THE MESSENGER OF LOVE
MESSENGER OF LOVE
“ Kamu serius?”
tanya ku tak percaya. Aku bahkan sempat
kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaanya. Ya, beberapa menit yang lalu
di hadapan ku Brianantya diardana laki-laki yang aku kagumi sejak pertama
bertemu dalam kegiatan persami ketika SMP dulu hingga berlanjut satu sekolah
kembali ketika SMA. Namun selama itu aku hanya bisa memendam kekaguman ku
terhadapnya. Aku bukan termasuk siswi yang populer sehingga tidak berani
berdekatan dengan Brian yang saat itu sangat populer. Bukan hanya karena dia
seoarang ketua OSIS, dia juga selalu mendapat peringkat kelas dan memiliki
banyak prestasi salah satunya sering menjuarai lomba-lomba sinematografi di
berbagai ajang bahkan sampai tingkat nasional. Karena prestasinya itu dia
mendapat beasiswa kuliah di Sydney untuk mengambil kuliah sinematografi. Aku
mengenalnya sejak SMP, saat itu dia ketua grub ku dalam sebuah permainan ketika
ada persami yang diadakan oleh sekolah. Namun perkenalan itu hanya bejalan
sebentar karena kita bukan dari satu kelas yang sama. Setelah itu aku terus mengaguminya
namun aku rasa dia tidak mengetahui hal tersebut, dan asal tau saja bahwa
sebenarnya kita tinggal satu kompleks bisa dibilang bertetangga. Sampai lulus
SMP aku rasa dia tidak pernah mengetahui bahwa aku begitu mengaguminya. Aku
memahami kondisi tersebut karena setelah kejadian itu kita memang jarang sekali
bertemu, aku hanya bisa memperhatikannya dari jarak jauh. Kalaupun kebetulan
ketemu mungkin dia sudah lupa dengan ku, untuk menyapanya kembali aku tidak
memiliki keberanian.
Namun ketika mulai
SMA mama memasukan aku ke sekolah yang sama dengan Brian. Ya, mama tau aku mengagumi
anak temannya karena mama kita sama-sama teman arisan satu kompleks jadi justru
aku tau banyak tentang Brian dari mama yang berusaha mencari informasi dari
tante Ratna mama nya Brian. Entah dengan cara seperti apa aku nggak paham tapi
aku rasa cukup canggih karena setahu ku tante Ratna tidak pernah menyadari bahwa
setiap obrolan yang mereka lakukan sebenarnya upaya mama mencari informasi
tentang anak laki-lali semata wayangnya.
Sedikit
beruntung karena ketika SMA aku bisa satu kelas dengannya meskipun kesempatan
itu harus aku tunggu selama 2 tahun. Ya, saat kelas X sampai XI kita beda kelas.
Baru di kelas XII akhirnya aku bisa satu kelas dengannya, itu pun ternyata baru
aku tahu belakangan bahwa mama ku lah yang berperan dibalik itu semua. Jadi
mama ke sekolah dan menemui wali kelas ku untuk memintanya memindahkan ku di
kelas yang sama dengan Brian. Namun toh selama hampir satu tahun sekelas bareng
aku belum punya banyak kesempatan untuk terlibat banyak obrolan dengannya atau
sekedar mengakrabkan diri karena kita teman sekelas. Dia lebih sering ijin
masuk sekolah saat itu karena mengikuti berbagai lomba sinematografi dan menorehkan
banyak prestasi di bidang itu. Aku sedih saat tau bahwa dia akan kuliah di Sydney,
itu artinya aku tidak akan melihatnya lagi. Lebih dari itu bahwa mungkin aku
tidak akan punya kesempatan lagi untuk memberitahukan kekaguman ku selama
hampir 6 tahun ini. Oh bukan, ini bukan rasa kagum lagi bahwa aku menyadari ini
perasaan cinta. Ya, aku mencintainya. Kamu tau rasanya mencintai orang
bertahun-tahun namun orang yang kamu cintai bahkan tidak menyadari keberadaan
mu dilingkungannya?
