PESAWAT KERTAS ( Dua )
DUA
Capek.
Itu yang pasti dirasakan siapapun yang memiliki kegiatan dari pagi sampai
menjelang pagi lagi. Sebelum sempat
tidur nyenyak bahkan harus bangun lagi untuk melanjutkan rutinitas seperti
biasa. Aku terbiasa menjalankan semua dengan pola yang entah seperti apa. Aku
bangun setiap pukul lima pagi, jam berapapun aku tidur. Ingat jam berapapun
bahkan ketika aku masih terjaga di jam empat subuh aku tidak bisa melanjutkan
tidurku. Jika sudah seperti itu aku memilih untuk mengambil air wudhu dan
menjalankan solah t subuh kemudian ke dapur mengrus sarapan pagi untuk adik,
abang dan diri ku sendiri.
Hidup
dijaman seperti sekarang susah kalo nggak mandiri. Apa-apa ngandelin orang lain
sementara kegiatan udah harus jalan terus.
Kehidupan ku
keras, harus melakukan sesuatu untujk mendapatkan sesuatu. Jadi nggak bisa asal
minta ke orang tua, sebisa mungkin
berusaha dulu. Aku memaklumi kondisi itu karena keluarga ku memang bukan
keluarga berada. Apalagi sejak kepergianya Bapak ku sebelas tahun silam,
penghasilan Ibu ku jadi satu-satunya yang mencukupi semua kebutuhan keluarga.
Ibu, aku, abang dan adik ku. Aku punya dua abang laki-laki, yang satu sudah menikah
dan hidup terpisah dengan aku dan Ibu ku, yang ke dua abang ku akan siap
menikah tahun ini, adik ku masih kuliah semester 3.
Aku sendiri masih juga
masih kuliah, tapi sambil kerja. Sama dengan yang dilakukan abang ku sekarang
yang melanjutkan kuliah D3 nya menjadi Strata 1 sambil kerja, adik ku juga
sambil kerja. Kami bertiga kuliah di kampus yang sama dan mengambil kuliah
malam karena pagi sampe sore kita bekerja. Untuk apa? Untuk memenuhi kebutuhan
pribadi termasuk bayar kuliah. Kami sadar kami sudah tidak bisa lagi mengandalkan penghasilan ibu untuk
menangung semua biaya kuliah kami karena penghasilan ibu sebagai penjual buah
juga tidak seberapa, yang penting cukup untuk makan dan biaya sehari-hari.
Intinya keluarga kami sangat sederhana.
Menjalani kuliah
dan bekerja dalam waktu yang bersmaan bukanlah hal yang mudah. Selain tenaga
kita sudah terkuras saat di kantor, pikiran juga sudah lelah untuk berfikir
tentang pekerjaan. Harusnya sore sudah sampai dirumah dan istirahat, tapi bagi
kami yang menjalankan aktifitas ganda seperti itu tidak bisa istirahat tenang
sebelum jam 12 malam. Ya, setelah selesai kerja aku langsung ke kampus dan
sampai rumah paling awal jam 9 malam. Itu juga masih harus bersih-bersih badan
dulu, makan dan istiraht sebentar sampai pukul 10. Setelah itu masih harus ada
tugas kuliah yang harus segera diselesaikan. Sudah menjadi kebiasaan beberapa
tahun terakhir ini tidur diatas jam 12 itu hal yang sangat biasa, bahkan ketika
sedang tidak ada tugas kuliah pun nggak bisa tidur lebih awal. Kebiasaan ku
sudah membetuk pola sendiri.
