­
Diberdayakan oleh Blogger.

PESAWAT KERTAS ( Dua )

by - Juni 12, 2016



DUA
Capek. Itu yang pasti dirasakan siapapun yang memiliki kegiatan dari pagi sampai menjelang pagi lagi.  Sebelum sempat tidur nyenyak bahkan harus bangun lagi untuk melanjutkan rutinitas seperti biasa. Aku terbiasa menjalankan semua dengan pola yang entah seperti apa. Aku bangun setiap pukul lima pagi, jam berapapun aku tidur. Ingat jam berapapun bahkan ketika aku masih terjaga di jam empat subuh aku tidak bisa melanjutkan tidurku. Jika sudah seperti itu aku memilih untuk mengambil air wudhu dan menjalankan solah t subuh kemudian ke dapur mengrus sarapan pagi untuk adik, abang dan diri ku sendiri.

Hidup dijaman seperti sekarang susah kalo nggak mandiri. Apa-apa ngandelin orang lain sementara kegiatan udah harus jalan terus.
Kehidupan ku keras, harus melakukan sesuatu untujk mendapatkan sesuatu. Jadi nggak bisa asal minta  ke orang tua, sebisa mungkin berusaha dulu. Aku memaklumi kondisi itu karena keluarga ku memang bukan keluarga berada. Apalagi sejak kepergianya Bapak ku sebelas tahun silam, penghasilan Ibu ku jadi satu-satunya yang mencukupi semua kebutuhan keluarga. Ibu, aku, abang dan adik ku. Aku punya dua abang laki-laki, yang satu sudah menikah dan hidup terpisah dengan aku dan Ibu ku, yang ke dua abang ku akan siap menikah tahun ini, adik ku masih kuliah semester 3. 

Aku sendiri masih juga masih kuliah, tapi sambil kerja. Sama dengan yang dilakukan abang ku sekarang yang melanjutkan kuliah D3 nya menjadi Strata 1 sambil kerja, adik ku juga sambil kerja. Kami bertiga kuliah di kampus yang sama dan mengambil kuliah malam karena pagi sampe sore kita bekerja. Untuk apa? Untuk memenuhi kebutuhan pribadi termasuk bayar kuliah. Kami sadar kami sudah tidak  bisa lagi mengandalkan penghasilan ibu untuk menangung semua biaya kuliah kami karena penghasilan ibu sebagai penjual buah juga tidak seberapa, yang penting cukup untuk makan dan biaya sehari-hari. Intinya keluarga kami sangat sederhana.

Menjalani kuliah dan bekerja dalam waktu yang bersmaan bukanlah hal yang mudah. Selain tenaga kita sudah terkuras saat di kantor, pikiran juga sudah lelah untuk berfikir tentang pekerjaan. Harusnya sore sudah sampai dirumah dan istirahat, tapi bagi kami yang menjalankan aktifitas ganda seperti itu tidak bisa istirahat tenang sebelum jam 12 malam. Ya, setelah selesai kerja aku langsung ke kampus dan sampai rumah paling awal jam 9 malam. Itu juga masih harus bersih-bersih badan dulu, makan dan istiraht sebentar sampai pukul 10. Setelah itu masih harus ada tugas kuliah yang harus segera diselesaikan. Sudah menjadi kebiasaan beberapa tahun terakhir ini tidur diatas jam 12 itu hal yang sangat biasa, bahkan ketika sedang tidak ada tugas kuliah pun nggak bisa tidur lebih awal. Kebiasaan ku sudah membetuk pola  sendiri. 

Aku kerja sampai hari sabtu itupun sampai pukul 4 sore, jadi nggak ada istirahat untuk weekend. Minggu pun biasa digunakan untuk membuat rentetan tugas praktek seperti misalnya take video untuk iklan atau apapun. Aku kuliah di jurusan ilmu komunikasi, jadi tugas kampus ku banyak praktek lapangan ya dengan membuat event-event promosi atau campane jadi minggu ku selalu habis untuk hal sepert itu. Selain untuk beres-beres rumah karena selama satu minggu aku bekerja, biasanya ibu hanya membersihkan rumah seperlunya saja. Termasuk mencuci dan menyetrika pakaian dan semua tetek bengek pekerjaan rumah tangga. Aku tidak menyalahkan ibu jika ibu tidak bisa mengerjakannya, beliau sudah terlalu tua untuk terus bekerja dan melakukan pekerjaan rumah. Yang penting masak.

Ngomong-ngomong hari ini aku ulang tahun. Sudah biasa tidak ada perayaan apaun di hari ulang tahun ku. Jangankan perayaan, hanya ucapan dan doa yang ku harapkan saja hanya beberapa.