Yang aku ingat
dan paling membuatku bahagia adalah ketika hari terakhirnya di Indonesia
sebelum malam dia terbang ke Sydney dia sempat mengadakan acara perpisahan di
rumahnya. Satu kelas dan beberapa teman lainya dari kelas lain yang dia kenal
diundang, cukup banyak karena dia memang siswa populer di sekolah. Sore itu
pertama kalinya dia mengetahui bahwa aku adalah anak tante Cindi yang biasa
maen kerumahnya dan bertukar cerita denganya. Mama memang sedikit beruntung
karena dia bisa lebih dekat dengan Brian ketimbang aku karena mama yang sering
maen ke tempat tante Ratna dan sedikit banyak ngobrol dengan Brian sendiri.
Sebenarnya sudah sejak lama mama ingin mengenalkan aku dengan Brian secara
langsung dan mengajak ku ketika bertandang ke tempat tante Ratna namun aku
selalu menolaknya. Sekali lagi aku masih belum punya keberanian. Aku hanya
mendengar cerita mama setalah dari sana , ada info apa saja yang bisa aku ketahui.
“ Oh, jadi kamu anak tunggal nya
tante Cindi yang sering tante ceritain?” tanya Brian terkejut saat mama
mengenal kan aku pada malam perpisahan itu. Mama kesana sebenarnya sekedar
mengantarkan ku saja, namun dipaksa masuk dan ikut oleh tante Ratna sampai
akhirnya terjadilah pengenalan itu.
“ Kenapa nggak ngomong dari dulu
sih, kita kan temen satu kelas. Kalo tau kamu anaknya tante Ratna mungkin kita
bisa berangkat ke sekolah bareng, soalnya tante Ratna suka cerita kalo agak
repot pagi-pagi harus nganter kamu sekolah sementara tante juga ngejar jam
masuk kantornya. Sekolah kita sama kantor tante kan beda arah jauh banget.” Tambah
Brian. Masih sama seperti beberapa tahun yang lalu saat pertama aku mendengar
suaranya ketika mengenalkan namanya kemudian menceritakan dirinya di malam
persami itu. Ya, meskipun aku sudah satu kelas dengannya bukan berarti bisa
dengan gampang bicara dengannya. Aku tidak punya keberaniain tentang itu. Mama
ku justru bisa sedekat itu dengannya, sampe dia bahkan tau kerepotan mama. Aku
mengerutu dalam hati.
“ Dia selalu menolak nya Brian kalo
tante ajak kesini, dan entah dia selalu minta tannte untuk merahasiakan nama
nya ketika tante menceritakannya pada mu.” Jawab mama.
“ Kenapa begitu, kamu malu temenan
sama aku?” tanya nya sambil menatap mata ku. Aku sangat gugup saat itu, tidak
tau harus bagaimana dan menjawab apa. Hanya membatu sampai akhirnya tante Ratna
menyuruh Brian untuk mengajak ku bergabung bersama teman-temannya yang sudah
memulai pesta di taman belakang rumah. Kalian tau, Brian mengajak ku ke taman
belakang sambil menggandeng tanganku. Itu pertama kalinya sejak aku mengenal
dia hampir 6 tahun yang lalu. Beberapa menit setelah itu dia bisa dengan pandai
mencairkan suasana dan menghilangkan kegugupan ku. Aku diajak membaur bersama
teman-temanya dari lain sekolah juga.
Aku dan mama
bahkan berkesempatan mengantarkan dia sampai ke bandara bersama keluarga
besarnya. Dia akan tinggal di Sydney selama kurang lebih 4 tahun dan selama itu
aku tidak yakin dia akan mengenaliku lagi setelah kembali ke sini. Mungkin
sudah banyak perempuan yang dia kenal di sana. Anggaplah bahwa hari ini hanya
sebatas lewat baginya, namun tidak bagi ku. Ini tidak akan pernah aku lupakan.