Aku kerja
sampai hari sabtu itupun sampai pukul 4 sore, jadi nggak ada istirahat untuk
weekend. Minggu pun biasa digunakan untuk membuat rentetan tugas praktek
seperti misalnya take video untuk iklan atau apapun. Aku kuliah di jurusan ilmu
komunikasi, jadi tugas kampus ku banyak praktek lapangan ya dengan membuat
event-event promosi atau campane jadi minggu ku selalu habis untuk hal sepert
itu. Selain untuk beres-beres rumah karena selama satu minggu aku bekerja,
biasanya ibu hanya membersihkan rumah seperlunya saja. Termasuk mencuci dan
menyetrika pakaian dan semua tetek bengek pekerjaan rumah tangga. Aku tidak
menyalahkan ibu jika ibu tidak bisa mengerjakannya, beliau sudah terlalu tua
untuk terus bekerja dan melakukan pekerjaan rumah. Yang penting masak.
Ngomong-ngomong
hari ini aku ulang tahun. Sudah biasa tidak ada perayaan apaun di hari ulang
tahun ku. Jangankan perayaan, hanya ucapan dan doa yang ku harapkan saja hanya
beberapa.
Aku bangkit dari
tempat tidur kemudian beranjak ke meja seberang tepat tidur dimana aku biasa
melakukan aktifitas kesukaan ku selama bertahun-tahun ini. Menulis. Aku
menyalan macbook dan akan menulis kisah ku hari ini di blog. Ya, aku suka
menulis, aku memilki blog pribadi dan aktif menulis di sana. Tidak selalu curhat
di blog, kadang aku menulis cerpen atau beberpa cerita bersambung disana.
Pengunjung blog ku sampai pada tahun ke empat ini sebagai blogger sudah
mencapai 100 ribu lebih dan rata-rata penjunjung harian ku 80-100 setiap
harinya. Angka yang menurut ku sangat tinggi, aku piker blog ku hanya akan
menjadi blog pribadi yang hanya akan ada aku saja yang membacanya. Namun
ternyata apa yang aku tulis banyak menarik orang untuk membaca kemudian
berkomentar dan tak jarang terjadi obrolan kecil di kolom komentar.
Sejauh
ini dari beberapa pengunjung blog ku, ada satu pengunjung yang tidak pernah
absen untuk baca dan berkomentar disana. Laki-laki, mungkin seusia ku aku tidak
tahu. Dia mengikuti blog ku sejak 3 tahun yang lalu dan selama itu kita sering
terlibat diskusi tentang apa yang baru saja aku post di sana. Awalnya hanya
berdiskusi di kolom komentar, tapi dua tahun belakangan kita mulai menggunakan
email untuk saling mengutarakan pemikiran kita yang berpacu pada postingan di
blog ku. Karena merasa sudah akrap meskipun belum pernah ketemu, beberapa bulan
terakhir ini kita mulai bertukar nomor telfon dan sudah tidak sungkan lagi
untuk menelfon membahas apa yang tengah aku posting di blog. Awalnya hanya membahas tentang postingan blog ku, kita berdiskusi
dan bertukar fikiran. Tapi setelahnya kita bicara tentang banyak hal.
Rasanya Nyambung dan
nyaman!
Aku tidak tahu
bahwa ada laki-laki yang rutin baca blog yang isinya random banget kayak blog
ku. Sambil menunggu macbook ku nyala sepenuhnya dan siap digunakan, aku mengambil
Handphone ku yang tadi aku cas di nakas. Ada beberapa notifikasi masuk,
beberapa BBM menanyakan tentang tugas kuliah. Beberapa notif dari instagram dan
ada satu pesan dari whats up. Aku memilih untuk membuka pesan dari Whats Up.
Best Reader
Selamat
Ulang Tahun. Semoga selalu sehat, bahagia dan kuat.
Sudah
sampai rumah?
Sudah malam
loh.
Aku tersenyum
membacanya. Dia rutin mengabsen ku sekarang tiap malam. Best Reader, nama yang
aku buat untuk Bara. Laki-laki yang rutin jadi pembaca ku selama ini.
Me
Dari mana kamu tahu aku ulang tahun hari
ini?
Sudah, baru
saja mau nyalain laptop ini.
