LINE?”
            “ Kenapa begitu?” dia heran.
            “ Karena LINE yang akhirmya mempertemukan kita kembali melalui grub alumni.” Jelasku sambil tersenyum. “ Selama pendekatan pun kita pake jasa nya LINE loh ingat, jadi begitu kita jadian terus kita mau pakai yang lain? Oh no, itu tidak adil untuk LINE. Jangan berpaling aku mohon.”
Brian tertawa mendengarnya. “ Hhaaa, boleh boleh idenya. Aku pikir menggunakan LINE saja sudah cukup. Lagian jika aku kangen dengan suara kamu aku bisa menelfon kamu melalui LINE juga. Anti pending dan  kualitas telfonnya sangat bagus dibanding dengan aplikasi sosial media lainnya. Atau kita bisa saling tukar foto dan vidio call. Ciyeee yang tipikal tipikal setia, selain setia menungu dan mencintai satu orang dalam hidupnya kini make sosmed aja harus sesetia itu.” Goda dia akhirnya.
Aku hanya tersenyum lebar membalasnya kemudian kita melanjutkan makan.
                                                                     ###
Paginya aku bersama mama dan keluarga dia mengantarkan ke bandara untuk kembali ke Sydney. Mama dan tante Ratna ikut bahagia mengetahui hubungan kita, seperti kita harus mengucapkan banyak terimakasih pada mereka karena mereka juga punya peran penting dalam mendekatkan kami. Aku jadi merasa orang yang paling beruntung memiliki mereka. Sebelum meninggalkan Indonesia, Brian berpesan kepada mama dan tante Ratna untuk menjaga ku. Bahagia banget dengernya. Kemudian dia berpesan padaku untuk terus setia menunggunya dan yang terpenting aku harus tetap mengubunginya dengan LINE pastiya.
 Selama ramadhan menemani LDR kita, LINE sangatlah dapat diandalkan. Setiap hari kita LINE chat terutama ketika sahur dan buka. Sampai akhirnya diakhir bulan ramadhan dia mengirimkan vidio stopmotion yang berisi ungkapan hatinya untuk ku. Diakhir durasinya, dia melamarku dan dia mengunggahnya ke youtube. Rencannya setelah pendidikan kita sama-sama selesai maka acara ceremonial lamaran itu akan dilakukan di Indonesia. Dan selama itu belum terlaksana, jasa kurir cinta kita masih tetap LINE. Thanks LINE.


makasih buat yang udah bacaa. jangan lupa tinggalkan jejak komentar kalian. yup cerita ini sebenarnya emang dibikin buat ikutan lomba naskah yang diadain sama LINE, makannya promo banget kan ceritanya. tapi yaah, gitu naskah ini nnggak masuk krietria mereka.. nggak papa, ggal itu biasa kan asal jangan berhenti di kegagalan pertama...

You May Also Like

4 komentar

  1. jangan2 cerpen ini berdasarkan kisah nyatanya mbak isul#ops
    sumpah aku baper abis
    aku suka kakak kelasku. dia itu rumhnya belakangku pas. dia juga temen kecilku
    nah wkt itu dia deket sama aku*itu terjdi saat kls 7, nah dasarnya aku yg masih kecil dan gak peka aku biasa aja, sebenernya aku lupa siapa dia dan gimana bisa dia kenal aku. aku itu ngacangin dia, gak pernah nyapa.atas dasar itu dia gak pernah nyapa aku lagi*parahnya itu baru tak sadari wkt kls 8. aku mikirin dia trus akhirnya suka. dan dari kelas 8-10 (smpe skrg) aku masih suka.
    padahal ya dia itu uda gonta2 pacar, dia juga nggak satu kota sma aku*karena dia skolah di kota sebelah v: intinya uda gak ada harapan buat suka. tapi aku masih ngarepin yah walaupun gak sampek kepikiran trus. tapi adakalanya aku tetep baper. yah berharap banget kisah cintaku#ceileh berakhir kek gitu. amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe bukan dek, pyur fiksi sih ini. drama banget ya ceritanya hahaa

      Hapus
  2. Ayo nyerpen lagi Isul, trus tambahkan konfliknya. Jangan sebatas rindu yang dikekang, hehee

    BalasHapus
  3. Wah jadi nyadar udah lama banget ga baca cerpen kaya gini. Bikin lagi dong isul!

    BalasHapus