###
Tiga
tahun berlalu sejak dia pergi ke Sydney. Selama itu aku tidak lagi bertemu
dengan nya atau bahkan bisa kembali terlibat obrolan baik itu via telfon atau
apapun sosial media lainnnya secara jaman sudah secanggih ini. Aku hanya bisa follow instagramnya saja yang
sudah difollow ratusan ribu orang hanya untuk mengetahui sedikit kegiatannya
disana dan satu lagi, facebook. Tapi itu tidak banyak membantuku, sekali lagi
hanya mama yang bisa menolong ku. Dia yang selalu nanyain kabar Brian melalui
tante Ratna. Terakhir yang aku dengar dia sibuk sekali disana karena banyak
kegiaatan dan dia ingin fokus mengejar studinya selama tiga tahun setelah itu
akan menyelesaikan S2 nya disana juga. Benar-benar mengagumkan. Dengan
serangakaian pengalaman dan kenangan ku bertahun-tahun itulah akhirnya aku
memutuskan untuk menjalani hidupku sendiri, aku berusaha membuka hati untuk
orang lain namun toh tetap saja aku nggak bisa. Selalu gagal ditahap
pendekatan, aku yang kurang peka atau aku yang nggak bisa asik dan lain lain.
Mama mulai khawatir dengan ku, usia ku sudah hampir 23 tahun namun belum pernah
sekalipun pacaran. Aku hanya sibuk dengan dunia ku dan ambisi ku mencintai
Brian.
Namun entah
keajaiban apa yang membuat semua ini terjadi. Dua bulan yang lalu aku dapat
undangan chat via sosial media LINE di katagori alumni. Di situ tergabung alumni
SMA 7 angkatan 2012. Aku tergabung dan menemukan banyak teman-teman SMA dulu,
termasuk Brianantya Diardana. Berhari-hari aku dibikin galau karnanya, aku
bahkan sudah hampir putus asa dan berniat untuk melupakannya. Namun dia justru muncul
meskipun memang tidak secara langsung dan akankah ini petunjuk bahwa aku harus
mempertahankannya sekali lagi untuk terus memperjuangkan cinta pertama dan
cinta sejati itu? Aku masih bingung dan dengan serius aku memikirkan itu, lebih
serius ketika aku harus mengerjakan skripsi bab II ku. Saat aku serius memikirkan
itu HP ku tiba-tiba ada notification dari LINE. Ada yang meng invite ku
kemudian mengirimkan pesan untuk ku.
Brian d’ART-dana :
Hai
Wita, masih ingat aku?
Aku kaget
membaca pesan itu yang ternyata dari Brian. Bagaimana bisa dia nanyain itu,
hampir 9 tahun aku habiskan waktu untuk mikirin dia, terus dia nanya itu? Tentu saja aku tidak akan pernah nglupain
kamu Brian. Haruskah aku balas seperti itu? Atau tidak aku balas sama sekali,
emmm paling enggak satu atau dua hari setelahnya. Biar terkesan bahwa aku nggak
se-pengen ini bisa kembali berhubungan dengannya. Ah, aku cabut kembali
pemikiranku tentang itu. Bagaimana bisa aku membiarkan dia menunggu jawaban ku
sampai berhari-hari. Bukan kah aku menunggu kesempatan ini bertahun-tahun.
Juwita:
Eeem,
iya. Tentu saja aku ingat. Kamu terlalu populer di sekolah.
Balas ku
singkat. Berusaha untuk menahan diri tidak terlalu memperlihatkan ekspersi
berlebihan.
Brian
d’ART-dana :
Ah,
tidak juga. Kamu juga populer kok. Aku pernah mendengar kamu menangin juara
oalahraga cabang renang saat PON waktu itu.
Og my God, dia
mendengar kabar itu juga? Ya sejak SMP memang aku suka sekali olahraga termasuk
renang. Sejak SMP sebenarnya aku sudah ikut beberapa kali lomba renang dan
beberapa kejuaraan pernah aku menangkan. Puncaknya ketika kelas X SMA aku ikut
PON dari kontigen Jawa Tengah dan berhasil mendapat medali perak. Namun setelah
itu aku kena cidera otot cukup parah dan dokter menyarankan untuk tidak lagi
berenang secara ekstream.
Juwita :
Dari
mana kamu tau, bukannya saat itu kita belum saling kenal?