Balas ku yang
langsung di read kemudian muncul tulisan writing teks di teks bar.
Best
Reader
Aku boleh telfon?
Aku tersenyum
kembali membaca balasannya. Kenapa dia selalu membuatku sesenang ini hanya
membaca chat atau mendengar suaranya. Kenapa aku juga selalu deg-deg an tiap
kali akan mendengar suaranya. Tapi aku menyukai saat bicara dengannya.
Me
Boleh.
Belum sampai aku
mengembalikan teks bar ku, panggilan dari Best Reader muncul di layar handphone.
Aku mengeser tombol hijau untuk menerima panggilannya, masih se deg-degan ini
padahal sudah beberapa bulan ini kita saling telfonan.
“ Hai.” Sapanya dari sebrang sana.
Suaranya bisa banget buat dada ku bergemuruh. Seneng banget.
“ Iya.”
“ Are you happy today?” todong nya.
“ Yes im happy. Are you?”
“ Ya aku happy karna bisa denger
suara kamu lagi. Kok kangen ya sama suara kamu.”
Aku tertawa kecil
mendengar jawabannya. Serius itu gombalan receh, tapi entah kenapa aku suka
mendengarnya.
“ Jadi, sudah dapat berapa ucapan
hari ini? Ada yang ngasih kado? Ada yang ngerjain pakai telor sama tepung?”
suara renyahnya membombardir berbagai pertanyaan. Aku bingung jawabnya.
“ Nanya nya bisa santai nggak?”
aku mendengar dia
malah tertawa kecil.
“ Dari mana kamu tahu hari ini aku
ulang tahun?” Tanya ku.
Dia berdeham
sebentar sebelum menjawab.
“
Kamu lupa? Dua tahun yang lalu siapa yang komen pertama di catatan kamu tentang
kisah menyedihkan perayaan ulang tahun kamu?”
Aku memutar bola
mata ku keri, berfikir sejenak. Aku tersenyum kembali saat mulai mengingatnya. Iya
itu komen pertamanya di blog ku dan setelah itu seperti dia mengobrak-abrik isi
blok ku untuk dibaca kemudian di komen semua. Dari komentar biasa sampai
komentar ketidak setujuannya dengan apa yang aku tulis. Setelah itu kita justru
saling bertukar pikiran tentang isu-isu yang aku tulis di blog. Dan kedekatan
itu berlanjut sampai hari ini.
“ Dan kamu masih mengingatnya sampai
sekarang?” aku tidak percaya.
“ Bukankan tahun lalu aku juga
memberimu ucapan selamat ulangtahun? Kamu melupakannya?”
oh ya Tuhan, dia
bahkan memberikan ku hadiah. Aku menepuk jidat ku pelan menyesali kenapa aku
tidak mengingatnya. Buru-buru aku berjalan kembali ke meja nakas dan membuka
laci disana, mengambil buku bersampul biru dongker dari bahan beludru. Dia
memberiku block note itu pada ku tahun lalu.
“ Maaf.” Ucap ku singkat.
“ Memangnya sudah berapa banyak yang
memberi mu ucapan selamat ulang tahun sampai lupa dengan ucapan ku?” ada tuntutan
di nada kalimatnya, tapi aku menyukainya.
“ Tidak banyak. Nggak lebih dari 10
orang lah.” Aku ku jujur.
Dia tertawa kecil
mendengarnya, aku ikut tertawa menyadari betapa aku kekurangan perhatian orang
sekitar.
“ Siapa aja?”
“ Perlu banget buat aku ceritain?”
Dia tertawa
kecil. Lagi dan lagi. Seperti dia juga sama menikmatinya dengan ku saat kami
saling berbicara walaupun hanya melalui sambungan telefon ini?
“ Nggak perlu kalo kamu ada rencana
buat nulids di blog. Aku hanya perlu membacanya kan.”
“ Skip deh obrolan soal hari ini.”
Balas ku tidak tertarik.