Aku bangkit dari tempat tidur kemudian beranjak ke meja seberang tepat tidur dimana aku biasa melakukan aktifitas kesukaan ku selama bertahun-tahun ini. Menulis. Aku menyalan macbook dan akan menulis kisah ku hari ini di blog. Ya, aku suka menulis, aku memilki blog pribadi dan aktif menulis di sana. Tidak selalu curhat di blog, kadang aku menulis cerpen atau beberpa cerita bersambung disana. Pengunjung blog ku sampai pada tahun ke empat ini sebagai blogger sudah mencapai 100 ribu lebih dan rata-rata penjunjung harian ku 80-100 setiap harinya. Angka yang menurut ku sangat tinggi, aku piker blog ku hanya akan menjadi blog pribadi yang hanya akan ada aku saja yang membacanya. Namun ternyata apa yang aku tulis banyak menarik orang untuk membaca kemudian berkomentar dan tak jarang terjadi obrolan kecil di kolom komentar.

Sejauh ini dari beberapa pengunjung blog ku, ada satu pengunjung yang tidak pernah absen untuk baca dan berkomentar disana. Laki-laki, mungkin seusia ku aku tidak tahu. Dia mengikuti blog ku sejak 3 tahun yang lalu dan selama itu kita sering terlibat diskusi tentang apa yang baru saja aku post di sana. Awalnya hanya berdiskusi di kolom komentar, tapi dua tahun belakangan kita mulai menggunakan email untuk saling mengutarakan pemikiran kita yang berpacu pada postingan di blog ku. Karena merasa sudah akrap meskipun belum pernah ketemu, beberapa bulan terakhir ini kita mulai bertukar nomor telfon dan sudah tidak sungkan lagi untuk menelfon membahas apa yang tengah aku posting di blog. Awalnya hanya membahas tentang postingan blog ku, kita berdiskusi dan bertukar fikiran. Tapi setelahnya kita bicara tentang banyak hal. Rasanya  Nyambung dan nyaman!

Aku tidak tahu bahwa ada laki-laki yang rutin baca blog yang isinya random banget kayak blog ku. Sambil menunggu macbook ku nyala sepenuhnya dan siap digunakan, aku mengambil Handphone ku yang tadi aku cas di nakas. Ada beberapa notifikasi masuk, beberapa BBM menanyakan tentang tugas kuliah. Beberapa notif dari instagram dan ada satu pesan dari whats up. Aku memilih untuk membuka pesan dari Whats Up.
Best Reader
            Selamat Ulang Tahun. Semoga selalu sehat, bahagia dan kuat.
            Sudah sampai rumah?
            Sudah malam loh.
Aku tersenyum membacanya. Dia rutin mengabsen ku sekarang tiap malam. Best Reader, nama yang aku buat untuk Bara. Laki-laki yang rutin jadi pembaca ku selama ini.
            Me
Dari mana kamu tahu aku ulang tahun hari ini?
            Sudah, baru saja mau nyalain laptop ini.
Balas ku yang langsung di read kemudian muncul tulisan writing teks di teks bar.
            Best Reader
Aku boleh telfon?
Aku tersenyum kembali membaca balasannya. Kenapa dia selalu membuatku sesenang ini hanya membaca chat atau mendengar suaranya. Kenapa aku juga selalu deg-deg an tiap kali akan mendengar suaranya. Tapi aku menyukai saat bicara dengannya.
            Me
Boleh.
Belum sampai aku mengembalikan teks bar ku, panggilan dari Best Reader muncul di layar handphone. Aku mengeser tombol hijau untuk menerima panggilannya, masih se deg-degan ini padahal sudah beberapa bulan ini kita saling telfonan.
            “ Hai.” Sapanya dari sebrang sana. Suaranya bisa banget buat dada ku bergemuruh. Seneng banget.
            “ Iya.”
            “ Are you happy today?” todong nya.
            “ Yes im happy. Are you?”
            “ Ya aku happy karna bisa denger suara kamu lagi. Kok kangen ya sama suara kamu.”
Aku tertawa kecil mendengar jawabannya. Serius itu gombalan receh, tapi entah kenapa aku suka mendengarnya.
            “ Jadi, sudah dapat berapa ucapan hari ini? Ada yang ngasih kado? Ada yang ngerjain pakai telor sama tepung?” suara renyahnya membombardir berbagai pertanyaan. Aku bingung jawabnya.
            “ Nanya nya bisa santai nggak?”
aku mendengar dia malah tertawa kecil.
            “ Dari mana kamu tahu hari ini aku ulang tahun?” Tanya ku.
Dia berdeham sebentar sebelum menjawab.
“ Kamu lupa? Dua tahun yang lalu siapa yang komen pertama di catatan kamu tentang kisah menyedihkan perayaan ulang tahun kamu?”