Brian
d’ART-dana:
Kamu
yakin kita tidak saling mengenal? J
Oh iya, kesibukan kamu apa sekarang?
Dan setelah itu
kita terlibat obrolan yang sangat panjang melalui LINE. Entahlah, aku menjadi
orang yang sangat bahagia saat itu. Meskipun tidak sering namun hampir setiap
hari kita selalu chatting. Banyak hal kita bahas termasuk dia yang ternyata tau
bahwa selama ini aku mengaguminya. Dia mengetahui hal tersebut sejak aku dan
mama mengantarkannya di bandara waktu itu. Keesokan harinya saat dia sampai di
apartemen dia mengubungi mama nya dan seketika itu tante Ratna menceritakan
semuanya.
Hampir sebulan
penuh kita intens berkomunikasi melalui LINE untuk memperbaiki hubungan menjadi
semakin dekat. Jaringannya sangat baik dibanding sosial media lainnya, kualitas
telfon nyya pun lebih baik dan sangat membantu kita untuk saling mengenal satu
sama lain lebih dalam lagi meskipun aku yakin kita sudah sama-sama saling tau
dari mama kita masing-masing yang ternyata selama ini bergerak sebagai comblang.
Hanya kita saja yang memang lamban berjalan dan memahami situasi tersebut. Setelah
seintens itu akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke Indonesia, karena selama
tiga tahun disana sama sekali belum pernah pulang. Yang membuat aku sangat
bahagia adalah ketika dia bilang bahwa aku jadi salah satu alasannya kenapa dia
pulang ke Indonesia. Dia memutuskan untuk pulang di awal bulan ramadhan, aku
dan mama serta keluarganya menjemput dibandara dua hari yang lalu. Setelah
seharian penuh bersama keluarganya dan buka puasa bersama, puasa hari kedua ini
dia ingin bersama dengan ku. Tadi siang dia kerumah ngobrol banyak sama mama,
baru setelah aku selesai kuliah dia menjemputku dan mengajak ku untuk buka
bersama. Sekarang, aku ada di dirumah makan mewah.
“ Aku sadar bahwa tidak banyak waktu
bersama yang kita lewati selama ini. Tapi aku sangat yakin bahwa sebenarnya
kita saling mengetahui satu sama lain. Kamu mengenalku sejak SMP, dan maafkan
aku kalau aku sangat telat mengetahui tentang kamu. Tapi percayalah sejak SMA
entah kapan itu aku tidak menyadarinya yang pasti sebelum kita satu kelas aku
sudah memperhatikan mu. Sebenarnya sejak SMP aku sudah mengetahui mu karena
beberapa perlombaan renang yang kamu menangkan. Cuman aku masih sangat acuh
saat itu. ” Ungkapnya membuka percakapan. Apa? Jadi dia juga mengetahui ku sejak
SMP? Aku senang mendengarnya karena selama
ini aku berfikir bahwa dia sama sekali tidak menyadari kehadiran ku
dilingkungannya.
“ Tapi aku benar-benar tidak tahu
kalau kamu ternyata juga tetangga ku.” Tambahnya disertai senyuman sambil
kemudian melahap makanannya. Aku hanya tersenyum memperhatikannya dan fokus
untuk menghabiskan makanan ku saat ini.
Ya tuhan dengan
jarak sedekat ini aku bisa memperhatikan detail tiap lekuk wajahnya yang aku
bilang nyaris sempurna. Mungkin aku berlebihan mengatakannya nyaris sempurna,
tapi kata apa lagi yang pantas untuk seseorang yang bisa bikin kamu sampai
jatuh cinta selama bertahun-tahun dan baru ini bisa duduk berdua berhadapan
memandang mukanya sepuas ini.
“ Jangan pernah berpikiran kalau
hanya kamu yang mengagumi ku, aku sebaliknya. Aku kagum sama kamu.” Tambahnya
lagi.
“ Jangan menghibur ku. Bagaimana
bisa kamu kagum sama aku. Apa yang bisa kamu kagumi?” aku berusaha setenang
mungkin mengatakan itu sambil memotong daging ayam pesanan ku kemudian
memakannya. Semoga dia tidak membaca gugup yang aku rasakan sejak berdua di
mobil tadi.