“ Kenapa? Menarik kan, ini hari
ulang tahun kamu loh.”
“ Jawabanya tetep sama. Nggak ada
yang special dan menyenangkan.”
“ Tunggu beberapa hari lagi, mungkin
sesuatu yang special itu masih pending.”
“ Apaan deh, ngaco gitu.”
Dia tertawa kecil
lagi. Lagi !!
“ Aku berharap suatu saat hari ulang tahun kamu menjadi hari yang
special nanti.”
Seperti meneguk
air es setelah berlarian puluhan kilo meter, rasanya seger banget. Aku tidak
pernah mendengar harapan seperti itu dari siapapun yang pernah mengenal ku.
Selain ibu ku tentunya.
“ Apaan dah, sekedar hari ulang
tahun aja. Aku bukan anak TK lagi yang bersedih karna nggak dapat kado di hari
ulang tahun ku kan. Bahas yang lain deh.”
Harapan dia aneh
kan? Demi apa coba dia ngarepin kalo aku bakal punya hari special suatu saat
nanti di hari ulang tahun ku. Seperti harapan kakak ke adik nya, atau harapan
bapak ke anak nya atau harapan om ke ponakannya. Entah, dia emang seperti itu
penuh kejutan dengan sikapnya yang selalu merangkap dari apa yang tadi aku
sebutkan.
“ Selamat Ulang tahun Rana.”
Ulangnya.
“ Thanks.”
“ Oh ya, aku lagi di Solo loh ini.”
Dia menurut untuk merubah topic pembicaraan yang mulai membuat ku nggak nyaman
dan dia menangkap ketidak nyamanann ku. Bukan apa-apa, aku memang nggak terlalu
suka membahas masalah konyol ini. Selama hidup ku, aku ulang tahun tidak pernah
dapat kado kayak orang-orang kebanyakan ngrayain ulang tahun. Minimal ucapan
selamat dari orang-orang terdekat. Ya dapet sih, tapi nggak sesuai harapan
siapa aja yang pengen ngucapin ulang tahun. Jadi sudah sejak lama aku nggak
pernah berharap apapun pada hari ulang tahun. Dan perasaan itu aku tuangkan
pertama kali dalam blog ku tiga tahun lalu, dan disitulah aku pertama kali berinteraksi
dengan Bara. My best reader.
“ Oh ya? Lagi di rumah orang tua
kamu? “
Dia memang
bekerja di Tangerang, tapi dia asli orang Solo.
“ yup.” Jawabnya singkat penuh
semangat.
“ Liburan atau hanya berkunjung?”
“ Dua-dua nya. Tapi kali ini cukup
lama sih, aku dapat cuti dari kantor tiga hari.”
“ Ohh, asik dong sekalian balik
kampung sekalian liburan.”
“ Solo ke Semarang nggak jauh kan.
Ketemu yuk.”
Deg! Dada ku kayak
ada yang ninju. Hampir terpental kaget mendengar ajakan Bara. Ketemu? Aku belum
sesiap itu untuk secara langsung bertemu dengannya. Entah karena apa, mungkin
karena fisik? Aku nggak secantik perempuan-perempuan kebanyaakan. Dan kalo
dilihat dari gaya hidup dia di Tangerang sana sepertinya dia terbiasa dengan
perempuan-perempuan cantik.
Lalu, kenapa
tiba-tiba aku takut begini kalau-kalau setelah bertemu dengan ku dia jadi
ilfeel dan nggak mau senyaman ini ngobrol di telfon lagi.
“ Ran..” panggil Bara.
“ Oh iya, gimana?”
“ Lah, kamu kenapa? Nggak dengerin
aku ngomong?”
emang tadi dia
ngomong ya?
“ Sory sory Bar, kenapa? Ulangi lagi
dong.”
Dia membuang
nafas sedikit keras.
“ Besok aku mau jalan ke Semarang.
Pengen ketemu sama kamu. Boleh?”