Aku memutar bola mata ku keri, berfikir sejenak. Aku tersenyum kembali saat mulai mengingatnya. Iya itu komen pertamanya di blog ku dan setelah itu seperti dia mengobrak-abrik isi blok ku untuk dibaca kemudian di komen semua. Dari komentar biasa sampai komentar ketidak setujuannya dengan apa yang aku tulis. Setelah itu kita justru saling bertukar pikiran tentang isu-isu yang aku tulis di blog. Dan kedekatan itu berlanjut sampai hari ini.
            “ Dan kamu masih mengingatnya sampai sekarang?” aku tidak percaya.
            “ Bukankan tahun lalu aku juga memberimu ucapan selamat ulangtahun? Kamu melupakannya?”
oh ya Tuhan, dia bahkan memberikan ku hadiah. Aku menepuk jidat ku pelan menyesali kenapa aku tidak mengingatnya. Buru-buru aku berjalan kembali ke meja nakas dan membuka laci disana, mengambil buku bersampul biru dongker dari bahan beludru. Dia memberiku block note itu pada ku tahun lalu.
            “ Maaf.” Ucap ku singkat.
            “ Memangnya sudah berapa banyak yang memberi mu ucapan selamat ulang tahun sampai lupa dengan ucapan ku?” ada tuntutan di nada kalimatnya, tapi aku menyukainya.
            “ Tidak banyak. Nggak lebih dari 10 orang lah.” Aku ku jujur.
Dia tertawa kecil mendengarnya, aku ikut tertawa menyadari betapa aku kekurangan perhatian orang sekitar.
            “ Siapa aja?”
            “ Perlu banget buat aku ceritain?”
Dia tertawa kecil. Lagi dan lagi. Seperti dia juga sama menikmatinya dengan ku saat kami saling berbicara walaupun hanya melalui sambungan telefon ini?
            “ Nggak perlu kalo kamu ada rencana buat nulids di blog. Aku hanya perlu membacanya kan.”
            “ Skip deh obrolan soal hari ini.” Balas ku tidak tertarik.
            “ Kenapa? Menarik kan, ini hari ulang tahun kamu loh.”
            “ Jawabanya tetep sama. Nggak ada yang special dan menyenangkan.”
            “ Tunggu beberapa hari lagi, mungkin sesuatu yang special itu masih pending.”
            “ Apaan deh, ngaco gitu.”
Dia tertawa kecil lagi. Lagi !!
            “ Aku berharap suatu saat  hari ulang tahun kamu menjadi hari yang special nanti.”
Seperti meneguk air es setelah berlarian puluhan kilo meter, rasanya seger banget. Aku tidak pernah mendengar harapan seperti itu dari siapapun yang pernah mengenal ku. Selain ibu ku tentunya.
            “ Apaan dah, sekedar hari ulang tahun aja. Aku bukan anak TK lagi yang bersedih karna nggak dapat kado di hari ulang tahun ku kan. Bahas yang lain deh.”

Harapan dia aneh kan? Demi apa coba dia ngarepin kalo aku bakal punya hari special suatu saat nanti di hari ulang tahun ku. Seperti harapan kakak ke adik nya, atau harapan bapak ke anak nya atau harapan om ke ponakannya. Entah, dia emang seperti itu penuh kejutan dengan sikapnya yang selalu merangkap dari apa yang tadi aku sebutkan.
            “ Selamat Ulang tahun Rana.” Ulangnya.
            “ Thanks.”
            “ Oh ya, aku lagi di Solo loh ini.” Dia menurut untuk merubah topic pembicaraan yang mulai membuat ku nggak nyaman dan dia menangkap ketidak nyamanann ku. Bukan apa-apa, aku memang nggak terlalu suka membahas masalah konyol ini. Selama hidup ku, aku ulang tahun tidak pernah dapat kado kayak orang-orang kebanyakan ngrayain ulang tahun. Minimal ucapan selamat dari orang-orang terdekat. Ya dapet sih, tapi nggak sesuai harapan siapa aja yang pengen ngucapin ulang tahun. Jadi sudah sejak lama aku nggak pernah berharap apapun pada hari ulang tahun. Dan perasaan itu aku tuangkan pertama kali dalam blog ku tiga tahun lalu, dan disitulah aku pertama kali berinteraksi dengan Bara. My best reader.
            “ Oh ya? Lagi di rumah orang tua kamu? “
Dia memang bekerja di Tangerang, tapi dia asli orang Solo.
            “ yup.” Jawabnya singkat penuh semangat.
            “ Liburan atau hanya berkunjung?”
            “ Dua-dua nya. Tapi kali ini cukup lama sih, aku dapat cuti dari kantor tiga hari.”
            “ Ohh, asik dong sekalian balik kampung sekalian liburan.”
            “ Solo ke Semarang nggak jauh kan. Ketemu yuk.”