Dia tersenyum,
kemudian menatap ku. “ Apakah aku perlu menceritakaan kekaguman ku?” tanyanya.
“ Aku rasa perlu, biar aku tahu apa
yang menarik dari ku hingga kamu terkagum”
“ Aku rasa tidak.”
“ kenapa begitu?”
“ Bukankah ketika kita mencintai
seseorang tidak perlu alasan apapun. Sekarang aku tanya, kamu suka sama aku
dari SMP karena apa?”
Aku diam
seketika tidak bisa menjawab. Aku bahkan tidak pernah berfikir kenapa aku
begitu menyukainya sejak SMP dulu. Aku hanya mengikuti hati, itu saja.
“ Kenapa diam?” dia mengulang
kembali pertanyaanya. “ Apa karena aku pintar? Populer? Keluarga ku yang orang
kaya? Karena aku ganteng? Keren? Tinggi? Keturunan Korea? Prestasi ku? Apa?”
Dia menyebutkan
satu persatu kelebihannya. Memang benar semua yang dia sebutkan, tapi kenapa
malah membuat ku ilfee seolah-olah dia pamer kehebatan.
“ Bukan.” Jawab ku sedikit membentak. “ Bukan itu semua.”
Aku meletakan kembali ekspreso afocado kesukaan ku yang tadinya ingin aku minum.
“ Lalu apa?” sepertinya dia tahu
kalau aku mulai kesal. Dia tersenyum menang.
“ Entahlah, aku bahkan tidak
terfikir sama sekali tentang alasan itu. Kenapa aku diam tadi karrena aku
sedang berfikir apa yang membuatku tergila-gila pada mu. Tapi aku tidak
menemukan jawabanya. Aku hanya mengikuti hati ku saja selama bertahun tahun ini.”
Terang ku. “ Lalu kenapa kamu dengan sangat percaya diri menyebutkan semua
kelebihan kamu seperti itu?”
“ Karena itulah jawaban yang sering
aku dengar dari banyak perempuan yang menyukai ku.” Balasnya santai.
“ Jadi sudah banyak perempuan yang
menyatakan cinta sama kamu?” aku mulai gelisah mendengarnya. Aku bahkan tidak
terfikir apakah dia sudah punya pacar apa belum selama di Sydney.
“ Menurut kamu, dengan aku yang
seperti ini?” balasnya seolah mengiyakan pertnyaan ku. Ah iya sebagai laki-laki
dia sudah ada di level wahid untuk jadi idola. Harusnya aku tidak heran kalu
banyak perempuan yang menyukainya.
“
Kamu aja sampai 9 tahun menunggu ku.” Godanya yang langsung aku balas degan
pukulan kecil dilengannya menggunakan sendok. Dia hanya tertawa kecil menanggapinya.
“
Sudahlah, jangan membuat ku malu.” Gertak ku.
Dia masih tertwa
kecil. “ Baiklah, maafkan aku kalau membuat acara malam ini semacam pertemuan
penggemar dengan idolanya.” Godanya
lagi. Apa? Pertemuan penggemar dengan idola? Funmeeting
gitu maksutnya? Keterlaluan.
“ Antarkan aku pulang sekarang
Brian.” Pinta ku marah. Pura-pura lebih tepatnya. Kenapa dia begitu menikmati
kegugupan ku hari ini. Aku ketahuan banget kalau gugup dan canggung, itu kenapa
dia malah mengoda ku terus.
“ Baik aku akan mengantar kan mu
pulang tapi jawab dulu pertanyaan ku. Aku serius.” Dia menegakan kembali posisi
duduknya dan memang kelihatan
kali ini dia pasang muka seriusnya.
“ Apa? Nggak lebih serius dari
pertanyaan dosen tentang BAB II ku kan?” gantian aku yang kini ingin becanda.
“ Spertinya lebih serius dari itu.”
“ Tentang apa?” aku juga serius
sekarang.
“ Setelah apa yang kamu lakukan
bertahun-tahun terakhir ini untuk ku dan dengan jawaban simple kamu tadi
semakin membuatku yakin bahwa kamu lah orang yang tepat.”