Aku diam sedikit
berfikir. Beneran mau ketemu? Bukankah seharusnya aku seneng bisa ketemu sama
orang yang bikin aku nyaman cerita sana sini selama ini. Tapi kenapa aku jadi
mencemaskan sesuatu.
“ Hanya ingin ketemu dengan ku?”
memastikan bahwa dia memang hanya ingin menemui ku.
“ Iya. Boleh kan?” nadanya penuh
dengan harap.
“ Iya, kenapa tidak.”
“ Bagus deh. Besok Sabtu kan, kamu
nggak ada kuliah. Kita ketemu abis kamu pulang kantor ya, aku jemput deh.”
Hey, dia bicara
seolah-olah kita udah kenal deket banget dan tiap hari ketemu. Nada bicaranya
itu loh, sesemangat itu. Aku seneng dengernya, tapi takut kalau dia kecewa
setelah bertemu dengan ku. Sekali lagi, aku merasa nggak secantik perempuan
kebanyakan. Dan apasih yang dicari laki-laki jaman sekarang pada perempuan
selain kecantikannya. Dia bisa seasik ini ngobrol sama aku karena dia nggak
tahu aku secara fisik kan? Well, aku nggak buruk-buruk amat sih. Tapi nggak
bisa dikatakan cantik juga. Biasa banget, untuk ukuran perempuan. Aku nggak
punya tubuh tinggi semampai kayak model, tinggi ku berhenti diangka 160 cm. aku
juga tidak memiliki kulit putih seputih
model iklan sabun mandi, tapi aku memiliki kulit khas perempuan jawa. Kuning
langsat cenderung pucat. Hidung ku juga nggak semancung yang aku inginkan, aku
menerima kalo dikatai pesek karena begitulah keadaanya. Aku tertolong sama tulang
pipi ku yang bagus dan menyamarkan hidung pesek ku. Tulang pipi ku membuat muka
ku kelihatan lebih tirus dan aku menyukainya. Secara fisik, aku jujur nggak ada
yang bisa dibanggakan meskipun banyak yang menilai aku memiliki mata yang
indah. Hell ya, mata indah itu menurut ku tidak mempengaruhi kecantikan
seseorang secara signifikan.
“ Rana.” panggilan Bara disambungan
telefon sedikit mengagetkan ku.
“ Iya Bar, Kenapa?”
“ Mikirin apa kok diem.”
“ Oh enggak, kamu mau jemput aku
kayak tahu aja kantor ku dimana.” Aku masih ingat kata terakhir dia yang
tiba-tiba mau menjemput ku.
Dia terkekeh.
“ Ya ampun Rana, kamu tinggal
sebutin alamat nya aja dimana. Aku pasti bisa nemuinnya.”
Oh, aku lupa kalo
sekarang hidup di era semodern ini. Jagankan hanya mencari alamat, aku dan Bara
bahkan dipertemukan dalam suatu ruang yang diciptakan karena perkembangan
teknologi saat ini.
“ Jangan deh, kita ketemu ditempat
lain aja. Nggak usah jemput segala, nggak terbiasa punya jemputan juga.”
“ Sebentar lagi harus terbiasa ada
yang jemput ya.”
“ Appaan deh, ngaco gitu.” Maksutnya
apa?
Dia tertawa kecil
lagi. “ yaudah, sampai ketemu besok ya ra. Istirahat gih, udah malem. Besok kan
kerja.”
“ Heemm.” Gumam ku.
“ Selamat ulang tahun Rana. Istirahat
ya.”
Mukaku memanas
mendengarnya. Mungkin sekarang sudah memerah. Simple sih yang diucapin, tapi
berkesan banget. Setidakanya bagi ku, yang sama sekali nggak pernah dapat
perhtian kecil seperti ini.
“ Iya, aku istirahat. Sampai ketemu
besok.”
Sambungan aku
matikan.
0 komentar