Deg! Dada ku kayak ada yang ninju. Hampir terpental kaget mendengar ajakan Bara. Ketemu? Aku belum sesiap itu untuk secara langsung bertemu dengannya. Entah karena apa, mungkin karena fisik? Aku nggak secantik perempuan-perempuan kebanyaakan. Dan kalo dilihat dari gaya hidup dia di Tangerang sana sepertinya dia terbiasa dengan perempuan-perempuan cantik.  
Lalu, kenapa tiba-tiba aku takut begini kalau-kalau setelah bertemu dengan ku dia jadi ilfeel dan nggak mau senyaman ini ngobrol di telfon lagi.
            “ Ran..” panggil Bara.
            “ Oh iya, gimana?”
            “ Lah, kamu kenapa? Nggak dengerin aku ngomong?”
emang tadi dia ngomong ya?
            “ Sory sory Bar, kenapa? Ulangi lagi dong.”
Dia membuang nafas sedikit keras.
            “ Besok aku mau jalan ke Semarang. Pengen ketemu sama kamu. Boleh?”
Aku diam sedikit berfikir. Beneran mau ketemu? Bukankah seharusnya aku seneng bisa ketemu sama orang yang bikin aku nyaman cerita sana sini selama ini. Tapi kenapa aku jadi mencemaskan sesuatu.
            “ Hanya ingin ketemu dengan ku?” memastikan bahwa dia memang hanya ingin menemui ku.
            “ Iya. Boleh kan?” nadanya penuh dengan harap.
            “ Iya, kenapa tidak.”
            “ Bagus deh. Besok Sabtu kan, kamu nggak ada kuliah. Kita ketemu abis kamu pulang kantor ya, aku jemput deh.”

Hey, dia bicara seolah-olah kita udah kenal deket banget dan tiap hari ketemu. Nada bicaranya itu loh, sesemangat itu. Aku seneng dengernya, tapi takut kalau dia kecewa setelah bertemu dengan ku. Sekali lagi, aku merasa nggak secantik perempuan kebanyakan. Dan apasih yang dicari laki-laki jaman sekarang pada perempuan selain kecantikannya. Dia bisa seasik ini ngobrol sama aku karena dia nggak tahu aku secara fisik kan? Well, aku nggak buruk-buruk amat sih. Tapi nggak bisa dikatakan cantik juga. Biasa banget, untuk ukuran perempuan. Aku nggak punya tubuh tinggi semampai kayak model, tinggi ku berhenti diangka 160 cm. aku juga tidak memiliki kulit putih  seputih model iklan sabun mandi, tapi aku memiliki kulit khas perempuan jawa. Kuning langsat cenderung pucat. Hidung ku juga nggak semancung yang aku inginkan, aku menerima kalo dikatai pesek karena begitulah keadaanya. Aku tertolong sama tulang pipi ku yang bagus dan menyamarkan hidung pesek ku. Tulang pipi ku membuat muka ku kelihatan lebih tirus dan aku menyukainya. Secara fisik, aku jujur nggak ada yang bisa dibanggakan meskipun banyak yang menilai aku memiliki mata yang indah. Hell ya, mata indah itu menurut ku tidak mempengaruhi kecantikan seseorang secara signifikan.
            “ Rana.” panggilan Bara disambungan telefon sedikit mengagetkan ku.
            “ Iya Bar, Kenapa?”
            “ Mikirin apa kok diem.”
            “ Oh enggak, kamu mau jemput aku kayak tahu aja kantor ku dimana.” Aku masih ingat kata terakhir dia yang tiba-tiba mau menjemput ku.
Dia terkekeh.
            “ Ya ampun Rana, kamu tinggal sebutin alamat nya aja dimana. Aku pasti bisa nemuinnya.”
Oh, aku lupa kalo sekarang hidup di era semodern ini. Jagankan hanya mencari alamat, aku dan Bara bahkan dipertemukan dalam suatu ruang yang diciptakan karena perkembangan teknologi saat ini.
            “ Jangan deh, kita ketemu ditempat lain aja. Nggak usah jemput segala, nggak terbiasa punya jemputan juga.”
            “ Sebentar lagi harus terbiasa ada yang jemput ya.”
            “ Appaan deh, ngaco gitu.” Maksutnya apa?
Dia tertawa kecil lagi. “ yaudah, sampai ketemu besok ya ra. Istirahat gih, udah malem. Besok kan kerja.”
            “ Heemm.” Gumam ku.
            “ Selamat ulang tahun Rana. Istirahat ya.”
Mukaku memanas mendengarnya. Mungkin sekarang sudah memerah. Simple sih yang diucapin, tapi berkesan banget. Setidakanya bagi ku, yang sama sekali nggak pernah dapat perhtian kecil seperti ini.
            “ Iya, aku istirahat. Sampai ketemu besok.”
Sambungan aku matikan.


You May Also Like

0 komentar