Aku tidak
terlalu paham dengan kaliamat yang dia maksut. Tapi mungkinkah…
“ Tepat untuk?”
“ Aku cinta sama kamu Wita.” Ucapnya
sambil menatap mataku dan tersenyum lembut. Sepersekian detik aku sempat kaget
dia mengatakan itu. Namun aku tersadar kembali begitu dia meraih tangan ku dan
menggenggamnya.
“ Apakah kamu masih mencintai ku
setelah bertahun-tahun lamanya ini aku tidak merespon mu?” tambahnya masih
menatap mataku. Aku hanya mengangguk kecil menjawab pertannya tanpa bisa
menjawab. Rasanya entah aku tidak bisa menjelaskan, seolah terbayar semua apa
yang aku tunggu bertahun-tahun ini.
“ Lalu, apakah kamu mau memulai
hubungan serius dengan ku. Menjadi pacar ku, kemudian jika urusan ku di Sydney selesai
menjadi istri ku?”
“ kamu serius?” aku masih sedikit
shock mendengarnya. Rasanya entah banget aku pengen lari mencari mama dan
memeluknya kemudian menceritakan ini kepadanya. Semoga ini benar benar bukan
mimpi.
Flashback end.
###
“
Apa aku kelihatan bercanda saat ini?”
Aku menarik
nafas dalam-dalam dan berusaha tenang. Sejenak berfikir tentang apa yang harus
aku katakan. Dan selama itu, aku berusaha mengulang kembali ingatan ku tentang
usahaku menyukainya.
“ Kenapa aku harus menolak setelah
hampir sembilan tahun aku habis kan waktuku untuk memikirkan mu Brian.” Sambil
menetskan air mata aku jawab pertanyaan itu. Sungguh like dream come true
banget. Aku bener-bener terharu. Entah terharu dengan pengakuan dia, entah
terharu dengan pengorbananku entah terharu dengan jalan cerita yang mengantarkan
ku sampai disini dihadapan orang yang aku cintai bertahun-tahun lamanya. Brian
memeluk ku setelah itu dan aku membalas pelukan itu.
“ Terimakasih Brian.” Kata ku
menghapus air mata berusaha menutupinya meskipun aku yakin Brian mengetahui
itu.
“ Aku yang harusnya berterimakasih
Wita, karena sudah sesabar itu menunggu ku.” Dia melepaskan pelukannya dan kamipun
kembali duduk di kursi masing-masing seperti tadi.
“ Tapi Wita, aku tidak lama di sini.
Mungkin besok sudah kembali ke Sydney.” Ucapnya nampak sedih.
“ Oh, aku kira kamu disini sampai
selesai lebaran. “ ucapku sambil nyengir .
“ Sebenernya aku juga pengen
ngabisin bulan puasa disini, tapi aku sedang ada project untuk mengkuti
kompetisi film
dokumenter yang diadakan di London. Jadi aku harus kembali sesegera mungkin
untuk mengumpulkan materi bersama team ku.”
“ Aku tau itu.” Aku tersenyum
berusaha menguatkanya. “ Jangan kawatir, aku sudah terbiasa menunggu mu jika
kamu ingin memintaku untuk menunggu beberapa waktu lagi untuk meyelesaikan
studi dan kesibukan kamu. Bukankah sekarang tekhnologi udah sangat canggih,
jadi kita masih bisa saling berkomunikasi selama kamu disana.”
Dia tersenyum
lega mendengarnya. Itu yang aku harapkan bahwa aku tidak ingin menjadi bebannya
setelah kita terikat hubungan.
“ Ya, kita bisa gunakan skyp, bbm
atau apalah sosmed lainya kalau untuk telfon mahal.”
“ Bagaimana kalau aku minta untuk
tetap berkomunikasi menggunakan LINE?”
“ Kenapa begitu?” dia heran.
“ Karena LINE yang akhirmya
mempertemukan kita kembali melalui grub alumni.” Jelasku sambil tersenyum. “
Selama pendekatan pun kita pake jasa nya LINE loh ingat, jadi begitu kita
jadian terus kita mau pakai yang lain? Oh no, itu tidak adil untuk LINE. Jangan
berpaling aku mohon.”
Brian
tertawa mendengarnya. “ Hhaaa, boleh boleh idenya. Aku pikir menggunakan LINE
saja sudah cukup. Lagian jika aku kangen dengan suara kamu aku bisa menelfon
kamu melalui LINE juga. Anti pending dan
kualitas telfonnya sangat bagus dibanding dengan aplikasi sosial media
lainnya. Atau kita bisa saling tukar foto dan vidio call. Ciyeee yang tipikal
tipikal setia, selain setia menungu dan mencintai satu orang dalam hidupnya
kini make sosmed aja harus sesetia itu.” Goda dia akhirnya.
Aku
hanya tersenyum lebar membalasnya kemudian kita melanjutkan makan.
###
Paginya
aku bersama mama dan keluarga dia mengantarkan ke bandara untuk kembali ke Sydney.
Mama dan tante Ratna ikut bahagia mengetahui hubungan kita, seperti kita harus
mengucapkan banyak terimakasih pada mereka karena mereka juga punya peran
penting dalam mendekatkan kami. Aku jadi merasa orang yang paling beruntung
memiliki mereka. Sebelum meninggalkan Indonesia, Brian berpesan kepada mama dan
tante Ratna untuk menjaga ku. Bahagia banget dengernya. Kemudian dia berpesan
padaku untuk terus setia menunggunya dan yang terpenting aku harus tetap
mengubunginya dengan LINE pastiya.
Selama ramadhan menemani LDR kita, LINE sangatlah
dapat diandalkan. Setiap hari kita LINE chat terutama ketika sahur dan buka. Sampai
akhirnya diakhir bulan ramadhan dia mengirimkan vidio stopmotion yang berisi
ungkapan hatinya untuk ku. Diakhir durasinya, dia melamarku dan dia
mengunggahnya ke youtube. Rencannya setelah pendidikan kita sama-sama selesai
maka acara ceremonial lamaran itu akan dilakukan di Indonesia. Dan selama itu
belum terlaksana, jasa kurir cinta kita masih tetap LINE. Thanks LINE.
makasih buat yang udah bacaa. jangan lupa tinggalkan jejak komentar kalian. yup cerita ini sebenarnya emang dibikin buat ikutan lomba naskah yang diadain sama LINE, makannya promo banget kan ceritanya. tapi yaah, gitu naskah ini nnggak masuk krietria mereka.. nggak papa, ggal itu biasa kan asal jangan berhenti di kegagalan pertama...
4 komentar
jangan2 cerpen ini berdasarkan kisah nyatanya mbak isul#ops
BalasHapussumpah aku baper abis
aku suka kakak kelasku. dia itu rumhnya belakangku pas. dia juga temen kecilku
nah wkt itu dia deket sama aku*itu terjdi saat kls 7, nah dasarnya aku yg masih kecil dan gak peka aku biasa aja, sebenernya aku lupa siapa dia dan gimana bisa dia kenal aku. aku itu ngacangin dia, gak pernah nyapa.atas dasar itu dia gak pernah nyapa aku lagi*parahnya itu baru tak sadari wkt kls 8. aku mikirin dia trus akhirnya suka. dan dari kelas 8-10 (smpe skrg) aku masih suka.
padahal ya dia itu uda gonta2 pacar, dia juga nggak satu kota sma aku*karena dia skolah di kota sebelah v: intinya uda gak ada harapan buat suka. tapi aku masih ngarepin yah walaupun gak sampek kepikiran trus. tapi adakalanya aku tetep baper. yah berharap banget kisah cintaku#ceileh berakhir kek gitu. amin
hehe bukan dek, pyur fiksi sih ini. drama banget ya ceritanya hahaa
HapusAyo nyerpen lagi Isul, trus tambahkan konfliknya. Jangan sebatas rindu yang dikekang, hehee
BalasHapusWah jadi nyadar udah lama banget ga baca cerpen kaya gini. Bikin lagi dong isul!
BalasHapus